18.2

33K 5.2K 1K
                                    

              Laskar baru menemui Lunar dua hari setelahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

              Laskar baru menemui Lunar dua hari setelahnya. Tersenyum tanpa dosa menyambut Lunar yang baru saja membuka gerbang kosnya.

"Surprise!" Laskar tersenyum lebar. "Kaget nggak aku di Bandung?"

Lunar menatap datar keberadaan laki-laki itu. "Aku udah tahu," jawabnya.

"Yah kok udah tahu, sih?" Laskar menatap gadis di hadapannya cemberut. "Tahu dari mana? Mami ya? Padahal aku udah bilang Mami jangan kasih tahu kamu."

"Namira yang bilang. Dua hari yang lalu, kamu naik gunung sama dia kan? Rayain hari ulang tahun dia?"

Laskar berdecak. "Tahu dari si Acil, toh." Laki-laki itu lalu membuang napasnya. Masih terlihat tanpa beban dan tanpa dosa. "Iya sih, sebenarnya aku udah dua hari sampai Bandung. Magang aku udah kelar dan kan harus prepare buat KKN jadi aku bisa ke Bandung lebih awal. Terus berhubung tahun lalu aku tolak ajakan dia naik gunung waktu dia ulang tahun, jadi aku terlanjur janji tahun ini mau ikut naik gunung waktu dia ulang tahun."

"Oh." Lunar mengangguk singkat.

"Eh tapi kamu nggak usah mikir macem-macem. Kita naik gunungnya rame-rame. Nggak berdua doang."

Lunar mengangguk meresponsnya.

"Oh ya, kamu mau ke mana? Kata Feby kamu masih magang ya? Yuk, aku antar ke tempat magang."

Lunar menggeleng. "Nggak perlu. Aku dijemput Sean."

"Sean?" Kening Laskar menekuk tidak suka. "Kenapa Sean? Dia di Bandung juga? Kayaknya dia bilang dia magang di Jakarta? Kenapa di Bandung? Kamu dekat selama ini sama Sean? Kamu sering pergi bareng sama dia semenjak aku di Jogja?"

Lunar mendengkuskan tawanya. Seolah mengejek pertanyaan dari Laskar yang bertubi-tubi itu. "Laskar, aku udah bilang Ayah untuk nggak lagi merepotkan kamu dalam segala hal. Sebulan ini, aku sudah sangat mandiri di Bandung. Tanpa kehadiran kamu pun, aku bisa melakukannya sendiri."

"Maksud kamu apa?" Laskar menatap Lunar tidak suka.

"Kamu nggak perlu terbebani lagi dengan permintaan ayah untuk menjaga aku. Dan sebaiknya, kita nggak perlu bertemu lagi kalau nggak ada hal yang penting."

"Maksud kamu apa sih, Nar?!"

Lunar menghela napas. Dadanya semakin terasa sesak. Tapi dia tahu, dia harus mengatakannya saat ini juga. Setidaknya, mumpung dia masih memiliki keberaniannya.

"Aku mau lupain kamu. Aku capek selama ini jatuh cinta sendirian, berjuang sendirian. Terus-terusan kebingungan apa selama ini yang aku lakukan berhasil atau enggak? Apa kamu akan balas perasaan aku atau enggak."

"Nar kamu—"

"Iya Laskar aku suka kamu. Tapi tenang aja dan nggak perlu merasa terbebani lagi karena aku akan mengakhiri semuanya. Kamu nggak perl—"

Serdadu Bulan [End]Where stories live. Discover now