Inside Out 8 1/3

501 57 1
                                    

•••
Malam itu Dunk sangat berterimakasih pada Khao walaupun dia tak membantu sedikit pun, tapi setidaknya Dunk jadi punya keberanian dan menghilangkan gengsinya yang selama ini dia pendam. Jika di pikir-pikir, tidak semua teman Khai buruk. Beberapa orang menyayanginya, mungkin benar jika Khao terlalu berlebihan dengan mengira ada orang lain di balik kematian Khai.

Semalam Khao menginap di rumah First. Sebenernya orangtuanya tidak mengizinkan Khao untuk menginap, tapi Khao kekeh untuk tidak pulang dan memilih menginap di rumah First. Kebetulan sekali Lego sedang berkemah bersama teman-temannya. Acara sekolah.

Pagi ini seperti biasa Khao dan First berjalan bersama menuju kelas. Awal-awal mereka memang menjaga jarak supaya terhindar dari gosip, sekarang tidak ada jarak malah mereka berjalan dengan santai sambil berangkulan menuju kelas. Apapun yang siswa lain katakan First maupun Khao sama sekali tidak mempedulikan itu semua.

Saat hendak berjalan ke arah kelas, First mendengar seperti seseorang sedang di pukuli. Dia pikir itu pasti Pond, di pagi pagi seperti ini dia merundung seseorang. Hobi sekali dia.

"Lo pelaku perundungan, tapi adik gue korban, dan sekarang gue gak bisa diem," Khao melangkahkan kakinya menuju sumber suara tanpa mempedulikan First yang menyuruhnya tidak usah ikut campur dengan masalah orang lain.

"Khao," panggil First kemudian menyusulnya, dia mengkhawatirkannya kalau-kalau Pond memukulinya seperti waktu itu.

Betapa terkejutnya Khao ketika melihat siapa yang sedang merundung adiknya Dunk, iya, seperti biasa masih Satang lah yang menjadi korban perundungan akhir akhir ini. Orang itu tengah mencengkram kerah seragam satang sembari mengancamnya, sayangnya Khao tidak mendengar seluruh perkataannya.

"Phuwin?" Khao dan First benar benar syok dengan yang sedang dia lihat saat ini. Dia tak menduga ini dari teman terdekat Khai dan orang yang dia percayai.

Phuwin melepaskan cengkraman-nya di kerah seragam Satang dan membantunya untuk berdiri, dia sendiri panik melihat Khao dan First yang sedang memandangnya. "Pond, dia mukulin Satang tadi jadi gue bantuin," elaknya.

Khao tidak dapat di kelabui, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Satang memohon kepada Phuwin untuk berhenti menyakitinya. "Satang, Phuwin atau Pond yang mukulin lo? Jawab jujur," Khao sedikit memberi penekanan pada Satang supaya dia jujur.

Tapi Phuwin memberi isyarat seolah mengancamnya. Satang menunduk tidak mau mengatakan apa-apa.

"Jangan-jangan kemarin Phuwin juga yang nyakitin Lo?" Tanya Khao tapi Satang masih belum membuka suaranya. Mungkin dia takut.

Phuwin mendekati Khao dan merangkulnya, tapi Khao segera melepas rangkulannya dan menatapnya dengan sinis. "Gue gak nyangka kalo lo ngelakuin ini semua. Muka polos tapi kelakuan sama buruknya kaya First sama Pond."

"Gak usah bawa bawa gue!" First protes, dia tak terima dengan apa yang Khao katakan. Sekarang kepribadiannya tidak terlalu buruk.

Adu mulut antara Phuwin dan Khao terjadi. Phuwin yang tetap membela dirinya membuat Khao kesal dan sempat ingin memukul wajahnya. Dia merasa di khianati, ternyata teman dekat Khai merupakan pelaku perundungan. Khao benar-benar tertipu dengan wajah lugu dan kata-kata manisnya. Dia terus menyalahkan First dan Pond tapi dia tidak tahu orang terdekatnya lebih parah dari mereka.

Khao menyudutkan Phuwin ke dinding karena dia yakin Phuwin tidak akan melawan. Dia juga meminta First untuk membawa Satang ke ruang kesehatan untuk di obati. Baru kemarin Satang diobati karena luka-lukanya, balutan kasa saja masih terlihat baru di lengannya tapi sekarang dia terluka lagi.

"Apa lo ada kaitannya dengan kematian Khai?!" Khao sebisa mungkin menahan amarahnya, bagaimana pun juga dia tidak bisa menyakiti seseorang.

Phuwin masih membela dirinya, dia tak mau mengakui jika bukan dia yang merundung Satang. Tapi bukan itu yang sedang Khao tanyakan sekarang, dia bertanya tentang Khai.

"Khao gue punya penjelasan tentang apa yang terjadi sama Satang barusan," Phuwin tidak berani menatap mata Khao.

"Lo ada kaitannya sama kematian Khai?"

Phuwin yang merasa semakin tersudut takut dengan Khao yang sedang serius sekarang. "Khao dengerin gue dulu."

"JAWAB GUE!" Khao menaikan nada suaranya karena kesabarannya sudah habis, dia hampir menangis karena lagi-lagi dia mendapat fakta yang sama sekali tak dia duga.

"Gue gak ada kaitannya sama kematian Khai, tapi gue gak suka sama dia!" Tegas Phuwin.

Tubuh Khao terdorong ke belakang, mendengar itu lututnya menjadi lemas. Bukankah dalam jurnal itu Phuwin salah satu teman baiknya, mengapa bisa sekarang malah Phuwin yang ternyata salah satu orang yang membenci Khai.

Phuwin mengatakan jika dia tidak menyukai Khai karena Khai selalu membuat Pond dalam kesulitan dalam keadaan apapun. Walaupun Phuwin tahu Pond lah yang memanfaatkan Khai, tapi dia lebih memilih Pond daripada Khai.

Sungguh mengejutkan saat Phuwin mengakui jika dia menjalin hubungan dengan Pond. Dia juga mengakui jika dia memberi semua informasi tentang Khai padanya. Dan untuk kecelakaan orang tua First, Phuwin masih membutuhkan Pond untuk menjadi tamengnya, jika sampai Pond dikeluarkan dari sekolah dia tidak bisa menggunakan nama Pond untuk merundung siswa lainnya.

"Lo tahu, Pond juga sama kaya lo. Dia bego dengan nganggep gue lugu, dia pikir dia yang manfaatin gue padahal sebaliknya."

Apa ini, bahkan Phuwin lebih licik dari Pond.

"Semua orang yang gue bully gue ancam buat tutup mulut, gue minta mereka buat bilang kalo Pond yang nge-bully mereka bukan gue."

"Bajingan! Luar malaikat dalem iblis," Khao meludah tepat di samping Phuwin.

"Setidaknya lo tau gue secepat ini, gue cape pura-pura baik di depan lo."

Khao tidak ingin meladeninya lagi, sudah sangat jelas jika Phuwin mengkhianatinya. Saat Khao membalik badannya dan hendak pergi, Phuwin kembali membuka suaranya membuat langkah Khao terhenti.

"Ada dua orang yang bener bener terlibat dalam kematian Khai, satu pelaku dan satunya lagi yang bantuin pelaku buat nutupin kasus ini," Phuwin melipat tangannya menunggu reaksi apa yang akan Khao berikan.

"Lo pikir gue percaya?"

"Jurnal Khai yang ada di lo sekarang itu di rekayasa, jurnal yang asli ada di orang yang ngebantu si pelaku buat nutupin ini semua."

Dari nada bicara Phuwin Khao tidak mendengar kebohongan, dia memang seperti sengaja memberitahu Khao tapi tentunya ada rencana di balik pengakuannya.

"Bilang siapa!"

"Bel bunyi, itu artinya jam pelajaran pertama di mulai. Selamat mencari tahu kembali, Khao," Phuwin menepuk-nepuk pundak Khao kemudian meninggalkannya dengan rasa penasaran.

Sebelum ke kelas dia akan memastikan jika Satang baik baik saja, dia juga membutuhkan beberapa informasi dari satang mengapa Phuwin merundung-nya dan ancaman apa yang selalu Phuwin berikan sampai dia tak berani angkat bicara.

•••
Maapin typonya.

INSIDE OUT | KHAOFIRSTWhere stories live. Discover now