EMPAT

5.9K 194 9
                                    



"G--Rega?"

Laki-laki itu tidak melirik Tania sedikit pun yang schok melihatnya, melainkan ia duduk di atas perut laki-laki itu melayangkan pukulan pada wajahnya. Hingga laki-laki itu mengerang kesakitan.

Wajah laki-laki itu menggerang kesakitan. Dia menoleh ke arah belakang berharap teman-temannya dapat membantunya. Namun soalnya, kedua temannya hanya diam di tempat itu. "Ngapain luh semua diem aja?! Lo gak lihat gue udah babak-belur?"

Dua orang laki-laki itu tampak ragu. Apalagi melihat Rega di depannya. Mereka masih ingin hidup, kedua orang itu tidak ingin melakukan hal konyol yang dapat membuat nyawa mereka melayang."Maaf bos gue gak berani."

Rega menendang perut dua orang laki-laki di depannya hingga ikut tersungkur di lantai."Banci lo!!! Jangan sok jagoan luh pada beraninya sama cewek doang."

"Akh..."Pekik laki-laki itu mengerang kesakitan berusaha bangkit sambil memegang sudut bibirnya yang perih. Dia mengusap sudut bibirnya yang bau amis dengan kasar. "Lo jangan sok jagoan. Lo bukan apa-apa tanpa kekuasan bokap lo." Ucapnya meremehkan.

Rega terkekeh tipis dengan sorot mata yang tajam. Begitu laki-laki itu hendak melemparkan pukulannya, dia langsung menangkapnya dan menginjak kaki laki-laki itu dengan kuat-kuat tanpa ada rasa simpati sedikit pun hingga meringis kesakitan. Rega dengan gerakan cepat menendang perut laki-laki itu hingga tersungkur kembali di bawah lantai dengan mengeluarkan erangannya.

"Bian?!"Ujar laki-laki itu namun kedua temannya tidak memiliki keberanian penuh saat melihat tatapan tajam Rega. Dengan satu sudut bibir terangkat.

Tania yang masih berada di belakang terlihat gelisa. Dia menoleh ke belakang berharap ada seseorang yang dapat membantunya matanya menelisik mencari seseorang. Gadis itu tidak menyangka bawah masalah ini akan sebesar ini. Apalagi melihat tiga orang laki-laki sudah babak belur di tangan Rega.

Rega mengusap peluh keringat yang membasahi wajahnya." Lo bertiga maju lawan gue." Dengan rahang yang mengetat.

Ketiga laki-laki itu tampak ketakutan. Namun dengan keberanian penuh mereka bangun hendak menghajar Rega.

Seragam Rega sudah acak-acakan namun laki-laki itu tidak ingin menyudahi perkelahian itu, satu sudut bibirnya terangkat mata tajamnya menatap lawannya dengan remeh. Dengan cepat ia mengindari seragan dari tiga laki-laki di depannya.

Tania yang semula atensinya beralih kearah lain, kini tertuju pada laki-laki didepan sana. Karena Tania takut Rega dikeroyok oleh tiga orang laki-laki di depannya. Gadis itu mematung di tempatnya, begitu menyadari Rega berkali-kali lipat tampan dengan keringat yang mulai menetes di sekitar wajahnya.

"Sial, gue gagal fokus."Gumam Tania pelan saat melihat objek di depannya.

Hingga teriakan menggema mengalihkan atensi mereka di depan sana, seorang guru tergopo-gopo melangkah ke arah mereka. Tania yang semula atensinya berada pada Rega kini menoleh pada seorang guru dan Arka, Tania menatap panik berusaha menghentikan Rega yang masih memukul tiga orang laki-laki di depannya tanpa belas kasihan.

"Ga, cukup. Lo bisa masuk BK! "Katanya berusaha menghentikan perkelahian itu Tania—gadis itu menarik tangan Rega agar Rega menjauh dari tiga orang laki-laki di depannya. "Sial kita bisa kena hukuman!" katanya panik.

Rega Argantara Where stories live. Discover now