Inside Out 7 3/3

479 61 10
                                    

•••
First menjadi gugup tanpa alasan saat Khai mengajaknya makan malam. Pikirannya kemana-mana, Khao belum memberitahu alasan mengapa Khao mengajaknya makan malam, karena ini sangat tidak biasa.

Awalnya First akan mengenakan baju rapi, tapi dia menggantinya karena tidak ada yang spesial dari acara makan malam ini. Itu berlebihan menurutnya.

Khao kini tengah sibuk berbicara dengan Dunk sebelum menjemput First, sebelumnya Dunk sudah meminta Joong untuk bertemu di restoran ini hanya untuk makan malam bukan merayakan ulangtahunnya. Jika diberitahu itu bukan kejutan namanya.

"Gue mau jemput First dulu," kata Khao.

Dunk mengangguk, "jangan lama-lama."

Dunk dengan sedikit gugup menunggu kedatangan Joong sementara Khao menjemput First terlebih dahulu. Dia terlihat bersemangat walau hanya ingin makan malam dengan First padahal di sini Joong Dunk lah yang menjadi pemeran utama.

•••

Khao sengaja memesan meja berdekatan dengan Dunk walaupun Dunk meminta Khao untuk tidak terlalu dekat dengannya. Dunk meminta Khao untuk mengatakan semuanya lewat sambungan telepon, tapi mengapa sekarang dia malah mematikan ponselnya. Perubahan rencana mendadak seperti apa ini Khao.

Dunk nampak gugup kala Joong sudah datang dan Khao masih sulit di hubungi, dia hanya tersenyum dari kejauhan dan memberinya semangat. Kelakuan Khao dan Dunk membuat First mengerutkan keningnya heran, sedari tadi dia diam menunggu Khao berbicara.

"Khao, lo ngajak gue cuman buat nontonin Joong sama Dunk pacaran?" Tanya First yang semakin bingung karena Dunk terus melirik ke arah Khao.

"Iya," jawab Khao dengan santainya.

Apa ini, First merelakan waktu untuknya tapi dia membuang waktu First sia-sia seperti ini. Jika dari awal dia tahu Khao tidak sungguh-sungguh mengajaknya untuk makan malam dia tidak akan mengiyakan ajakan Khao. Menyebalkan.

"Gue pulang kalo gitu lah, buang buang waktu."

"Ini ulang tahun Joong."

Khao menceritakan semuanya pada First, dia menceritakan bagaimana Dunk meminta pertolongan padanya untuk memberikan kejutan pada Joong, padahal Khao sendiri sama sekali tidak membantunya sedikitpun. Lihatlah ide gila yang Dunk dan Khao rencanakan sebelumnya tidak berjalan baik, sepertinya Dunk akan mengucapkan selamat seperti tahun-tahun sebelumnya pada Joong. Selalu seperti itu.

•••
Joong sempat melambaikan tangannya pada First dan Khao untuk menyapa mereka, dan Dunk terus memberi Khao isyarat untuk menyalakan ponselnya. Dia tidak bisa berkata apa-apa sekarang, Khao sangat amat menyebalkan.

"Euh, Joong," panggil Dunk memberanikan dirinya, jika dia menunggu Khao menyalakan ponselnya makanan di depan mereka akan segera dingin.

"Kenapa?" Jawab Joong yang mulai membawa sendok dan garpu, dia sudah siap menyantap hidangan yang sebelumnya Dunk pesan.

Dunk sesekali menoleh ke arah Khao yang kini sibuk berbincang dengan First. "Happy Birthday. Maaf gue gak bisa kasih apa-apa lagi sama lo, gue cuman bisa ajak lo makan malam kaya gini."

Joong yang hendak memasukan sepotong daging ke dalam mulutnya seketika meletakkannya kembali ke piringnya. "Emang ini hari ulangtahun gue?"

"Iyalah." Apa-apaan Joong ini, Dunk saja tahu ulangtahunnya tapi dia sendiri melupakannya bahkan sepertinya tidak peduli dengan itu.

Joong mengambil ponselnya dan melihat tanggal berapa sekarang. Benar, ini hari ulangtahunnya.

"Gue lupa." Joong memang tipikal orang yang pelupa, di sama seperti Khao tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti ini.

Dunk merasa kecewa karena sikap Joong yang biasa saja, ditambah Khao yang tidak membantunya sama sekali membuatnya merasa gagal memberi Joong kekuatan ini. Seharusnya dia membeli barang saja untuk di berikan pada Joong, bukan mengajaknya makan malam seperti ini.

Akhirnya Dunk memberanikan dirinya untuk mengutarakan isi hatinya yang selama ini terpendam untuk Joong, selama menjalin hubungan Dunk tidak pernah mengatakan hal ini pada Joong.

Dunk menghela napasnya panjang kemudian mulai membuka suaranya, "maaf kalo gue belum bisa kasih apapun ke lo bahkan di hari ulangtahun lo. Tapi lo harus tau Joong, gue sayang banget sama lo. Sedetik aja lo gak ada di sisi gue rasanya berat banget, gue gak mau kehilangan lo."

Joong kembali menatap Dunk dengan serius, apa yang di katakan Dunk bisa Joong rasakan jika itu tulus dari hatinya. "Biasanya gue yang bilang kaya gitu."

"Gue serius Joong. Kemarin-kemarin gue gengsi buat bilang ini," Dunk menundukkan kepalanya malu.

Tapi Joong membuat wajah Dunk menatapnya kemudian menarik kepala Dunk dan menyatukan bibir mereka. Khao dan First yang melihat itu langsung memalingkan wajahnya, mereka tak mengira ini akan terjadi mengingat ini tempat ramai.

Dunk mendorong tubuh Joong untuk menjauh, dia malu beberapa orang memperhatikan mereka. "Joong!!"

"Makasih banyak ya. Sebenernya lo gak perlu repot-repot kaya gini, dengan lo inget ultah gue aja gue udah seneng banget."

Ini yang Khao maksud, dia tidak ingin membantu Dunk karena dia ingin Dunk menyadari perasaannya sendiri. Khao ingin Dunk mempunyai keberanian dari dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Bukankah hal seperti itu sangat mudah di lakukan, Dunk mengatakan semuanya dengan mudah dan diterima baik oleh Joong. Dia terlalu berlebihan.

Dunk menoleh kearah Khao dan tersenyum padanya, dia mengerti mengapa Khao menggagalkan rencana awalnya. Kini Joong maupun Dunk saling mengutarakan isi hatinya masing-masing seperti ketika Joong mendekati Dunk, itu manis.

"Romantis banget sih mereka," celetuk First walaupun dia sedang mengunyah makanannya.

Khao yang mendengar itu langsung menatapnya, "Lo kapan?"

"Kalo Khai masih ada mungkin gue bisa lakuin hal yang sama kaya mereka," First menghela napasnya kecewa. Harusnya Khao jangan membahas hal seperti ini, itu terlalu sensitif untuk dijadikan topik pembicaraan.

"Nih, buka mulut lo," Khao mengarahkan sendok berisi salad miliknya berniat menyuapi First, dia mengerti perasaan First.

"Apa?"

"Anggap aja suapan ini dari Khai."

Bukannya menerima suapan itu First malah tertawa. Dia bukan anak kecil yang membutuhkan suapan seperti itu, dia mengatakan seperti itu hanya sebagai bentuk rasa rindunya dan berharap jika Khai masih bersamanya. Itu akan terasa menyenangkan.

Khao meniup sendok nya, "udah gue kasih jampi-jampi biar lo cepet move on dari Khai."

First lagi-lagi tertawa melihat tingkah nyeleneh Khao, tidak pernah terpikirkan oleh First jika Khao memiliki selera humor yang tinggi di banding saudaranya. First menerima suapan dari Khao, dia menyukai salad.

"Good boy," Khao meletakkan kembali sendok nya kedalam mangkuk dan beralih menatap First kembali. Dia membayangkan bagaimana jika mereka sudah menjalin hubungan, dia bisa menyuapi First setiap hari.

"Gimana gue bisa lupa kalo lo mirip kaya dia, yang ada gue makin tampah susah lupa."

"Kalo gitu gue ngilang aja dari hidup lo gimana?"

"Jangan, cukup Khai jangan lo."

"Kenapa?Lo jatuh cinta ya sama gue?"

•••

Maapin typonya.

INSIDE OUT | KHAOFIRSTWhere stories live. Discover now