Submit 🔞

17.4K 1.1K 105
                                    

“Argh!” Jaemin memekik saat Jeno menarik lengannya hingga tubuhnya tertarik, pria itu sontak berdiri.

Dia tak berani menatap Jeno yang tampak di selimuti amarah.

“Kau mencoba melarikan diri huh?” tanya Jeno, namun Jaemin hanya memberikan jawaban lewat tatapan matanya yang tajam seolah mengumpat pada pria itu.

“JAWAB!” Bentak Jeno mengguncang tubuh Jaemin.

“Aku akan terus berusaha untuk keluar dari sini.” Balas Jaemin dengan mata berkaca-kaca.

“Pikirmu kau bisa?” tanya Jeno mengejek.

“Lihat dirimu! Kau sudah hancur, tubuhmu bahkan sudah menjadi milikku. Pikirmu, Mark masih mau menerima bekas orang lain? Lalu, apa lagi tujuanmu untuk pulang?” Tanya Jeno dengan seringai meremehkan.

Tubuh Jaemin lemas mendengar kalimat itu keluar dari bibir Jeno. Dia di ingatkan lagi, bahwa kehormatannya sudah di rampas. Tubuhnya sudah pernah di sentuh orang lain. Benarkah Mark tidak akan menerimanya?

Tapi, tujuan Jaemin pergi bukan semata karena Mark. Tapi karena dia tak ingin di sini. Dia tak ingin hidup mengenaskan bersama Jeno.

“Pikirmu aku pergi untuk kembali pada Mark?” Tanya Jaemin. “Aku pergi untuk orang tuaku. Aku menjauh dari laki-laki menjijikan seper...”

BUGH!
Belum sempat Jaemin menyelesaikan ucapannya, Jeno langsung melayangkan tinju ke wajah Jaemin hingga mengenai pipi pria itu, tubuh mungil Jaemin langsung jatuh dan kepalanya pusing akan hantaman tangan besar Jeno.

Bak tak memberi ampun, Jeno langsung menarik kerah kemeja Jaemin. “Pria menjijikkan ini yang menikmati tubuhmu, Sayang.” Ucap Jeno dengan seringai.

Air mata Jaemin menetes saat dia menatap pria itu, tak lagi ia hiraukan tulang pipinya yang berdenyut sakit akibat pukulan Jeno. Entah seberapa marah dia, setiap menatap Jeno, hanya untuk mengumpat dalam hati.

“Dengar, Jaemin. Jangan coba-coba untuk melarikan diri dariku, kau tidak tahu apa yang bisa kulakukan padamu.” Jeno berujar, dia mendengus di akhir kalimat membuat Jaemin menatapnya dengan senyum kecut.

“Memangnya kau mau melakukan apa?” Tanya Jaemin menantang. “Kau mau menyakitiku? Aku bersyukur jika kau lebih baik membunuhku, aku benar-benar lebih baik mati dari pada bersamamu.” Umpat Jaemin di sepanjang kalimatnya.

Rahang Jeno mengeras mendengar setiap kalimat yang keluar dari bibir Jaemin, pria itu kembali melayangkan tinju hingga tubuh Jaemin sempoyongan. Seperti tak memberi peluang, Jeno langsung menendang perut Jaemin hingga pria itu membentur dinding dekat pintu kamar mandi.

Tak cukup hanya sampai di situ, Jeno langsung menjambak rambut Jaemin kemudian mendorong pria itu hingga kepalanya membentur lemari di dekat sofa.

“JENO JANGAN! AHH!” teriak Jaemin.

“Akh sshh” Jaemin merintih sakit, merasakan sekujur tubuhnya seperti remuk. Dunia berputar begitu cepat membuatnya pusing bukan main. Perlahan tubuhnya merosot dan bersandar lesu pada lemari kecil di sebelahnya.

“Teruslah memancing kesabaranku dan aku akan membunuhmu lalu mengirim mayatmu pada kedua orang tuamu. Kau ingin pulang kan?” Tanya Jeno dengan seringai.

Jaemin hanya bisa merintih kecil, berusaha meredam sakit di sekujur tubuhnya. Dia mengabaikan segala ucapan Jeno.

“Padahal, jika kau ingin mati, kau bisa bunuh diri Sayang. Kau butuh apa? Racun? Tali? Atau pisau?” Ledek Jeno. “Tapi nyatanya, kau bertahan sampai hari ini.”

“Karena aku masih berharap untuk pergi dan bertemu keluargaku.” Sahut Jaemin dengan suaranya yang parau dan terputus-putus. Pria itu tampak terengah karena menahan sakit hingga sekujur tubuhnya berkeringat.

98,7FM [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang