18. Surat untuk Lily

17 5 0
                                    

Pada saat Chloe, Ben, dan Charlotte meninggalkan Lily di ruang terkunci, mereka merasa campur aduk antara kekhawatiran dan keputusasaan. Namun, ketiga teman tersebut tidak punya banyak pilihan selain mencari jalan keluar dari ruangan misterius itu melalui naik ke atas langit-langit rumah sakit.

Dengan hati-hati, mereka memanjat naik dan menyusuri atap yang berlapis debu dan laba-laba. Cahaya bulan yang samar-samar memperlihatkan jalan mereka. Saat mereka menempuh perjalanan di atas langit-langit itu, hati mereka berdebar kencang dan pikiran tentang apa yang sedang dilakukan Lily di ruang terkunci semakin menghantui mereka.

Saat mereka terus bergerak maju, tiba-tiba langit-langit itu berguncang dan mengeluarkan suara menggelegar. Mereka merasa seperti ada sesuatu yang mengawasi dari kegelapan.

"Apakah ini sebuah petunjuk bahwa kita tidak boleh mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Charlotte dengan gemetar.

Ben mencoba meredam ketakutannya dan berkata, "Mari kita terus maju. Kita harus menemukan kebenaran tentang Olive dan apa yang sebenarnya terjadi padanya."

Dengan tekad yang menguat, ketiga teman tersebut melanjutkan perjalanan mereka. Akhirnya, mereka menemukan sebuah lubang di langit-langit yang memungkinkan mereka masuk ke dalam ruangan arsip rumah sakit.

Mereka menyelinap masuk dengan hati-hati, berusaha untuk tidak menarik perhatian siapa pun yang mungkin berada di dalam. Ruangan itu gelap gulita, tetapi cahaya bulan yang masuk dari jendela mengungkapkan banyak tumpukan dokumen dan berkas-berkas tua.

Charlotte dengan hati-hati menyelidiki satu per satu berkas yang ada di sana, mencari petunjuk tentang Olive dan ibu mereka. Sementara itu, Chloe dan Ben mencari di sudut-sudut lainnya, berharap menemukan sesuatu yang dapat membantu mereka memahami misteri ini.

Tiba-tiba, Chloe menemukan selembar kertas yang berisi nama Olive Morgan. Dia dengan cepat memanggil Charlotte dan Ben untuk melihatnya.

"Ini adalah berkas Olive!" ucap Chloe dengan gemetar, "Ada catatan di sini tentang kelahirannya, tetapi juga ada sesuatu yang aneh."

Mereka membaca dengan cermat isi berkas itu, dan apa yang mereka temukan membuat mereka terkejut. Ada catatan tentang sebuah perjanjian rahasia yang mengancam nyawa Olive. Ibu mereka, Lily, dipaksa untuk mengambil bagian dalam konspirasi itu.

"Kita harus mencari tahu siapa yang berada di balik ini semua," kata Ben dengan tegas, "Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja."

Charlotte menambahkan, "Kita juga harus mencari tahu apa hubungan ibu Lily dengan aktivitas ilegal ini."

Di dalam ruangan arsip yang gelap, Chloe, Ben, dan Charlotte merasa gemetar karena campuran emosi ketakutan dan keingintahuan. Mereka tahu bahwa ruang arsip ini menyimpan rahasia penting tentang masa lalu keluarga mereka, terutama Lily dan Olive.

Dengan hati-hati, mereka mulai menyelusuri rak-rak berdebu yang penuh dengan berkas-berkas kuno. Lampu senter yang dinyalakan oleh Ben adalah satu-satunya sumber cahaya di ruangan tersebut, dan bayang-bayang menari-nari di dinding ketika mereka bergerak maju.

Setelah beberapa saat mencari, Chloe menemukan kotak tua yang mencurigakan. Ia membuka kotak itu perlahan dan menemukan sejumlah surat kuno di dalamnya. Charlotte membantu untuk membuka surat-surat tersebut dan mereka mulai membacanya.

Terdapat surat yang menarik perhatian mereka. Surat itu ditulis dengan tulisan tangan yang indah dan bermulai dengan "Kepada Nyonya Morgan." Surat itu berisi ancaman kepada ibu Lily, memaksa untuk menandatangani perjanjian yang tidak adil.

"Saya tidak percaya ini. Siapa yang berani memaksa ibu Lily untuk tanda tangan?" ujar Chloe dengan emosi yang campur aduk.

"Dan apa isi dari perjanjian ini?" tambah Ben, rasa penasaran menggebu-gebu di dalam hatinya.

Charlotte terus membaca surat itu dengan hati-hati, dan matanya membesar saat ia menemukan kata-kata yang mengguncangkan. "Ini... ini surat perintah untuk membunuh Lily!"

Segera, semua mata tertuju pada Charlotte, dan napas mereka tersengal-sengal. Mereka tidak bisa mempercayai apa yang baru saja mereka baca. Mereka kemudian teringat akan Lily dan kembali ke ruang terkunci. Namun pada saat kembali, Lily tidak berada disana. Dengan hati yang gelisah dan penuh penyesalan, Chloe, Ben, dan Charlotte mencari-cari Lily di setiap sudut rumah sakit. Mereka memanggil-manggil namanya dengan harapan dia akan menjawab. Namun, tidak ada tanda-tanda Lily di sekitar mereka.

"Seharusnya kita tidak boleh meninggalkannya sendirian di ruang terkunci tadi," ujar Charlotte, suaranya penuh penyesalan. "Ini semua salahku, seharusnya aku memastikan dia ada di sana bersama kita."

Chloe mengangguk setuju, "Kita semua salah. Kita seharusnya bersama-sama menghadapi bahaya ini. Sekarang Lily menghilang, dan kita tidak tahu apa yang terjadi padanya."

Ben, yang biasanya penuh keberanian, merasa kewalahan oleh rasa bersalah dan kecemasan. "Kita harus menemukannya segera sebelum terjadi apa-apa dengannya."

Mereka bersatu dalam tekad untuk mencari Lily dengan sekuat tenaga. Mereka melewati lorong-lorong yang suram, mencari di setiap ruangan yang mereka lewati. Tidak ada tanda-tanda Lily di mana pun.

"Kita harus kembali ke ruang arsip. Mungkin dia kembali ke sana untuk mencari petunjuk," saran Charlotte.

Tanpa ragu, mereka berbalik arah dan kembali ke ruangan arsip. Mereka mencari-cari Lily dengan hati-hati, memanggil namanya dalam bisikan yang penuh kekhawatiran.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara lemah dari balik tumpukan kotak arsip. Mereka berjalan mendekat dan menemukan Lily yang tergeletak di antara tumpukan arsip.

"Lily! Apa yang terjadi?" seru Chloe, sambil membantu Lily duduk.

Lily terlihat lemah dan pucat, tapi dia dengan susah payah mencoba tersenyum. "Aku... aku baik-baik saja. Tadi... ada seseorang yang masuk dan mengunci pintu ruangan ini dari luar. Aku tidak bisa keluar."

Mendengar itu, Charlotte merasa marah pada dirinya sendiri. "Maafkan kami, Lily. Kami tidak boleh meninggalkanmu sendirian."

Lily menggelengkan kepala, mencoba meredam kekhawatiran teman-temannya, "Tidak apa-apa. Kalian tidak tahu apa yang terjadi. Tadi, aku menemukan petunjuk lain di ruangan ini, tapi sebelum aku bisa memberi tahu kalian, seseorang masuk dan mengunci pintu dari luar."

"Petunjuk apa itu?" tanya Ben, rasa penasaran menggebu-gebu.

Lily menunjukkan secarik kertas yang dia temukan tadi. "Ini... ini surat perintah untuk membunuh Olivia. Ternyata Olivia juga dibunuh disini. Aku tidak tahu siapa yang  membunuhnya, tapi sepertinya ada seseorang yang ingin menyembunyikan kebenaran tentang keluarga Morgan."

"Lily, kamu harus mendengar ini. Tadi kami ke sini juga dan menemukan surat ini. Surat ini adalah ancaman yang serius bagi keselamatanmu," ucap Ben dengan keras.

Ben menunjukkan surat itu pada Lily, dan ekspresi ketakutan juga muncul di wajahnya saat ia membaca kata-kata yang mengancam itu.

"Apa maksud surat ini? Siapa yang ingin membunuhku?" tanya Lily dengan suara yang bergetar.

Chloe merasa empati pada temannya dan memeluknya erat. "Kami akan mencari tahu siapa di balik ini, Lily. Kamu tidak sendiri dalam ini."

Chloe, Ben, dan Charlotte saling bertatapan, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Mereka menyadari bahwa mereka semua berada dalam bahaya, dan sekarang mereka harus bersatu untuk mengungkap kebenaran di balik semua ini.

"Mari kita segera meninggalkan ruangan ini dan cari tahu siapa dalang di balik ancaman ini," ujar Chloe dengan tegas.

"Mungkin ada petunjuk lain di luar sana yang bisa membantu kita," tambah Ben.

Mereka menggenggam tangan erat-erat dan keluar dari ruangan arsip dengan hati-hati. Mereka menyusuri lorong-lorong gelap rumah sakit, mencari petunjuk dan mencoba menyatukan teka-teki yang ada.

The Portrait of Lily Morgan (Wattys 2023)Where stories live. Discover now