Inside Out 4 1/3

733 82 0
                                    

•••
Jangan menilai orang dari sampulnya. Pribahasa ini sangat cocok untuk Khao yang sedang dalam misinya sekarang. Beberapa kali dia gagal menilai seseorang dengan hanya melihat luar dan keburukannya saja. Dia tidak pernah melihat sisi baik yang di miliki orang jahat, yang dia tahu orang jahat itu tidak memiliki sisi baik dalam dirinya. Semua tentang mereka buruk.

Satu Minggu dia habiskan waktunya untuk membaca memahami First, apa yang di alaminya, dan apa penyebabnya melakukan hal buruk pada siswa yang dianggapnya lemah. Khao melupakan jurnal milik Khai, banyak lembar yang di sobek ternyata jadi dia tidak tahu keseluruhan isi jurnal itu. Satu satunya kunci jawaban yang Khao miliki sekarang adalah Phuwin dan First.

Sepertinya Khao terlambat ke kelas, mobilnya mogok dan terpaksa di harus naik bus untuk pergi ke sekolah. Sialnya jalanan macet jadi dia tidak sampai tepat waktu ke sekolah.

Setelah masuk ke gerbang yang hampir di kunci, Khao mendengar seseorang meminta untuk berhenti di dekat kamar mandi yang tak jauh darinya. Itu kamar mandi kelas dua, siapa yang melakukan kejahatan di pagi-pagi seperti ini.

"Pond, cukup woy!" Teriak Khao saat seorang siswa laki-laki kelas dua tengah di pukuli oleh Pond dan dua temannya.

Khao mendorong Pond cukup keras dan melindungi siswa itu. Seharusnya Pond tidak menyakiti adik kelas seperti ini. "Gapapa kan?" Tanyanya.

Siswa itu tidak bisa menjawab, hanya tangisan yang tak bersuara yang bisa di perlihatkan pada Khao. Untunglah hanya luka lebam di bagian pipi dan hidungnya, itu bisa di obati.

"Khai minggir! Ni anak gak mau ngasih duit ke gue, jadi dia pantes buat dapetin ini semua!" Salah satu teman Pond berbicara padanya, yang artinya dia juga teman Khai. Tapi siapa dia.

Khao mengeluarkan dompet dari saku seragam miliknya, dia mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyerahkannya pada Pond. "Cukup?"

Pond tertawa di ikuti kedua temannya. "Bukannya kita udah bikin perjanjian ya? Lo gak akan gue ganggu lagi tapi berhenti lindungin korban bullyan gue!"

"Mana bisa gue diem kalo lo nyakitin mereka kaya gini apalagi depan mata gue!" Khao emosi dengan semuanya, di depan ada petugas keamanan tapi kenapa dia diam saja mendengar seseorang dirundung seperti ini. Terkecuali jika dia tuli.

"Khai, gue bisa aja pukul lo sekarang juga," ancam Pond.

Tentu saja Khao sangat bersedia, sudah menjadi makanan sehari-hari nya di pukuli dan memukul orang-orang brengsek seperti mereka. Di sekolah lamanya dia yang melindungi korban perundungan dan membantu mereka untuk pulih kembali. Tidak heran jika sering timbul lebam di area wajahnya.

"Orang-orang kaya kalian harusnya udah di keluarin dari sekolah. Tapi mereka masih baik dan ngasih kesempatan buat kalian, dan apa yang kalian perbuat sekarang?" Khao tahu seberapa seringnya Pond merundung para siswa di sini, Khai juga pernah menjadi salah satu korbannya.

Khao berjalan satu langkah seolah menantang Pond untuk melakukan pertarungan sekarang juga. "Kalian pikir ini keren apa?" Dia menyuruh anak kelas dua itu untuk segera pergi menjauh.

Khao sedikit terkejut karena mereka bertiga lagi-lagi menertawainya. "Heh bocah gak tau terimakasih," Pond sedikit mendorong tubuh Khao kebelakang. "Lo gak di bully sama First lagi itu berkat siapa? Itu semua berkat gue kalo lupa!"

"Kesepakatan kita adalah gue bantuin lo buat balas dendam sama First, dan lo jadi anak buah Pond selama sekolah di sini! Tapi karena lo terlalu lemah, cukup dengan lo diem dan ikutin semua perintah Pond!" Satu teman Pond lainnya membuka suara.

"Oh iya, Lo akhir-akhir ini sering banget keluar sama First. Apa lo diem-diem kasih tau dia penyebab kecelakaan orangtuanya itu gue, bukan Lo?" Pond kini membuat Khao terpojok.

Sial, Niat membantu orang lain malah dia yang butuh bantuan. Tapi tunggu, jadi penyebab kecelakaan itu bukan Khai penyebabnya. Atau mungkin Pond yang merusak mobil orang tua First bukan Khai. "Gue ada urusan sama dia, kita temen sekelas kalo lupa."

"Bagus sih waktu itu mereka taunya kalo kecelakaan itu lo penyebabnya. Emang sih lo yang nyuruh gue, tapi yang rusakin mobil separah itu gue." Pond mengatakan itu dengan gamblang setelah dia melakukan kejahatan.

"Sebelum gue aduin kalian semua ke kepala sekolah, mending kalian pergi dari sini sekarang juga!" Ancam Khao, dia tidak serius melaporkan kejadian ini. Dia takut menjawab pertanyaan yang tidak dia ketahui jawabannya.

"Laporin aja silahkan. Bokap gue gak akan sampe ngehukum gue."

Sial ternyata Pond anak dari kepala sekolah di sini. Pantas saja dia seperti punya kekuasaan, tapi ini tidak adil jika pelaku perundungan tidak hukum sedangkan korban di biarkan begitu saja. Sebenarnya sekolah macam apa ini, semuanya terlihat bodoh.

•••
Sangat sulit di percaya jika Khai menyuruh orang lain untuk mencelakai First. Apa dia terlalu pengecut untuk melakukannya sendiri, atau memang sebelumnya Khai memang sudah jatuh cinta padanya, itu sebabnya dia tidak bisa menyakiti First.

Bagus jika ternyata Khai tidak sejahat yang Khao kira. Itu artinya Khai tidak pernah menyakiti siapapun, memang benar niat mencelakai First sudah dia rancang. Tapi dia tidak berani menjalankan rancangan yang di buatnya sendiri, itu sebabnya dia menyuruh orang untuk melakukannya.

Melihat kasus Pond dan Khai, ini bisa di bilang seperti sebuah kesepakatan yang salah satu pihaknya di rugikan. Kesimpulan yang Khao dapat barusan adalah Pond sering membantu Khai ketika First merundung-nya dulu, tapi Pond mengambil kesempatan itu untuk memanfaatkan Khai menjadi budaknya. Jika Khai menolak maka Pond bisa saja menjadikan Khai korban selanjutnya, bahkan bisa lebih parah dari itu.

Soal hubungan tertutup antara Khai dengan First sepertinya Khao juga sudah menemukan sedikit titik terangnya. Di sini Khai benar benar di manfaatkan oleh keduanya, dia di jadikan budak oleh kedua pria itu dengan cara yang berbeda. Khai yang di salahkan atas kematian orang tua First membuatnya harus tunduk pada First dan mengikuti semua apa yang First katakan. Sementara Pond, dia yang menolong Khai saat First merundung-nya dulu dan bisa di bilang Khai berhutang Budi padanya. Jika Khao tidak salah tebak, bukan First yang ingin menyembunyikan hubungan mereka tapi Khai yang menginginkannya.

"Gak salah kalo lo mau bunuh bajingan itu. Tapi kenapa lo bego banget sih Khai? Terlalu pengecut tau gak!" Gerutu Khao yang sekarang malas untuk pergi ke kelasnya.

Khao memutar langkahnya menuju taman yang tidak terlalu luas di sekolah itu. Dia kecewa pada orang-orang yang berada di sekitarnya, terutama keluarganya, mereka banyak merahasiakan sesuatu dari nya. Selama ini Khao pikir dia adalah anggota keluarga yang sangat di percaya, tapi ternyata dia salah. Dia seperti pecundang sekarang.

•••

INSIDE OUT | KHAOFIRSTWhere stories live. Discover now