5.2

25.8K 3.4K 159
                                    

              "Maaf ya, Aka, tadi hp-nya aku charg terus aku lupa karena tadi lagi cerita sama teman aku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

              "Maaf ya, Aka, tadi hp-nya aku charg terus aku lupa karena tadi lagi cerita sama teman aku." Lunar menjelaskan sekali lagi pada Laskar secara langsung terkait kejadian beberapa jam yang lalu.

Sebelum ini, Lunar sudah menjelaskan melalui chat soal kondisinya. Kemudian dia kembali lagi ke kampus bersama Ijul untuk mengikuti kelas selanjutnya dan saat di kelas, Laskar membalas bahwa dia akan menjemput Lunar sepulang kuliah.

Jadilah di sini mereka sore ini. Laskar mengajak Lunar berhenti ke salah satu tukang tempe mendoan yang ada di dekat kos Lunar. Katanya, temannya ada yang menitip.

"Maaf ya, Aka, aku jadi nyusahin kamu lagi." Lunar menunduk saat mengatakanya lagi.

Laskar melirik gadis itu sekilas. Kemudian menatap lagi pada penjual mendoan yang tengah membungkus pesanannya.

"Mau nggak tempenya?" tanya laki-laki itu pada Lunar.

Lunar mengangkat kepalanya kemudian menggeleng. "Nggak usah, Aka."

"Kamu mau beli makan apa?" tanya Laskar lagi.

Lunar menggeleng lagi. "Nanti aja."

"Nanti aja kapan? Tadi nggak jadi makan siang, kan? Kaki kamu udah sakit itu loh, jangan nambah penyakit yang lain, lah. Makin repot aku nanti kalau kamu sakit yang lain juga."

Lunar kembali menunduk. Wajar Laskar marah padanya. Lunar selalu membuat laki-laki itu kerepotan. Ah, Lunar memang menyusahkan!

Laskar melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul tiga sore. Laki-laki itu lalu berdecak kesal. "Kamu tuh ada-ada sih, Lun. Teman kamu sebanyak itu nggak ada yang ingat untuk makan siang?"

"Ta—tadi pada beli jajan, jadi pada nggak lapar," jawab Lunar pelan.

"Terus mereka nggak lapar, kamu nggak lapar juga?"

Lunar menggeleng. Ya, bagaimana. Dia juga memang tidak lapar. Dan juga ... Lunar kan tadi kepikirnya dia akan makan siang dengan Laskar.

"Ya udah lah terserah kamu. Sakit-sakit juga yang ngerasa kamu. Asal jangan ngerepotin aku aja nanti kalau sakit."

Lunar tidak berani menjawab.

*__*

Laskar tidak berhenti di depan kos-kosan milik Lunar. Laki-laki itu malah lurus melajukan motornya membawa Lunar entah ke mana. Di belakang Laskar tempat Lunar dibonceng, gadis itu hanya mampu diam tidak berani bertanya pada Laskar setelah Lunar membuat laki-laki itu kesal. Kebingungan Lunar baru terjawab saat Laskar menghentikan motornya di salah satu rumah makan padang kemudian turun dari sana.

"Mau makan nggak sekarang?" Laskar bertanya dengan suaranya yang tegas. Raut wajahnya masih terlihat kesal saat Lunar yang ikutan turun menatapnya.

Tidak mau membuat Laskar semakin kesal, Lunar pun mengangguk. Kemudian mengikuti Laskar yang lebih dulu masuk ke rumah makan itu dan menarik salah satu kursi di sana. Lunar juga menarik kursi di depannya.

"Mau makan pakai apa?" tanya laki-laki itu padanya.

"Ayam goreng sama perkedel."

Laskar mengangguk ringan. Kemudian menyebutkan pesanannya pelayan yang menghampiri mereka. Lalu mereka sama-sama diam duduk di tempat masing-masing dengan Laskar yang sudah mengeluarkan ponselnya dan sibuk dengan dunianya sendiri.

Lagi-lagi, Lunar tidak memiliki kesempatannya.

Kesempatan untuk membuka pembicaraan dengan Laskar. Sebenarnya mereka sering pergi bersama. Tapi ya, seperti ini. Sama-sama diam sampai kemudian Laskar mengantar Lunar pulang ke kosnya. Seperti yang pernah disinggung juga, Lunar sangat ingin mencoba membuka pembicaraan dengan laki-laki itu. Tapi seperti yang terlihat, Laskar seolah tidak ingin diajak bicara dan sibuk dengan dunianya.

"Ya enggak apa-apa, Nar. Coba aja kamu mulai bicara. Kalau kamu bicara, Laskar pasti dengerin kok."

Lunar kemudian teringat dengan saran dari Feby terkait hal ini. Feby ada benarnya, tidak ada salahnya Lunar mencoba mengambil kesempatannya langsung, tidak hanya menunggu kesempatan itu datang.

"Aka," panggil Lunar pelan.

"Hm." Laskar menyahut, tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel.

"Menurut kamu kalau aku ikut komunitas di jurusan aku bagaimana?"

"Komunitas apa?" tanya Laskar, masih tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Tapi setidaknya Lunar bersyukur Laskar masih mau meresponnya.

"Namanya Psyteach. Komunitas mengajar, gitu. Nanti ngajar anak-anak SMP di sekolah terbuka."

"Kapan?"

"Belum tahu. Baru mau oprek."

"Ya udah daftar dulu aja."

Lunar mengangguk. Kemudian terdiam lagi. Hanya sepenggal itu lah pembicaraan mereka terjalin. Laskar masih sibuk dengan ponselnya dan baru menaruhnya pada kantung celana saat makanan mereka datang. Setelahnya, laki-laki itu makan dengan tenang sampai piringnya kosong. Membayar makanan mereka, lalu mengantar Lunar pulang.

Sepertinya Laskar memang tidak mau banyak bicara dengannya.

Sorry gengsss part nya agak pendek bgt niiiihh 😁😁😁😁 soalnya part kemarin lumyaan panjang hweheheheh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sorry gengsss part nya agak pendek bgt niiiihh 😁😁😁😁 soalnya part kemarin lumyaan panjang hweheheheh

Tapi ttp bisa dirasainkan kekesalan (kecemasannya) Aka? HAHAHA

Kalau menurut kalian Aka kesal apa khawatir gengs? 🤔

Anw, mau main challenge lagi gaaak?

670 vote + 110 komentar kita gas ketemu Serdadu Bulan lagi!

Serdadu Bulan [End]Where stories live. Discover now