Inside Out 10 1/3

650 58 0
                                    

•••
"Ish, Khao!" Protesan itu keluar dari mulut Khai, pasalnya dia sedang santai memakan mie yang baru saja dia buat tapi Khao merebutnya.

Khao duduk di sebelah Khai dan mulai memakan mie yang dia rebut dari saudaranya. "Minimal bagi-bagi lah."

"Lo mau? Gue bikinin deh." Kata Khai dengan kesal. Dia hendak beranjak dari tempat duduknya berniat untuk membuatkan mie untuk Khao, tapi Khao menahan lengannya dan memberikan mangkuk berisi mie itu kepada pemiliknya.

"Gue mau jalan sama pacar gue, pulangnya mau gue beliin apa?" Tawar Khao.

Khai menggeleng, "gue cuman mau di sayang."

"Makannya cari pacar," Khao memukul pelan lengan Khai, dia menganggap jika perkataan Khai yang ini sebuah lelucon dan tidak menganggapnya serius.

"Yaudah sana pacaran. Yang ganteng biar gak di tinggalin sama pacar lo," kata Khai yang sekarang sudah mulai menyantap mie nya.

Khao mengacak-acak rambut Khai kemudian memberinya sebuah pelukan dan kecupan singkat di kepalanya. "Untung banget gue punya ade gemesin gini."

"Gue yang gak untung punya kakak kaya lo."

Khao menganggapinya dengan tawaan, sebelum dia pergi, tangannya yang usil mencubit pipi Khai dengan cukup kuat. Itu berhasil membuat Khai kesal dan berniat untuk melayangkan sebuah pukulan padanya, tapi Khao berlari menghindarinya.

"Khao gue benci sama lo!" Kesal Khai kembali menyantap mie nya, dia tidak mau mie-nya mendingin karena nanti cita rasanya akan berkurang.

"Love you to," jawab Khao dari kejauhan sambil terkekeh, dia memang sangat senang mengusili adiknya.

Saat itu Khao belum mengetahui jika Khai sudah memiliki kekasih. Khai tidak bercerita padanya, tapi kedua orangtuanya sudah mengetahuinya, hanya saja Khai meminta untuk merahasiakan ini dari Khao. Saat itu dia berpikir jika Khao tahu dia berpacaran dengan pria, Khao akan semakin mengejeknya.

Khao tak pernah menyangka jika perkataan kebencian yang selalu Khai katakan itu benar, dia mengira itu semua hanya sebuah lelucon yang biasa di mainkan adik dan kakak.

•••

Ini sudah lima hari semenjak kejadian waktu itu. First belum bertemu dengan Khao bahkan berbicara dengannya, dia sangat ingin mengetahui bagaimana kondisinya saat ini. First takut Khao melakukan hal yang sama dengan Khai karena tidak bisa menerima fakta yang harus dia hadapi sekarang. Bagaimana pun juga mereka kembar.

Khao melirik bangku kosong di sebelahnya membayangkan wajah Khao yang sedang tersenyum padanya. Walau baru lima hari tapi dia sangat merindukan Khao, biasanya ketika guru sedang menerangkan seperti sekarang, Khao selalu bermain-main dengannya. First membuka lembar terakhir di bukunya, Khao mencoret-coret bukunya. First tertawa mengingat kejadian itu, saat itu Khao tidak menyukai pelajaran kimia, jadi dia mengganggu First dengan mencoret-coret lembar terakhir di buku milik First.

"Gimana keadaan lo sekarang?" Gumam First perlahan. Telinganya tetap mendengar apa yang sedang di terangkan pengajar, tapi pikirannya tak henti-henti menerka keadaan Khao. Dia harap Khao baik-baik saja.

•••

Sejujurnya First sangat malas datang ke kantin, dia tidak bernafsu untuk makan. Datang ke kantin hanya menambah lukanya saja, dia selalu memesan dua menu sama untuknya dan untuk Khao. Ini sangat menyebalkan.

Untuk sekedar mengganjal perutnya, First memesan sandwich dan air mineral saja.

Lagi-lagi bayangan Khao dan Khai seketika terlintas dalam benak First. Mereka sama-sama orang yang berarti dalam hidup First, janji yang First buat untuk Khai malah membawa kegundahan untuknya. Dia tidak akan mengira perasaan akan berakhir seperti ini, rasa nyaman itu perlahan mengikis kebencian dalam diri First untuk Khao.

Joong yang melihat First melamun sendirian sambil memakan sandwich kemudian mendekatinya. Joong tahu permasalahan First dari Lego, dan Joong sudah menceritakan semuanya tentang Khao pada Lego.

"First," panggil Joong kemudian duduk berhadapan dengannya. Joong merasa kasihan pada First sekarang.

First hanya memandangnya tanpa berniat menjawab panggilannya. Joong tahu jika sekarang First ingin sendiri, tapi dia tidak bisa meninggalkan temannya dengan keadaan seperti ini. Lagi pula, ada satu hal yang ingin Joong ceritakan padanya, mungkin ini akan menambah beban pikiran First, tapi Joong harus menyampaikannya.

"Lo gak jenguk Khao?" Joong juga tahu jika First tidak tahu menahu soal Khao, dia hanya basa-basi saja sebelum menyampaikan inti ceritanya.

First mengehentikan kunyahan-nya kembali menatap Joong dengan serius. Percuma saja First berpura-pura seolah tidak peduli dengan Khao di depan orang lain, dia tidak bisa melakukannya. "Jenguk? Khao sakit?"

"Lo gak tau?" Tanya Joong lagi dan hanya di tanggapi gelengan kepala saja oleh First.

"Tiga hari lalu Khao ikut balapan liar sama gue. Bolos sekolah tapi malah ikut balapan liar, emang agak lain itu anak."

"Terus?" First sangat penasaran, Joong menceritakan tidak langsung pada intinya, itu terkesan berbelit-belit.

"Dia kecelakaan dan sampe sekarang belum sadarin diri." Joong menceritakan kronologi bagaimana bisa Khao mengalami kecelakaan.

Malam itu Khao bilang sudah dua hari dia tidak pulang ke rumahnya, dia memutuskan untuk menginap di rumah temannya di sekolah lamanya dulu. Saat itu akan ada balapan liar yang tak jauh dari rumah temannya, dan temannya menjadi salah satu peserta balapan liar tersebut. Khao tidak ingin hanya diam dan menonton temannya, dia juga ingin ikut dan berpartisipasi dalam balapan tersebut. Sungguh suatu kebetulan Khao bertemu dengan Joong yang akan menjadi lawannya malam itu.

Saat bendera start di kibarkan, balapan sudah di mulai. Lima peserta termasuk Khao dan Joong menaikan kecepatan motornya hingga menyampai batas kecepatan rata-rata. Mereka bersaing untuk mendapatkan uang yang lumayan besar nominalnya.

Putaran pertama Khao lewati, dia memimpin dan menjadi yang pertama di sana. Masih ada di putaran lagi untuk menentukan siapa yang jadi pemenang kali ini. Khao tidak memeriksa kondisi motornya terlebih dahulu, motornya yang tiba tiba bermasalah menabrak pembatas jalan. Tubuh Khao sedikit terlempar ke depan dan kepalanya mengenai sebuah tong yang di letakkan di sana, tangannya tertindih motornya sendiri. Walaupun menggunakan helm tapi kepalanya terasa sakit.

Pembalap di belakang yang menjadi lawannya tidak siap untuk mengerem karena tubuh Khao terbaring di depannya. Motornya terjatuh menindih kaki Khao dan tubuhnya juga terlempar.

Joong yang melihat itu menghentikan motornya segera menolong Khao, beberapa orang di sana juga menolong Khao juga pembalap yang lainnya. Joong menyingkirkan motor yang menindih kaki Khao kemudian motor Khao yang menindih tangannya. Joong membuka helm Khao dan mendapati darah di keningnya, juga mata Khao yang sudah terpejam tak sadarkan diri.

Joong yang panik langsung meminta orang-orang yang berada di sana membawa Khao ke rumah sakit terdekat. Untung saja pembalap yang terjatuh tadi hanya mengalami luka ringan.

"Kecelakaannya gak terlalu parah, cuman kaki sama tangannya cidera. Dokter bilang Khao emang lagi sakit waktu itu, gue gak tanyain dia sakit apa."

"Lo harus anterin gue buat jenguk Khao pulang nanti." Pinta First kemudian Joong mengangguk menyetujui ajakannya.

•••

Maapin typonya :(

INSIDE OUT | KHAOFIRSTOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz