Inside Out 7 2/3

471 58 1
                                    

•••
Dunk mengajak Khao ke taman sekolah padahal First sedang menunggu Khao di kelas. Jika dulu Joong lebih dekat dengan Khai, maka sekarang Dunk lah yang lebih dekat dengan Khao. Jarang sekali Dunk meminta pertolongan pada orang lain selain kekasihnya, mungkin karena Khao sudah banyak menolong adiknya.

"Joong hari ini ulangtahun," kata Dunk langsung ke intinya. Sepertinya Khao bisa menebak pertolongan apa yang akan Dunk minta.

"Gue harus ngasih dia hadiah?" Tanya Khao, itu hanya lelucon.

"Bukan. Gue bingung mau kasih hadiah apa, gue bukan orang yang romantis."

Khao mengerutkan keningnya, apa Dunk pikir dia orang yang romantis? Sejauh ini tidak. " Lo pikir gue romantis? Pacar aja gue gak punya."

Dunk tidak tahu apakah Khao seseorang yang romantis atau tidak, dia hanya membutuhkan saran dari Khao apa yang harus dia berikan pada Joong. Dari tahun ke tahun Dunk hanya memberinya ucapan selamat, tahun ini dia ingin memberikan hadiah istimewa untuknya.

Semasa pacaran dengan orang lain pun Khao bersikap biasa saja, dingin, cuek, tidak terlalu memperhatikan pasangannya. Tapi ketika pasangannya tengah bersama lelaki lain dia selalu cemburu, dan itu yang menyebabkan hubungan percintaan Khao tidak bisa berlangsung lama.

"Lo ajak dia maen di kamar aja, gue yakin dia gak akan pernah lupain hadiahnya."

"Gila lu!"

"Maen game. Dia kan suka maen game, lo kagak. Ngeres banget pikiran lo."

"Ya lo bilangnya maen di kamar, siapa coba yang gak akan berpikiran sampe ke sana?"

Khao tertawa mendengarnya, apalagi melihat wajah Dunk yang memerah karena malu. Menjahili seseorang ternyata sangat menyenangkan. "Gue suka maen di kamar, lebih tenang. Itu mah pikiran lo aja yang kotor."

Dunk tidak ingin membahasnya lagi, sudah cukup. Dia salah meminta saran pada Khao, seharusnya dia sadar jika Khao bukan Khai yang selalu serius. "Lupain aja lah."

Melihat wajah kesal Dunk sekarang membuat Khao semakin ingin menertawakannya. Khao berpikir sejenak, dia tidak pernah memberi kejutan pada siapapun sebelumnya. Dia belum berpengalaman soal ini.

Khao pernah menonton serial drama dimana si kekasih memberi hadiah ulangtahun dengan mengajaknya makan malam romantis, setelah itu si kekasih memberikan sebuah cincin dan langsung melamarnya. Menurut Khao itu bisa dijadikan sebuah ide kejutan yang tak akan pernah dilupakan Joong. Tapi setelah menyarankan itu Dunk malah memukul lengan Khao, dia pikir itu ide yang sangat buruk. Untuk makan malam romantis masih masuk akal, tapi untuk melamar Joong itu ide yang buruk. Selain mereka masih bersekolah, harusnya Joong yang melakukan itu bukan Dunk. Ide konyol.

"Yaudah lo makan malem aja sama dia. Kalo emang dia sayang sama lo, sesederhana apapun hadiah yang lo kasih itu tetep berharga. Justru lo gak boleh berlebihan ngasih sesuatu sama orang walaupun itu pacar lo sendiri."

"Gitu ya?" Tanya Dunk kemudian di angguki oleh Khao. Dia sepertinya bisa mempertimbangkannya lagi.

"Gini deh nanti lo ajak dia makan malem, terus nanti gue pantau lo buat ngasih petunjuk gimana lo harus bersikap romantis sama Joong." Khao tidak benar benar akan melakukannya, dia hanya melihat keraguan di wajah Dunk, itu sebabnya dia mengatakan itu.

"Lo temenin gue ya?"

"Gue ajak First tapi."

Dunk sedikit terkejut mendengarnya, dia memang sering melihat Khao bersama First tapi tidak akan menyangka jika mereka sudah berteman sedekat ini. "Adenya jadi korban perundungan, kakaknya punya hubungan khusus sama First," dia tertawa.

Soal hubungan First dan Khai masih banyak yang belum mengetahuinya. Khao sepakat jika mereka akan menutupi ini terlebih dahulu, beberapa orang pasti akan menyalahkan First tidak becus menjaga pasangannya dan berakhir dengan bunuh diri. First tidak ingin itu terjadi.

"Gue gak ada temen nanti, masa gue makan sendirian sambil liatin lo pacaran?" Elak Khao.

"Iya deh iya. Sekalian pdkt kan?"

Sementara Dunk terus menggodanya, Khao tak berniat untuk menjawab pertanyaannya. Khao tidak ingin mengingat lagi jika First masih menyimpan perasaannya untuk Khai. Jika ada orang lain yang bisa Khao ajak mungkin dia akan mengajak orang itu, tapi masalahnya tidak ada. Phuwin selalu menolak ajakannya akhir-akhir ini, dia tidak tahu apa alasan Phuwin tidak ingin keluar dengannya. Khao pikir karena dia bukan Khai jadi Phuwin tidak cukup leluasa.

"Sekali lagi makasih lo udah selalu bantuin satang. Gue berharap kita cepet-cepet lulus biar Satang gak di gangguin terus."

"Bisa gak sih ayah gue aja yang jadi kepala sekolah di sini? Gue juga greget liat aturan-aturan yang di terapin di sini, rasanya pengen gue coret terus gue ganti," kata Khao dengan sedikit kesal. Dia sudah tidak tahan melihat semakin banyaknya perundungan yang terjadi di sini, dan tidak adanya hukuman untuk si pelaku perundungan.

"Cuman yang berduit yang bisa kaya gitu."

Khao mendecih, "kepala sekolah gila."

•••

Dua menit lagi jam istirahat sudah selesai, Khao dengan santainya masuk kedalam kelas dengan kedua tangannya yang di masukkan kedalam saku celananya. Terlihat First dengan wajah bosannya tengah memakan cemilan yang tadinya untuk Khao itu.

Khao protes karena First menghabiskan semua makanan itu, di meja hanya tinggal kemasannya saja. "Bukannya buat gue?"

"Laper, lagian lo nya pergi gak balik-balik," kata First yang masih sibuk memakan cemilan terakhirnya, itu sebuah keripik kentang.

"Satu aja, gak di sisain?" Tanya Khao karena benar benar First tidak menyisakan satu untuk Khao, dia memakan habis semuanya.

First menyodorkan satu keripik kentang di tangannya, itu yang terakhir dari kemasan terakhir yang kini sedang First pegang. "Nih, mau gak?"

Bagaimana bisa satu keripik kentang bisa membuat perutnya kenyang. Tapi bukan itu tujuan Khao, dia bahkan tidak lapar. Tapi Khao dengan segara memakannya langsung dari tangan First, "beliin lagi."

"Beli sendiri."

First memasukkan semua sampah kedalam kantong plastik dan membuangnya ke tempat sampah.

Bel sudah berbunyi dari sepuluh menit yang lalu, tapi seperti biasa para guru itu terlambat untuk masuk kelas. Apa mereka di gaji untuk bermalas-malasan seperti ini? Dimana tanggungjawab mereka sebagai seorang guru.

"First, gue mau ajak lo makan malem nanti," Khao tiba tiba membuka suaranya.

First yang mendengar itu langsung menoleh dan terkejut dengan ajakannya, tumben sekali. "Males ah."

"Gue bayarin juga, gue gak ada temen," nada Khao seolah memohon agar First mau pergi dengannya.

"Dalam rangka apa lo ngajak gue makan malem?"

"Lo bakal tau sendiri lah nanti, bilang iya dulu sekarang."

"Di bayarin kan?"

"Iya."

"Yaudah mau."

Khao melebarkan senyumannya, ada bagusnya Dunk meminta pertolongan padanya. Bukan ajang pdkt, tapi Khao hanya ingin First tahu jika dia menyukainya tanpa berniat menjadikan First miliknya. Memang tidak secara langsung, tapi Khao harap First menyadarinya.

•••

Maapin typonya

INSIDE OUT | KHAOFIRSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang