Bab 6 : Midnight Chat

14.6K 1.3K 7
                                    

Satu lagi hari membosankan terlewati. Aku menjatuhkan diri di atas sofa depan TV yang akhir-akhir ini menjadi tempatku menghabiskan lebih banyak waktu. Di rumah hanya ada aku dan papa yang sudah lebih dulu masuk ke kamar tidurnya. Mama sepertinya terlalu betah mengurus cucu kembarnya, jangankan pulang sesekali, menelepon pun jarang. Padahal sebelumnya saat aku masih di asrama, dia akan merecoki setiap malamku dengan ragam pertanyaan tentang apa saja yang ku lakukan hari itu.

Kak Nino sedang sibuk mengurus studio fotonya yang direnovasi dan sering pulang larut beberapa malam terakhir. Sedangkan Kak Nita sepertinya sedang balas dendam setelah wisuda. Jadwal mendakinya semakin padat. Tadi sore dia meninggalkan rumah dengan riang sambil mencangklong ransel besarnya dan melambaikan tangan antusias saat akan masuk ke mobil yang menjemputnya.

Aku mematikan TV dan memilih rebahan di kamar saja. Bermain ponsel sepertinya jauh lebih menarik dibanding melihat tontonan yang ada di TV. Tepat saat pintu kamar kututup, deringan beruntun terdengar dari ponsel yang kuletakkan di meja dekat pembaringan. Pasti grup chat teman asramaku. Hanya mereka yang suka bikin rusuh pada jam segini saat masa liburan.

Aku mengambil ponsel dan hanya bisa melotot melihat total pesan dari grup yang sudah lebih seratus. Aku mengabaikan tombol cepat untuk melihat pesan terakhir yang masuk ke grup. Memilih mulai membaca pesan paling pertama yang belum sempat kubuka.

Isinya tidak jauh dari saling pamer kegiatan liburan. Seperti liburan sebelumnya, Nara selalu berada diposisi pertama perkara destinasi liburan yang paling kece. Statusnya sebagai anak pengusaha kaya membuat dia sudah menjejakkan kaki hampir di separuh bumi ini. Kali ini fotonya yang berpose sok imut di depan ikon Universal Studio sukses menjadi bahan olokan anggota grup.

Sesekali aku tertawa sembari terus menggulir ke bawah untuk membaca semua pesan, mengabaikan pesan Uti yang mempertanyakan eksistensiku di dalam grup. Aku harus menuntaskan ini semua sebelum mulai mengetik.

Ibu jariku yang bergerak menggulir layar ponsel seketika berhenti saat menemukan pesan Mila yang kembali mengirim hasil screenshoot instagram story Keenan tempo hari.

Mila : Naikkan kecerahan ponsel kalian. Dan baca pesan tersembunyi dari story sayangku Keenan. TT.TT

Aku refleks mencibir membaca sapaan yang dia sematkan di depan nama Keenan. Mataku membola setelah melakukan perintah Mila. Setelah menambah kecerahan gawaiku, kata 'MAAF' terpampang jelas pada story gelap itu. Aku refleks menelan ludah, kemudian lanjut membaca tanggapan teman-temanku.

Diyah : Fix. Keenan berantem sama pacarnya. Tambah penasaran sama tuh cewek.

Mila : Masalahnya setelah story itu, Keenan ga pernah apdet apa-apa lagi. Maksudku dia memang jarang berbagi kegiatan di medsos. Tapi, sebagai fans garis depan gue khawatir. TT.TT

Nara : Gaes, kalian salah grup chat kayaknya. Sekadar mengingatkan sih.

Uti : Kalo ada apa-apa sama Keenan pasti bakal ada beritanya. Tenang saja.

Mila : Kalo sampe ketemu sama tuh cewek, gue bakal ngamuk dan jambak rambutnya karena berani nyakitin Keenan gue.

Aku mendengkus. Ingin rasanya mengetik semua informasi yang kutahu dan mengklarifikasi kesalahpahaman yang terjadi.

Aku memilih berhenti membaca pesan yang tersisa. Mataku beralih melihat jam yang menunjukkan pukul 20:32 di sudut kiri ponsel. Jadi, story alay Keenan tempo hari ditujukan untukku? Atau bisa saja dia sedang ada masalah dengan orang lain dan berkeras meminta maaf juga. Ah ... entahlah.

Setelah dipikir lagi, aku memang sedikit kasar saat dia terus meminta maaf. Apa itu membuatnya terus merasa bersalah? Segera aku membuka ruang obrolan dengan Keenan. Tapi, tunggu ... apa yang harus kukatakan? Mengingat interaksi kami yang terakhir sepertinya berakhir dengan tidak baik.

The Actor and IOnde histórias criam vida. Descubra agora