Inside Out 5 1/3

602 59 0
                                    

•••

Saat kelas sepuluh, Pond dan First merupakan sahabat karib. Keduanya sangat dekat seperti saudara, Pond maupun First selalu berbagi apapun yang menjadi miliknya untuk satu sama lain. Bahkan mereka pernah berbagi pacar, siang dengan Pond dan malam dengan First. Walaupun hanya untuk hiburan, tapi itu merupakan kenangan yang tak akan pernah mereka lupakan.

Kerenggangan terjadi karena orang tua mereka. Sebagai kepala sekolah, ayah Pond selalu melakukan kecurangan dengan mengambil uang bulanan siswa secara diam-diam. Ayah First sebagai guru kedisiplinan tidak setuju dengan tindakannya, menurutnya, walaupun dia mempunyai kedudukan tertinggi di sekolah dia tidak bisa seenaknya mengambil uang yang bukan haknya.

Ayah First mengadu pada guru-guru tentang kelakuan kepala sekolah itu, tapi sayang tidak ada yang mendukung ayah First dalam kasus ini. Semua guru sudah di ancam, sebagian guru yang mulai condong ke ayah First di sogok agar tetap tutup mulut. Uang hasil korupsi itu terbagi rata dengan guru-guru lain kecuali ayah First, jika dia di beri pun dia tidak akan pernah menerima uang itu.

Persaingan antar dua sahabat itu pun mulai terjadi. First selalu mengalahkan Pond dalam segala hal, bahkan First selalu mengambil posisi pertama di kelas. Ayah Pond tidak menyukainya, dia ingin hanya putranya yang menjadi siswa terbaik bukan yang lain. First dan Pond awalnya teman satu kelas, tapi Pond pindah kelas sesuai perintah ayahnya. Di kelas barunya Pond memang selalu mendapat juara pertama, tapi nilai First selalu lebih tinggi darinya. Pond tidak ingin bersaing dengan First, tapi ayahnya perlahan meracuni pikirannya untuk membenci First dan menjadikan First sebagai musuhnya. Ayah Pond sangat terobsesi dengan pujian dan di hormati, apapun caranya dia ingin putranya menjadi yang terbaik walau peraturan harus di longgarkan.

"Pond, gue gak mau kita musuhan cuman gara-gara ini. Semua siswa di sini terbaik dengan cara mereka masing-masing," dengan penuh harap First meminta kepada Pond untuk mempertahankan persahabatan mereka.

"Tapi ini bukan kemauan gue. Ikutin aja alurnya."

"Oke, tapi gue harap kita gak beneran jadi pesaing kaya yang dipikirin ayah lo."

"Kita lihat aja nanti." Dari nada suaranya Pond menganggap ini serius, ayahnya benar benar sudah meracuni pikirannya.

Semenjak hari itu perundungan mulai terjadi, para siswa semena-mena memalak dan merundung siswa lainnya. Mereka menjadi berani dan merasa berkuasa karena peraturan yang di longgarkan.

Percaya atau tidak percaya tapi First salah satu korban perundungan juga. Kelas dua belas selalu menjadikan dia budaknya dan memalak uang jajannya. Mereka mengancam First untuk tutup mulut tidak memberitahu hal ini pada ayahnya. Sebagian siswa di sana memang banyak yang tidak menyukai ayah First karena berusaha menegakkan kembali aturan lama, itu yang membuat mereka menjadikan First sebagai sasaran perundungan mereka.

First yang tak tahan selalu dirundung mengadu pada ayahnya, dia tidak bisa tenang walau hanya duduk di kelas memperhatikan guru mengajar, kakak kelas itu selalu mengejeknya dari luar jendela. Karena kejadian itu First di pukuli habis-habisan oleh tiga kakak kelas sekaligus, dia tidak bisa melawan karena takut. Ini juga yang menjadi alasan terbesar mengapa kebencian diantara Pond dan First semakin berkembang. Pond hanya melihat First yang tengah di pukuli tanpa berniat menolongnya, padahal First berharap Pond datang untuk membantunya sebagai seorang teman. First tidak benar benar menganggapnya musuh.

Pond masih memiliki sisi kemanusiaan, dia menghampiri First setelah kakak kelas itu pergi. Pond berniat membantunya dengan mengulurkan tangannya, tapi First menepisnya dan dengan sisa tenaga dia bangkit. "Gak usah so baik deh!"

"Gue mau bantuin."

First membenarkan seragamnya yang lusuh walaupun sedikit kotor, tak peduli dengan wajahnya yang penuh dengan luka. "Besok kenaikan kelas, gue yang bakal jadi juara umum bukan lo." First terlalu kecewa dengan sikap Pond kepadanya, walaupun First tahu niat Pond baik, tapi ayahnya merubah Pond menjadi orang jahat.

"Lo yang duluan bikin persaingan ini jadi nyata. Kita lihat besok, gue atau lo yang jadi pecundang."

First hanya mengangguk kemudian pergi meninggalkan Pond begitu saja, tubuhnya mulai terasa nyeri.

•••

Saat yang paling di tunggu-tunggu, pengumuman juara terbaik dan nilai terbaik dari seluruh kelas. First maupun Pond sudah siap mendengar hasilnya, siapapun dari mereka yang menjadi juara umum berhak menyombongkan dirinya.

Kesombongan keduanya hancur saat Khai lah yang mendapat juara umum dengan nilai tertinggi, kemudian Pond, dan yang terakhir First.

Pond sedikit mereka tenang walau bukan dia yang menjadi juara umum, tapi setidaknya First berada di bawahnya, bahkan ada orang lain yang merebut posisi nya. Itu bagus.

"Khai, bukan lo." Pond mengejek First sebelum dia pergi untuk menemui ayahnya.

Seharusnya First maupun Pond belajar dengan tekun untuk mempertahankan peringkat mereka, bukan hanya memikirkan persaingan yang ujung-ujungnya bukan mereka yang mendapatkannya.

•••

Saat ini mereka sudah menjadi kelas dua, kakak kelas yang sering merundung First sudah lulus, dia bisa hidup dengan tenang tanpa kecaman dari siapapun. Saat itu First masih tidak rela jika Khai yang mengambil alih posisinya. First memutuskan untuk menjahilinya dan bertindak seperti apa yang di lakukan kakak kelas padanya dulu. Peraturan sudah di longgarkan, dia bisa bebas melakukan apapun tanpa takut terkena hukuman mengingat ayahnya seorang guru kedisiplinan.

Sementara Pond, karena egonya dia seperti memiliki kekuasan di sana. Melakukan kesalahan sebanyak apapun dia tidak akan di hukum, ayahnya pasti akan membelanya. Awalnya Pond hanya iseng memalak adik kelas, tapi lama-kelamaan dia mulai tertarik melakukan perundungan. Apalagi saat itu Pond mendengar jika First lebih berkuasa darinya, dia tidak ingin kalah berkuasa dari First.

Jika Pond merundung para siswa secara terbuka, First diam-diam. Di rumah, First dihukum oleh ayahnya karena melakukan hal yang tidak mencerminkan seorang siswa. Maka dari itu First melakukan perundungan secara diam-diam. Yang mengejutkan adalah, First hanya merundung Khai dengan alasan sakit hati karena merebut posisinya.

•••
Sudah hampir satu semester Khai diperlakukan tidak baik oleh First. Walaupun Phuwin dan joong selalu menolongnya, tapi First terus menyakitinya. Khai bukan orang yang terbuka, dia selalu memendam masalahnya sendiri tanpa memberitahukannya pada siapapun. Yang bisa Khai lakukan hanya menangis saat itu, First terlalu jahat padanya hanya gara gara dia mendapat nilai tertinggi dan menjadi juara umum.

Khai duduk di taman dengan air mata yang perlahan keluar dari matanya. Dia tidak suka sekolah yang kejam kepadanya seperti ini, dia ingin pindah tapi terlalu takut untuk mengatakannya.

"Mau ke kantin?" Ajak Phuwin yang sekarang duduk di sebelah Khai.

Khai menggeleng perlahan, tangan sebelah kirinya terbalut kasa karena tak sengaja First mendorongnya dengan kuat dan menyebabkan tangan kirinya terluka. "Gue gak laper, Phu."

"Tangan lo masih sakit?" Tanya Phuwin.

"Dikit, tapi udah di obatin kok sama ayah."

"Maaf gue gak bisa bantu lo."

"Gapapa Phu, makasih banyak."

Walaupun begitu, Phuwin benar benar merasa kasihan karena Khai di sakiti terus menerus oleh First. Bagaimanapun caranya dia harus mencari cara untuk membantunya.

•••

INSIDE OUT | KHAOFIRSTWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu