Part 3 - 1

137K 5K 80
                                    

PART 3

Hari ketiga pernikahan mereka, Marco kembali bekerja. Tidak ada acara bulan madu ke mana pun dan Felicia mengerti untuk itu. Tidak ada cinta di antara mereka untuk mendorong Marco mengajaknya berbulan madu ke negara-negara yang terkenal romantis.

Sampai saat ini, hubungan mereka masih sebatas di atas tempat tidur. Felicia tidak tahu apa-apa tentang Marco. Ia sendiri juga tidak menceritakan apa pun tentang dirinya pada pria itu.

Felicia berdiri di teras rumah dan menatap mobil Marco yang baru saja keluar dari pekarangan rumah. Ia menghela napas lega dan kembali ke dalam rumah.

Satu jam kemudian, Felicia yang sudah selesai berdandan dan berpakaian rapi, meraih tas dan ponselnya, lalu beranjak meninggalkan rumah. Ia akan ke rumah orangtuanya.

Bibir Felicia sedikit mengerucut memikirkan transportasi yang akan ia gunakan. Rumah Marco terletak di kawasan perumahan kelas menengah atas. Apakah ia harus berjalan puluhan bahkan ratusan meter untuk mencapai jalan raya dan menemukan taksi atau tukang ojek?

Tiba-tiba Felicia menggumam gerutuan pelan pada diri sendiri. Bukankah ia bisa menggunakan jasa ojek online yang sedang ramai digunakan sekarang.

Lega sudah mendapatkan solusi transportasi, Felicia melangkah keluar dari rumah.

Ia mengerut kening tatkala seorang pria separuh baya berpakaian rapi sudah menunggunya di dekat sebuah mobil mewah mengkilap.

"Selamat pagi, Nyonya," sapanya ramah dengan senyum sopan mengembang di wajah.

Felicia terpaku. Nyonya? Ah, iya. Bagaimana mungkin ia bisa lupa dengan status barunya? Sekarang ia adalah istri Marco, seorang developer dan kontraktor terkenal di Batam.

"Kenalkan, saya Asep, sopir Nyonya."

Suara pria tua itu membuyarkan lamunan Felicia. Sopir? Secepat ini Marco sudah menyiapkan sopir untuknya?

"Nyonya mau ke mana? Mari saya antarkan," imbuh Asep.

Felicia tersenyum tipis. "Tidak usah, Pak. Saya pergi sendiri saja." Felicia tidak terbiasa memiliki sopir pribadi dan dimanja. Beberapa bulan belakangan ini ia bahkan sudah terbiasa menggunakan jasa angkutan umum setelah satu-satunya mobil yang mereka miliki harus dijual.

"Jangan, Nyonya, biar saya antarkan saja, atau nanti saya akan dimarahi Pak Marco," kata Asep sopan.

Felicia terdiam sejenak, lalu mengangguk samar. "Ya sudah kalau begitu."


Bukan Istri Bayaran [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang