Bab 55 : 1440

13.8K 814 30
                                    

Acara premier film terbaru Keenan adalah penampilan publik pertamaku setelah pengumuman rencana pernikahan kami. Sebenarnya aku merasa enggan untuk hadir, tapi ucapan Kak Nita yang mengatakan cepat atau lambat aku harus menghadapi situasi serupa membuatku memutuskan untuk menerima ajakan Keenan kali ini.

Aku tentu saja merasa tegang, bahkan sejak mulai bersiap tadi. Aku sampai melatih caraku tersenyum agar tidak tampak kaku di kamera. Ah, apa benar ada yang sudi menyorotku dengan lensa kamera mereka? Sepertinya aku terlalu kegeerean.

Sepanjang perjalanan menuju lokasi, aku terus mematut diri, merapikan rambutku dan memeriksa outfit yang kupilih untuk acara hari ini. Oke, tidak buruk, setidaknya itu menurut pendapatku sendiri.

Pikiranku terus mengirim sugesti pada diri untuk menghilangkan ketegangan. Aku hanya salah satu penonton beruntung yang terpilih untuk menyaksikan pemutaran perdana film terbaru ini, tidak ada yang istimewa. Akan ada banyak orang 'beruntung' lainnya di acara nanti. Tidak akan ada yang peduli padaku.

Tapi ... aku akan berjalan masuk bersama Keenan, salah satu pemeran dari film yang akan diputar. Kehadirannya tentu saja menjadi pusat perhatian. Dan ada aku yang membersamainya. Astagaa .... aku tetap tidak bisa mengendalikan pikiranku sendiri

Sekali lagi aku memeriksa penampilan lewat pantulan dari kaca jendela mobil. Memastikan tidak ada yang tercela.

"Tenang, santai saja." Keenan menggenggam tanganku dan mengulas senyum menenangkan.

Aku memaksakan senyum membalasnya. "Thanks," ucapku tulus.

"Tangan kamu dingin banget, Nin," seloroh Keenan dan menatapku sambil mengulum senyum. Kemudian mulai sibuk mengusap-usap jemari dan telapak tanganku. "Tenang, santai, rileks," ucapnya lagi.

Aku menarik napas dalam, terlebih saat mobil yang kami tumpangi sudah memasuki area parkir. Dan entah untuk keberapa kalinya, aku kembali memeriksa penampilanku.

"Udah bagus, kan?" Aku memandang Keenan, meminta pendapat.

Keenang mengganguk. "Sempurna," jawabnya sambil mengusap pipiku dengan ibu jarinya. "Ayo," ajaknya, kemudian bergerak keluar mobil lebih dulu. Dia berdiri menungguku kemudian menggenggam tanganku saat kakiku menapaki lantai.

Aku berusaha berjalan dengan baik mendampingi langkah Keenan. Sembari melangkah, dia mengarahkan tanganku untuk memeluk lengannya. Keenan melakukan itu dengan senyum tipis yang meneduhkan. Perlakuannya itu sukses membuatku merasa tenang dan perlahan membangkitkan kepercayaan diriku.

Senyumku otomatis merekah setelah memasuki area acara, saat menyadari beberapa orang melihat ke arah kami.

"Menunggu seseorang?" tanyaku saat Keenan enggan beranjak menjauh dari pintu masuk meski beberapa orang--yang kuyakini panitia, sudah mengarahkannya untuk terus berjalan.

"Kita ketemu setelah sesi wawancara, kan? Enggak apa-apa, kok, aku ditinggal di sini," tambahku lagi saat Keenan tidak menanggapi pertanyaanku. Dia terlihat sibuk memandang ke sekeliling ruangan.

"Nah, akhirnya datang juga," seloroh Keenan membuatku mengikuti arah pandangannya.

"Hah?! Kok mereka bisa ke sini?"

"Aku enggak bakal biarin calon istriku merasa kesepian di tengah keramaian ini," jawab Keenan, kemudian beralih menyambut teman-temanku yang sudah mendekati kami. Tampak tidak begitu peduli pada efek ucapannya yang sukses membuatku tersipu.

Uty langsung mengamit lengan kananku saat berdiri di dekat kami, disusul Nara, Mila, juga Diyah dan kompak menyapa Keenan singkat.

"Ya, udah, aku tinggal sebentar, ya," pamit Keenan. Dia harus bergabung dengan para aktor juga orang-orang yang mengambil peran dalam proses pembuatan filmnya kali ini. "Nanti ketemu di sini lagi setelah acara selesai, ya," tambahnya sambil mengelus pelan kepalaku, kemudian berjalan meninggalkan kami.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 24, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Actor and IWhere stories live. Discover now