Part 2 - 1

177K 5.5K 89
                                    

PART 2

Felicia menggeliat pelan. Bulu matanya yang lebat nan lentik bergerak-gerak, kemudian secara perlahan, matanya terbuka dan seketika menyipit tatkala silau oleh cahaya matahari pagi yang menerangi kamar.

Setelah bisa menyesuaikan pandangannya, Felicia menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Ia berusaha mengumpulkan kembali semua kesadaran dan ingatannya.

Gerakan halus tangan kukuh yang melingkar di perut langsingnya menyadarkan Felicia. Ia menoleh dan mendapati suguhan pemandangan luar biasa akan pria tampan yang terlelap dengan dada bidangnya yang telanjang. Selimut tebal menutupi sebatas perut berotot itu.

Sebuah kenyataan menghantam kesadaran Felicia.

Ia sudah menikah!

Felicia memejamkan mata sejenak, kilas ingatan akan bagaimana terkejutnya kedua orangtuanya saat ia katakan akan menikah, lalu bagaimana resepsi mewah pernikahannya, bermain di benaknya.

Felicia merasakan tusukan rasa bersalah karena tak mampu berterus terang pada kedua orangtuanya tentang alasan sesungguhnya ia mendadak menikah.

Awalnya ibunya keberatan, bahkan berpikir ia hamil hingga harus cepat-cepat menikah, tapi Felicia terpaksa berbohong, mengatakan dengan sangat meyakinkan bahwa ia tidak hamil—dan itu benar, ia hanya tergila-gila pada Marco hingga tak ingin menunggu lebih lama lagi untuk menjadi istri taipan muda itu.

Akhirnya setelah mereka mengemukakan lebih banyak alasan yang pastinya bohong belaka, Felicia mendapat restu orangtuanya.

Jadilah, dua hari kemudian ia menikah dengan Marco.

Felicia sendiri tidak tahu apa alasan Marco menikahinya secepat itu. Ia juga heran bagaimana pria itu bisa menyiapkan pesta pernikahan semewah itu dalam waktu dua hari.

Tapi untuk saat ini Felicia tidak ingin memikirkannya. Yang penting ia mendapatkan uang yang dibutuhkan.

Dengan gerakan seringan kapas, Felicia menyingkirkan tangan Marco dari perutnya, lalu menyingkap selimut dan berusaha untuk bangun.

Tiba-tiba rasa nyeri menyerang pusat dirinya, seolah ingin mengingatkan bahwa tadi malam ia bercinta dengan Marco.

Tanpa sadar Felicia menyeringai ironis. Pantaskah hubungan intim yang panas menggelora tadi malam disebut bercinta? Kenyataannya mereka tidak saling mencintai.

Demi uang tiga ratus juta itu!

Yeah. Demi uang ia harus rela menyerahkan mahkotanya yang ia jaga baik-baik selama ini pada pria yang baru dikenalnya tiga hari.

"Fel."

Panggilan suara yang berat dan serak membuyarkan lamunan Felicia. Ia terkejut dan spontan menoleh ke arah asal suara. Sepasang mata gelap menatapnya sayu.

Darah Felicia berdesir. Wajah berahang kukuh itu tampak dingin, tapi entah bagaimana tatapannya begitu panas membakar.

Jantung Felicia berdegup kencang saat tangan Marco terulur dan meraih tangannya.

"Fel," panggil Marco sekali lagi sambil tersenyum samar. Senyum yang hampir tak pernah Felicia lihat di wajah tampannya yang dingin dan kaku.

Marco menarik tangan Felicia sedikit keras hingga tubuh Felicia menindih tubuh kekarnya.

Sekujur tubuh Felicia menggelenyar merasakan bulu-bulu halus di dada bidang itu menyapu kulit tubuhnya yang halus.

Tangan Marco mengusap punggungnya, membuat tubuh Felicia seketika mengejang kaku dengan jantung yang berdegup semakin kencang.

Marco meraihnya.

Dan entah bagaimana, bibir menawan itu kini sudah mengulum bibirnya, membuat seluruh darah di dalam tubuh Felicia berdesir mendamba.

Bibir Marco membelai lembut, mencecap sensualitas Felicia dengan kelembutan yang tak terduga.

"Buka bibirmu, Sayang," bisik Marco lembut.


Bukan Istri Bayaran [Tamat]Where stories live. Discover now