Part 6 - 1

120K 4.3K 216
                                    

PART 6

Felicia mengernyitkan dahi saat seorang wanita paruh baya masuk ke toko buku dan alat tulis milik orangtuanya.

Sudah satu jam ia duduk di balik meja kasir dan melayani beberapa pembeli. Sewaktu datang ke sini tadi pagi, ia sengaja menyuruh Asep mengantarnya hanya sampai di depan beberapa ruko sebelum toko orangtuanya agar Kelvin tidak melihat ia keluar dari mobil mewah tersebut.

Begitu tiba di toko, Devon pergi dengan alasan ingin sarapan.

Sudah satu tahun belakangan ini Felicia dan Devon yang mengelola toko, tepatnya sejak ayahnya terserang stroke ringan dan ibunya memilih merawat ayahnya sepenuhnya.

"Syukurlah bisa bertemu denganmu, Fel," kata si wanita separuh baya saat sudah berdiri di hadapan Felicia.

Felicia makin mengerut kening. "Ada apa, Bu Lita?"

Lita adalah pemilik dari ruko yang sekarang dikontrak untuk toko dan tempat tinggal orangtua Felicia.

"Maaf sebelumnya... tapi, apakah kontrak ruko ini mau diperpanjang?" tanya Bu Lita.

Darah Felicia seketika berdesir tidak nyaman. "Tentu saja, Bu. Bukankah Devon sudah membayar uang kontraknya beberapa waktu lalu?"

Bu Lita menggeleng. "Justru Devon bilang kau yang akan membayarnya, Fel."

Darah Felicia seketika naik ke wajah. Dadanya turun naik dengan cepat menahan serbuan amarah.

"Boleh saya minta waktu satu minggu lagi, Bu?" tanya Felicia dengan suara yang dijaga agar tidak terdengar bergetar oleh amarah.

Bu Lita tersenyum. "Baik. Seminggu lagi saya ke sini."

Felicia mengangguk dan melepas kepergian Lita dengan tensi yang sudah naik melejit.

Tidak lama kemudian, terlihat Devon masuk sambil bersiul.

"Devon!" panggil Felicia dengan nada tinggi.

Seketika tubuh Devon mematung.

"Kau ke manakan uang seratus juta itu?!" tanya Felicia dengan suara bergetar karena amarah.

Uang tiga ratus juta yang ia dapatkan dengan menjadi istri bayaran Marco ia gunakan dengan baik. Ia memberi Devon seratus juta untuk membayar sewa ruko, sementara dua ratus juta yang tersisa, sebagiannya telah digunakan untuk membayar utang-utang yang kian menumpuk, dan sebagian lainnya ia berikan pada ibunya untuk biaya pengobatan ayahnya.

"Sudah kubayarkan untuk sewa toko ini, Kak," kata Devon dengan wajah sedikit memucat.

"Mana bukti pembayarannya? Aku mau lihat!" kata Felicia jengkel. Ia tahu Devon berbohong.

Bukan Istri Bayaran [Tamat]Where stories live. Discover now