Epilog

73 16 1
                                    

"Owalah Cak, jancuk tenan. Ijazah di-upgrade, status ikut di-upgrade." Sejak datang Faiz sudah mencak-mencak sendiri. Sejujurnya, ia sudah berulang kali misuh-misuh saat undangan pernikahan Hijir dan Bii sampai ke rumahnya di Madura, lengkap dengan sepaket kemeja batik berwarna perpaduan hitam-cokelat-putih. Seragam dengan yang dipakai Syaiful, Yusuf, dan Hikam.

"Lambemu, Iz." Yusuf ikut-ikutan bak orang Jawa, menabok pelan bibir sang kawan dengan buket bunga yang tadinya dipegang Bii. Memang, saat lempar bunga tadi, ia yang mendapatkannya.

Di tempatnya, Hijir terbahak menyaksikan aksi kedua temannya itu. Menggelengkan kepala tak habis pikir.

Sedang, Bii yang sudah resmi menjadi istrinya beberapa jam lalu ikut tersenyum lebar dari balik cadar.

Acara resepsi sudah berlangsung setidaknya sejak 2 jam yang lalu, tamu-tamu sudah tak seramai tadi. Hanya tersisa teman-teman dekat mereka. Tak terkecuali Jauza sekeluarga.

"Asli, masih penasaran aku Tadz, kok bisa kalian berakhir nikah begini?" ujar Yusuf lagi.

"Takdir," jawab Hijir singkat.

Baru Yusuf akan mencibir, seorang perempuan berkebaya hitam dan rok batik senada para lelaki menghampiri. Jilbab lebarnya tetap menjuntai, tak peduli model kebaya cantik yang dikenakannya tak terlihat.

"Mbak Bii, gue pamit melipir bentar, ya. Belum salat Asar."

Meski ucapannya bak bisikan, teman-teman Hijir masih dapat mendengarnya dengan jelas. Tertegun. Dilihat dari segi mana pun, perempuan itu tak mengenakan make up berlebihan, hampir tanpa make up malah. Terbantu kulitnya yang memang bersih dan cerah alami. Hanya sapuan tipis lipstik di bibirnya.

"Iya, Nu."

"Wah, jangan-jangan ini jodohku. Katanya kalau dapat buket bunga kan jadi yang nikah selanjutnya," celetuk Yusuf, "siapa, Bii? Kenalkan padaku, lah. Siapa tahu memang jodoh, kayaknya calon istri potensial."

"Iya, potensial. Calon hafidzah dia, Suf."

Ucapan masyaallah langsung lolos dari bibir teman-teman Hijir.

Nuha yang masih berdiri di sana memicingkan mata. Ia lantas melihat Hijir penuh selidik. "Ini temen-temen kuliah lo kan, Mas?"

Hijir mengangguk dan tersenyum geli. "Iya, Nu. Kenapa? Mau sama salah satu dari mereka?"

"Bukan gitu, justru tolong bilangin ke mereka, suruh jadiin ijazah S2-nya bungkus kacang atau bungkus gorengan aja. Masa' ngajak kenalan cewek begitu? Nggak sopan amat. Ngomong baik-baik, kek. Nggak usah pake modus recehan gitu."

Hijir ingin terbahak sekali lagi, sedang Yusuf sebagai target utama sindiran Nuha tersenyum kecut.

"Mampus kamu, Mas," ejek Syaiful.

Nuha sukses mendapat senggolan dari Bii.

"Kenapa? Bener, kok," protes Nuha.

"Memang kamu mau kalau diajak kenalannya serius, yang berkelas gitu? Langsung diajak ta'aruf misal."

Gelengan Nuha yang terkesan polos membuat mereka tak habis pikir. "Bisa dicincang Laith gue, dicoret dari daftar kandidat kuat calon adik iparnya Mbak Zaa. Ngeri."

"Udah ah, gue pergi dulu. Keburu lewat waktu Asar. Ish, jangan-jangan temen Mas Hijir ini titisan penggoda umat manusia biar ninggalin salat."

Nuha langsung melipir, meninggalkan mereka dengan Yusuf yang menjatuhkan rahang. Tampang lelaki itu langsung cengo, hancur sudah reputasi kalemnya.

Tawa Faiz menggema, tak peduli ia menjadi fokus perhatian orang-orang. "Titisan penggoda umat manusia. Setan maksudnya?"

Faiz sampai memegangi perut dibuat.

Bii melihat lelaki itu tak enak. "Maafkan Nuha, ya. Dia memang agak blak-blakan."

"Brutal tepatnya," imbuh Hijir, yang sukses mendapat pukulan pelan di lengan atasnya.

"Kamu juga, Mas. Sudah tahu Nuha punya calon, malah dipancing begitu."

"Me and my broken heart." Sengaja Syaiful mengucapkan sepenggal lagu milik Rixton itu, lengkap dengan nadanya.

"Iya, Sayang, maaf. Tidak lagi-lagi mancing Nuha," ujar Hijir lembut seraya menatap teduh perempuan di sampingnya.

"Alah-alah, ayo muleh. Ndak kuat aku jadi obat nyamuk gini." Faiz langsung menggandeng tangan Yusuf dan Syaiful menjauh, meninggalkan Bii dan Hijir yang lagi-lagi terbahak di pelaminan.

-----Tamat-----

Ucapkan salam perpisahan pada Hijir, Bii, dkk. Cerita mereka udah ditutup. Sama-sama happy lah ya, Hijir sukses move on, Bii sukses nemuin bahagianya.

Terima kasih sudah berkenan membaca cerita yang sering ilang-ilangan ini. Semoga dapat mengambil manfaat daripadanya.

See you di cerita yang lain.

Amaranteya

20th of July 2023 - Completely Finished.

Gratia DeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang