PART 9

84.7K 2.4K 41
                                    

PART 9

Marco menatap lurus ke jalan raya yang mulai padat. Jam pulang kerja membuat jalanan kota Batam yang didominasi mobil, mulai macet. Marco menggerutu pelan dalam hati. Mereka baru saja meninggalkan rumah orangtua Felicia. Marco masih diselubungi rasa kesal. Hampir dua jam ia duduk sendirian menunggu Felicia di salah satu restoran di mal.

"Maafkan aku...," bisik Felicia pelan.

Marco tidak menoleh walau ia tahu Felicia sedang menatapnya.

"Aku lupa karena tiba-tiba ramai yang datang belanja," jelas Felicia lagi dengan suara pelan.

Marco sama sekali tidak menunjukkan reaksinya. Ia tahu Felicia tidak berbohong. Tapi ia masih kesal. Menunggu dalam waktu segitu lama, membuatnya lebih lelah daripada mengurusi pekerjaan.

"Marc...," panggil Felicia.

Marco menoleh sekilas dan kembali menatap lurus ke depan.

Dia memang tidak tahu harus bagaimana merespons permintaan maaf Felicia.

Akhirnya Felicia terdiam karena Marco sama sekali tidak menjawab. Keheningan kembali menyelimuti mereka.

Setelah cukup lama terjebak macet, akhirnya mobil Marco memasuki pekarangan rumah mewahnya yang terletak di bilangan Batam Center. Marco melangkah keluar dari mobil tanpa menoleh pada Felicia. Ia hanya ingin mandi dan makan.

Tanpa memedulikan Felicia, Marco masuk ke kamar. Mandi, dan setelahnya langsung beranjak ke ruang makan. Felicia menyusulnya sepuluh menit kemudian saat Marco hampir selesai makan.

Selesai makan, Marco berdiri di balkon kamar mereka yang terletak di lantai dua. Ia menyulut rokok dan mengisapnya dalam-dalam. Berusaha mengusir rasa kesal dari hati. Ia mengerti alasan Felicia, tapi ia juga kecewa telah dibuat menunggu selama itu, dan dilupakan begitu saja hanya karena toko orangtua Felicia sedang ramai pembeli. Setidaknya Felicia bisa mengabarinya.

"Marc...."

Panggilan itu tidak membuatnya menoleh.

"Kau masih marah...." Felicia berdiri di samping Marco dan menatapnya.

Marco segera mematikan rokok dan membuang puntungnya ke tong sampah di pojok balkon.

"Aku tidak berniat seperti itu." kata Felicia lembut sambil menyentuh lengan Marco.

Marco menoleh ke arah Felicia, dan seketika darahnya berdesir. Hasrat dengan spektakuler membakarnya.

Untuk pertama kali, hari ini Felicia dengan berani mengenakan lingerie seksi pemberiannya, bahkan tidak mengenakan apa pun lagi di baliknya. Seluruh lekuk tubuhnya terlihat sangat jelas.

Napas Marco memburu. Amarahnya lenyap begitu saja. Felicia sedang berusaha menggodanya. Marco menatap Felicia intens.

Felicia tersenyum dengan pipi merona.

Tanpa berpikir dua kali, Marco meraih tubuh Felicia dan membopongnya. Felicia tersentak dan tampak tidak siap. Tapi Marco tidak peduli. Ia membawa ke kamar, menghempaskannya dengan pelan ke atas ranjang mereka, siap mengajaknya mengarungi samudra kenikmatan bergelimang kepuasan.

***

bersambung...

repost, 21 april 2019

Evathink

Bukan Istri Bayaran [Tamat]Where stories live. Discover now