Menggapai Mimpi

69 6 0
                                    

Menggapai Mimpi

Oleh: Nadia Alfauzah

Gadis cantik bernama Raniya, yang baru saja berusia 17 tahun, memiliki sebuah keinginan yang mendalam untuk memiliki kedua orangtua yang lengkap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gadis cantik bernama Raniya, yang baru saja berusia 17 tahun, memiliki sebuah keinginan yang mendalam untuk memiliki kedua orangtua yang lengkap. Namun, takdir berkata lain dan membawanya untuk menghadapi sebuah kondisi yang sulit. Kehilangan seorang ayah menjadi ujian terberat dalam hidupnya. Namun, rintangan tak berhenti disitu. Ibunya, Aisha, harus berjuang untuk melawan penyakit tumor otak yang tengah dialami Sang Ibu.

Beruntungnya, tumor otak tersebut termasuk golongan tumor jinak. Meskipun dihadapkan dengan kenyataan yang pahit, Raniya tidak menyerah pada takdir yang menimpa keluarganya. Raniya terus berusaha dan menjalani kehidupannya dengan mengejar cita-citanya melalui pendidikan agar Ia mempunyai kemampuan untuk mengobati sang ibu tercinta.

Raniya adalah gadis yang penuh semangat dan tekad yang kuat, sehingga teman-teman kelasnya merasa kagum dengan dirinya. Ia selalu giat dalam belajar, demi mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang dokter. Cita-cita Raniya mungkin terdengar seperti mimpi yang jauh, tetapi bagi dirinya, itu adalah sebuah cita-cita yang sangat mulia agar Ia bisa membantu banyak orang dan khusunya membantu mengobati penyakit sang ibu. Raniya menyadari bahwa perjalanan untuk mencapai mimpinya tidak akan mudah, tetapi Raniya tidak pernah berpikir untuk menyerah begitu saja.

"Nak, Ibu yakin, kelak kamu akan menjadi anak yang sukses. Ibu sangat mendukung apapun cita-citamu, asal kamu melakukannya dengan ikhlas dan bisa bermanfaat untuk orang lain." Senyum ibu terukir jelas dengan memandangi wajah Raniya yang tengah duduk disampingnya.

Raniya mengangguk mantap, senyuman optimis terpancar di wajahnya. "Ibu, percayalah padaku, aku akan menjadi seorang dokter suatu hari nanti! Aku ingin bisa mengobati Ibu sampai sembuh dan membantu banyak orang. Dan juga Ibu harus janji padaku, bahwa Ibu harus bertahan sampai aku bisa mewujudkan mimpi itu," ujar Raniya dengan penuh harapan.

Ibu tersenyum kecil, dan menggenggam tangan Raniya dengan lembut. "Ibu akan selalu mendukungmu, Nak. Tapi Raniya harus ingat, bahwa perjalanan menuju cita-citamu mungkin tidak mudah, tetapi jika kamu memiliki tekad dan kerja keras, kamu pasti akan berhasil."

Setelah percakapan antara Ibu dan Anak itu berakhir, Raniya mempersiapkan diri untuk tidur. Sementara Ibu, Aisha memilih untuk pergi dari kamar Raniya, dan duduk di ruang tamu dengan memegang bingkai foto Suaminya yang telah meninggalkannya. Dalam keheningan ruang tamu, Aisha memegang erat bingkai foto tersebut dan berbicara. "Mas, Raniya semakin dewasa dan dia memiliki impian besar untuk menjadi seorang dokter yang hebat."

Rasa cemas melanda hati Aisha saat ia melanjutkan monolognya dengan suaminya yang telah pergi.

"Aku merasa cemas, tidak memiliki biaya yang cukup untuk membiayai pendidikan Raniya. Namun, aku tetap berdoa bahwa Tuhan akan memberikan jalan terbaik untuk keluarga kita, Mas," ucap Aisha dengan suara yang penuh keyakinan, seolah berbicara kepada sosok yang tidak terlihat.

Warna-Warni Imaji HimasaktaWhere stories live. Discover now