Bab 35 : The Direct Messages

7.6K 553 8
                                    

"Halo ... Kak."

"Ini akun asli pacarnya Keenan?"

"Beneran pacarnya Keenan, Kak?"

"Kenapa di private, sih, akunnya?"

"Konfirm dong, Kak."

"Stop bacain semua dm yang masuk. Abaiin aja."

Aku sedikit tersentak saat Mila tiba-tiba mengambil ponselku dan meletakkannya di atas meja. Dia kemudian memilih duduk tepat di depanku, di samping Diyah yang juga menatap lurus padaku. Dan aku baru sadar telah menjadi pusat perhatian dari teman-temanku yang sejak tadi duduk mengelilingi meja yang sama denganku.

"Kita hampir setengah jam di sini, dan lo masih terus fokus sama hape lo, Na," komentar Diyah.

"Sorry, tiba-tiba banyak pesan yang masuk. Akunku yang followernya enggak seberapa ini, kan, agak kaget tiba-tiba rame gini." Aku mengumbar senyum. "Betewe kok bisa, ya, mereka semua langsung tahu akun gue?"

"Ya, elaah, Na. Following cowok lo itu enggak sampai seratus. Banyakan juga akun centang biru. Cukup cek satu-satu akun yang enggak terkenal aja, akun lo gampang banget buat dideteksi. Trik kayak gitu mah gampang banget dilakuin sama fans kelewat kepo." Mila menjelaskan.

"Wow." Nara menanggapi dengan ekspresi datarnya. "Sebagai mantan fans, info dari lo oke juga."

Aku mengangguk paham. Aku dan Keenan mulai saling follow akun setelah memperkenalkannya dengan teman-temanku tempo hari. Beberapa hari setelah itu, tidak ada perubahan berarti dalam aktivitas media sosialku. Kupikir semuanya akan berjalan lancar dan biasa saja, tapi ternyata keputusan untuk kencan akhir pekan kemarin membawa reaksi cepat bagi penggemarnya.

"Keenan udah tahu?"

Aku menggeleng pelan. "Enggak perlu lah lapor sama dia. Keenan punya banyak hal lebih penting lainnya buat dipikirin. Gue enggak mau juga kalau Keenan malah khawatir, nanti ganggu kerjaan dia lagi."

"Duh ... So sweetnya."

"Hoek! Mual gue."

"Geli, Na. Asli."

Aku mengulum senyum mendapati reaksi teman-temanku. "Betewe, thanks perhatiannya."

"Nope."

"Girls, gue cabut duluan, ya. Nanti gue dapat giliran presentasi. Mau latihan tampil kece badai dulu." Diyah bangkit lebih dulu dan mengerling genit sebelum meninggalkan meja kami.

"Seperti biasa, gue pamit setelah Diyah karena nggak mau jalan sendirian ke gedung fakultas. Bye." Nara bergegas dan menyusul Diyah.

Uty tanpa basa-basi turut berdiri. Dia hanya mengangkat ponselnya yang menampilkan pesan ajakan pertemuan sebelum praktikumnya nanti.

Tinggal aku dan Mila yang duduk berhadapan. Saling memandang dalam diam. Rasanya seperti de javu.

"Apa?!" Kali ini Mila yang bersuara lebih dulu. Dia pasti merasa risih karena terus kutatap dengan intens.

Aku menahan tawa melihat reaksinya. "Dua tahun kita satu kamar, gue enggak nyangka kalau lo perhatian banget, Mil," ucapku tulus.

"Dih ... Geli, Na. Geli!" balasnya dengan mata yang hampir melotot, "Gue kayak gini karena udah tahu banget sama kelakuan fansnya cowok lo. Enggak semuanya bar-bar dan sok ngatur kehidupan idolanya juga, sih. Tapi, enggak sedikit juga yang bakal biasa aja kalau tahu Keenan akhirnya punya pacar lagi. Disenggol dikit bisa-bisa lo kena teror."

The Actor and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang