40. Letter From The Sky

Start from the beginning
                                    

"Polisi? Ada apa? K-kemana pemiliknya?"

Maaf saya harus menyampaikan ini. Tetapi pemilik dari ponsel dan mobil ini ditemukan mengalami kecelakaan parah. Mobilnya terguling dan sebagian sisinya hancur, lalu pengemudinya tidak sadarkan diri dan sedang dilarikan ke rumah sakit.

Gemy menjatuhkan ponselnya. Air matanya tanpa sadar menetes. Melihat itu, Samurai dan Erlangga pun melompat dari sofa dan berlari ke arah Gemy. Samurai mengambil alih ponsel Gemy, sementara perempuan itu masih syok atas apa yang didengarnya.

"Halo? Pak? Dimana? Dimana dia sekarang?"

Beliau sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat...

Begitu mendengar nama rumah sakit, Gemy berlari keluar rumah dengan pakaian seadanya. Ia mengusap air matanya yang tak kunjung berhenti. Sementara yang lainnya mengintil dengan terbirit-birit sebab Gemy berlari dengan cepat.

Setibanya di rumah sakit, Gemy langsung menanyakan keberadaan Raka kepada resepsionis. Ia ingin marah ketika ditanya-tanya mengenai privasinya. Apakah tidak bisa ia memberitahu nanti saja? Ia harus menemui Raka sekarang.

Dokter yang menangani Raka menghampiri mereka. Ia memasang wajah sedih dan cemas. Namun, karena ia adalah seorang dokter, ia harus tetap memberitahu kepada pasiennya.

"Dokter..."

"Pasien mengalami luka serius di bagian kepalanya. Ia juga kehilangan banyak darah. Kami menyarankan untuk melakukan operasi sesegera mungkin agar pasien bisa lebih mudah ditangani," ucap Dokter tersebut.

Operasi... Apakah separah itu? Gemy menutup mulutnya, ia menggaruk kepalanya dengan ssbal.

"Lo berdua kenal keluarganya Raka?" tanya Gemy pada Samurai dan Erlangga.

"Nggak."

"Lakukan dokter, lakukan apapun asalkan Raka bisa pulih lagi," pinta Gemy.

"Operasi ini memiliki kemungkinan besar untuk berhasil, akan tetapi... Dampaknya adalah pasien akan mengalami koma," lanjut dokter.

Jika Raka koma... Lalu bagaimana dengan Astrid dan Akasa? Bagaimana dengan sidang itu? Bagaimana...

"Berapa lama dia koma?"

"Kami tidak bisa memastikan. Itu semua tergantung bagaimana respon pasien terhadap tindakan yang kami lakukan. Sisanya, terserah pada Tuhan."

𓋜

Sidang terakhir

Pengadilan saat itu ramai sekali, sungguh. Wartawan ada di depan gerbang seperti mengerumuni seorang artis. Untungnya para polisi siap sedia dan gerak cepat dalam menangani para wartawan itu.

Entahlah, mungkin pengadilan pun membatasi jumlah orang yang diperbolehkan masuk ke dalam ruangan. Sebab kini di dalam ruangan tersebut hanya ada beberapa orang saja. Ada Samurai dan Erlangga yang duduk di sana, lalu keluarga Lucy dan orang-orang yang seperti kerabat dari Zerren.

Pada sidang pertama, kubu di daerah Samurai dan Erlangga tidak sesepi ini. Sekarang benar-benar sepi. Pihak penuntut pun terlihat enggan untuk sekadar menoleh ke arah mereka. Tapi tak masalah jika ini tidak merugikan Samurai dan Erlangga.

Persidangan dimulai. Semua orang berdiri ketika hakim datang. Lalu, Astrid dengan tubuh kurusnya memasuki ruangan sambil menundukkan kepala. Jika saja Akasa ada di sini, ia pasti sudah mengomel kepada petugas di lapas karena tidak memberi makan eyangnya dengan baik.

ETERNAL PART OF THE SKY ; Kim Sunoo [END]Where stories live. Discover now