Inside Out 2 1/3

770 88 1
                                    

Boleh Vote nya 🙆

•••
Sebelum melanjutkan mencari tahu tentang apa penyebab adiknya bunuh diri, dia sebaiknya mencari tahu apa yang selama ini di derita Khai, mungkin dia menderita gangguan kecemasan atau yang lainnya. Jika tidak, untuk apa dia membutuhkan obat penenang setiap saat.

Khao duduk melamun di kantin seraya mengaduk mie instan yang sudah mendingin, dia sebenarnya tak ada niat untuk memakannya, tapi karena lapar dia terpaksa memesan sebuah mie instan. Dia tidak tahu makanan apa yang di tawarkan di kantin sekolah ini, tidak ada papan menu di sana. Tidak hanya mie instan, dia juga membeli sebotol air mineral.

Seorang siswa yang asing untuknya duduk di mejanya. Dia menggeliat sesekali meregangkan otot-ototnya. Khao kebingungan, siapa dia.

"Gua kira lo mati dua hari gak sekolah," ucap siswa itu kemudian merebut mangkuk mie nya. Tidak sopan sekali. Khao memang nakal, tapi sedikitnya dia mempunyai attitude.

Tapi Khao penasaran mengapa bisa orang ini menganggapnya sudah tiada, apa mungkin orang ini ada sangkut pautnya dengan kematian adiknya? Atau itu hanya sebuah leluconnya saja?

"Kenapa gue harus mati?" Kata Khao berusaha akrab dengan orang ini. Dia mempunyai firasat jika orang ini salah satu teman Khai juga.

Orang itu menatap Khao dengan tajam, "bukannya lo nantangin anak jalanan itu? Apa lo kabur karena terlalu takut sama jumlah mereka yang banyak?" Orang itu tertawa kemudian melanjutkan kembali melahap mie yang dia rebut dari Khao.

Khao memang sering membuat keributan dengan siapapun, dia tak pandang bulu. Tapi ini Khai, yang sifatnya bisa di bilang berbanding terbalik dengannya. Jika yang satunya ekstrovert maka yang satunya lagi introvert. Sangat sulit di percaya jika Khai menantang seseorang untuk bertengkar apalagi dengan berandal jalanan.

"Gue gak takut, mereka gak dateng waktu itu," jawab Khao lagi lagi berbohong.

Tiba-tiba satu siswa lainnya menghampiri mereka dan duduk begitu saja. Siapa lagi ini.

"Pond, lo di cariin guru bio tuh, katanya tugas tiga hari yang lalu kemana?" Kata orang itu.

Oh, orang yang mengajaknya bicara tadi bernama Pond, dia seperti pernah mendengar nama itu tapi dimana. Tapi sebelum mengingat itu, dia harus bisa membuat satu siswa yang baru datang itu menyebutkan namanya.

"Gue lupa anjing, lo udah emang?" Kata Pond.

Siswa itu mengangguk kemudian melipat tangannya di dada, "dari tiga hari yang lalu."

"Yaelah, hasil kerjaan cowo lu aja sombong."

"Cari pacar makannya, bukan ngajakin orang berantem mulu!"

Khao tidak tahu apa yang tengah keduanya ini bicarakan, jika di lihat dari cara mereka mengobrol sepertinya mereka berteman, dan bisa jadi orang itu juga temannya Khai.

Diamnya Khao menarik perhatian orang itu. "Khai, tumben lu pendiem banget, ada apa?"

Khao menggeleng, dia tidak tahu harus mengatakan apa. Bagaimana caranya dia bisa membuat orang ini mengatakan namanya, "gue gak paham sama apa yang kalian omongin."

"Kerjain tugas gue lah, mau gak? Gue bayar lo deh kaya biasanya?" Itu Pond yang bersuara.

"Kapan pinternya nyuruh Khai mulu?!"

Khao tahu betul jika Khai memang lebih pintar darinya, beberapa penghargaan selalu Khai dapatkan. Hampir satu lemari berisi piala-piala miliknya, dan hanya satu piala milik Khao, itu pun dia memenangkan juara dua debat. Melihat dari cara Pond meminta pertolongan, sepertinya Khai memang sering di bayar untuk mengerjakan tugasnya. Mengapa Khai bisa di manfaatkan sepeti ini, apa dia terlalu polos?

"Hari ini gue sibuk," bagaimana dia bisa mengerjakan tugas orang itu, tugasnya saja sering dia abaikan.

"Joong, cowo lu aja lah suruh kerjain tugas gue, gimana? Genting nih!"

Akhirnya Khao bisa mengetahui nama temannya Khai itu. Khai pernah memberitahunya jika Joong salah satu teman dekatnya selain Phuwin, dia yang selalu membantunya ketika dia dirundung. Pernah sekali dia masuk BK karena melukai para perundung Khai, dia ingat itu.

"Gue aja harus manjain dia dulu biar mau ngerjain tugas gue," kata Joong.

"Kalo gitu gue manjain cowo lu gimana?"

"Berantem aja kita gimana ?"

Selain itu Khai ternyata orang bernama Joong ini juga tertarik pada laki-laki. Dia jadi bertanya-tanya mengapa Khai harus menyembunyikan hubungannya dengan First dari teman-temannya, jika salah satu temannya saja Gay. Berapa banyak pertanyaan lagi yang harus Khao cari tahu jawabannya, ini sudah terlalu banyak.

"Gue ke kelas dulu, kalian lanjutin berantemnya," Khao tidak tahan berada lama-lama diantara mereka.

"Makasih mie nya, bro."

•••
Setidaknya dia bisa duduk dengan tenang merenungkan semua yang ada di kepalanya sekarang. First tidak ada dikelas, entah ada dimana dia. Itu bagus untuknya.

Dia mulai memainkan jarinya gelisah. Ini baru dua hari dia menjadi Khai, jika bisa dia ingin menyerah saja. Ini terlalu sulit di pecahkan.

Khao memutar bola matanya malas ketika sebuah tangan merangkul bahunya, itu pasti kekasih Khai. Di sekolah lamanya dia berkencan dengan wanita, di sini dia harus membiasakan diri untuk berkencan dengan pria demi menjadi Khai.

"Gue liat dari jauh kayanya lo lagi banyak masalah ya? Apa karena gue lagi?" Tanya First kemudian duduk di kursinya.

"Mungkin," entahlah mengapa Khao mengatakan itu, pikirannya terlalu kalut saat ini, dia tidak sempat berpikir.

First membawa tangan Khao ke genggamannya, "gue minta maaf sekali lagi, gue gak mau ngungkit masa lalu lagi."

Apa lagi ini, kenangan buruk apa yang Khai buat dengannya. "Masa lalu? Sorry gue lagi banyak pikiran," dia sengaja supaya First menceritakan masalah yang dia buat dengan Khai.

"Sekarang gue sayang sama lo, gue gak mau jadi salah satu orang yang nyakitin lo lagi," First tersenyum manis padanya, "gue kira kemarin lo udah maafin gue."

Khao harus membuat orang ini bercerita, dia menebak jika First ini salah satu orang yang pernah merundung Khai, semoga dugaannya ini benar, jika salah semuanya akan berantakan. "Apa gue dulu cupu banget sampe lo bully?"

"Udah berapa kali gue bilang sama lo kalo gue di suruh. Dan tolong berhenti bawa bawa masalah ini lagi, ya?"

Khao bernapas lega dugaannya tidak meleset, dia sudah menduga itu saat melihat catatan yang Khai tulis di fotonya, Phuwin juga sempat mengatakannya walau kurang jelas. Sekarang dia menaruh curiga pada First dan Pond, mereka sepertinya dua orang yang pernah terlibat perkelahian dengan Khai, dia bisa melihat sorot mata tidak suka yang Pond berikan padanya. Jika First, mungkin benar itu masa lalunya saja. Dia bisa melihat kasih sayang di matanya.

"Kita bahas ini nanti ya? Gue pusing banget."

First lantas mengangguk dan melepaskan genggamannya. Khao membiarkan dagunya bertumpu pada tangannya, sedangkan tatapannya lurus dan kosong. First yang melihat itu tidak berani mengajaknya berbicara.

•••

INSIDE OUT | KHAOFIRSTUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum