Who is Jen?

15K 1.4K 121
                                    

Jeno masuk ke dalam area universitas dan memandangi beberapa teman satu fakultasnya. Netranya mengedar ke sekitar dan belum menemukan sang pujaan hati. Mungkin belum datang, dia pun memilih masuk ke dalam kelas.

Beberapa menit berlalu, Jaemin terlihat masuk bersama teman-temannya. Netra Jeno berbinar memandangi wajah Jaemin yang cantik di hiasi tawa kala berbincang dengan teman-temannya. Dia pandangi pergerakan pria itu hingga akhirnya duduk di kursi sebelahnya.

Jeno langsung mendudukkan kepalanya, takut jika ketahuan menatap Jaemin.

Ya, dia berlagak amat culun dan polos di kampusnya. Dan tak ada siapa pun yang mau mendekatinya, beberapa temannya hanya bicara seperlunya saja padanya. Dia banyak berinteraksi dengan Jaemin karena pria itu tak pernah memandang dengan siapa dia berteman.

Kelas akhirnya berakhir dan beberapa siswa mulai memberesi buku-buku mereka.

"Ryujin-ah, kau catat tidak apa yang di jelaskan Pak Changmin tadi?" Tanya Jaemin pada Ryujin, mahasiswi yang duduk di depan Jaemin.

Mendengar pertanyaan itu, Jeno mengurungkan niatnya untuk memasukkan bukunya.

"Jaemin," Panggil Jeno membuat yang di panggil menoleh. "Aku mencatatnya, kau bisa bawa bukuku dulu jika ingin menyalin." Ujarnya seraya menyodorkan bukunya, jangan lupa dengan wajah lugu serta takut-takut.

"Oh, Syukurlah." Jaemin menghela nafas lega dengan senyum indahnya membuat Jeno ikut mengulum senyum.

Jaemin pun menerima buku milik Jeno. "Aku pinjam ya? Akan kukembalikan segera." Ucap Jaemin dengan senyumnya yang khas seperti biasa.

"Tidak di pulangkan juga tidak apa-apa." Batin Jeno.

"Iya, tidak apa-apa." Jawab Jeno dengan senyum tipisnya, wajah tampannya tertutupi oleh penampilan culunnya.

"Jeno, aku boleh pinjam juga? Aku juga lupa mencatat." Ryujin menyahut.

Wajahnya Jeno berubah menjadi datar dan begitu mengerikan, namun tak siapa pun menangkap itu. Yang mereka lihat hanya wajah culun seperti biasa. Dia tak ingin berbagi pada siapa pun selain Jaemin, namun itu bertolak belakang dengan dirinya yang di kenal culun, biasanya orang dengan penampilan seperti itu, akan memiliki sifat 'people pleasure' jadi mau tak mau, Jeno harus berlakon.

"Ya silakan." Jawab Jeno akhirnya dengan senyum yang di ulas terpaksa.

Jaemin melempar senyum pada Jeno lalu melangkah keluar bersama Ryujin, raut wajah Jeno yang semula di hiasi senyum membalas senyuman Jaemin, langsung berubah dingin selepas kepergian pria itu. Dia menatap punggung Ryujin tajam lalu menyambar tasnya dan berjalan keluar.

Baru saja sampai di depan pintu, sudah ada Renjun yang menunggu dengan wajah datar. Saudara kembarnya pun langsung mengulum senyum dan merangkul yang lebih mungil.

"Kau masih marah?" Tanya Jaemin mengajak saudara kembarnya untuk pergi. Yang dia lihat, hanya Renjun yang berakhir menghela nafas seperti marah dan sebal.

"Ayolah, aku minta maaf." Bujuk Jaemin.

"Kau yang berjanji kemarin untuk berangkat bersama. Lalu tadi pagi, siapa yang meninggalkanku untuk ke sekian kali." Rajuk si mungil berambut abu-abu itu.

"Aku juga tidak tahu jika Mark Hyung menjemput. Tapi aku sudah bilang padanya jika hari ini aku pulang denganmu." Bujuk Jaemin masih dengan senyumnya.

Kedua tangan Renjun yang terlipat di dada lantas ia turunkan, dia menghela nafas lalu menatap saudara kembarnya itu yang setia melempar senyum, berharap bisa meluluhkannya.

"Hari ini mau ke mana?" Tanya Renjun, menandakan aksi merajuknya berakhir, tak tahan melihat senyum saudara kembarnya yang berhasil meluluhkan kekesalannya.

98,7FM [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang