Inside Out 6 3/3

625 64 9
                                    

•••
Pagi ini Khao berangkat bersama First, ada banyak hal yang perlu Khao bicarakan dengannya. Khao masih harus menyembunyikan identitasnya, perjanjiannya adalah jika sampai satu sekolah tahu tentang dia, maka siap tidak siap dia harus di keluarkan dari sekolah. Khao tidak ingin itu terjadi, dia masih penasaran dengan beberapa teman Khai yang lainnya.

Dari gerbang sampai ke kelas mereka berjalan berdampingan dengan tetap memberi jarak. Ada beberapa siswa yang menggosipkan mereka apalagi dengan kejadian yang akhir-akhir ini baru terjadi, dimana Khao menggendong tubuh First dan membawanya ke ruang kesehatan. Walaupun sudah lama, tapi itu masih menjadi topik hangat di sana.

Keduanya di kejutkan dengan kedatangan Joong yang tiba-tiba. Khao mundur perlahan memberi jarak lebih jauh dengan First takut-takut jika Joong akan mengintegrasi mereka.

"Kalian ke sekolah bareng?" Tanya Joong menatap First kemudian Khao bergantian.

"Kita ketemu di gerbang tadi," jawab First.

Lagi pula apa peduli Joong jika mereka datang bersama atau masing-masing. "Nih, dari adenya Dunk." Joong memberikan surat dan cokelat yang semalam di titipkan Dunk pada Khao.

Khao menatap sebentar sebelum menerimanya. Jangankan adiknya, dia saja tidak tahu Dunk itu yang mana, dia hanya pernah mendengar namanya.

"Makasih," Khao menerimanya sambil tersenyum, jiwa Khai sedang berada dalam dirinya.

"Kalo gitu gue ke kelas dulu." Joong melambaikan tangannya kemudian pergi meninggalkan keduanya.

Khao menatap lama surat dan cokelat yang Joong berikan, dia menebak-nebak orang yang memberikan ini padanya. "Siapa adenya Dunk?"

"Satang. Gue ceritain di kelas nanti," First menyahutinya.

First berjalan masuk kedalam kelas terlebih dahulu kemudian Khao menyusulnya. Saat Khao sudah siap mendengar siapa Dunk, sialnya bel berbunyi dengan cepat. Perasaan dia baru sampai di sekolah, mengapa guru-guru harus menekan bel masuk terburu-buru.

Tidak apa-apa masih ada jam istirahat, Khao menyimpan terlebih dahulu surat dan cokelat itu kedalam tasnya. Selama empat jam lamanya dia harus menahan rasa penasarannya, dia harus memahami materi yang di terangkan terlebih dahulu.

•••

Khao melebarkan senyumannya saat mendengar suara bel istirahat pertama berbunyi. Walaupun dia tipe orang yang cuek dan tidak peduli tentang apapun, tapi dalam hati kecilnya dia tetap mempunyai rasa penasaran yang tinggi akan suatu hal.

First sudah membereskan alat tulisnya kedalam tas, dia akan beranjak dari tempat duduknya namun lengannya di tahan oleh Khao. First langsung menoleh dan menunjukkan ekspresi bingung seolah bertanya, mengapa Khao menahan lengannya.

"Gue laper mau ke kantin, dan gak usah bertindak seolah lo Khai. Di sekolah gue sama Khai gak ada hubungan apa-apa," tegas First.

Tapi bukan itu yang Khao maksud. Khao menarik dengan kuat lengan First dan membuat First kembali duduk di kursinya. "Dunk itu siapa? Terus Satang?"

First tahu sekarang alasan Khao menarik dirinya untuk tetap diam di tempat, dia penasaran dengan pengirim surat itu. "Udah lo baca isinya?"

Khao menggeleng sambil mengeluarkan surat itu dari dalam tasnya, "belum."

"Baca dulu isinya apa, baru gue bisa jelasin siapa Satang," titah First.

Khao mulai membaca surat itu sesuai perintah First dengan cermat. Di sana tertulis jika Satang berterimakasih karena telah menolongnya saat Pond merundung-nya, di sana juga dia menuliskan permintaan maaf karena telah membuat Khao babak belur. Setelah suratnya sudah dia baca, Khao tahu sekarang siapa Satang. Anak kelas dua yang dia tolong dan memberinya cokelat yang sama waktu itu.

INSIDE OUT | KHAOFIRSTWo Geschichten leben. Entdecke jetzt