Why?

10.2K 1K 69
                                    

Jaemin keluar dari mobil sang suami yang baru saja masuk ke dalam garasi, lalu menyusul sang suami. Satu tangannya langsung merentang dan Jeno pun langsung merengkuh pinggang suaminya.

Keduanya baru saja kembali dari rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kandungan. Apalagi perut Jaemin juga sudah mulai membesar. Mengingat usia kandungannya memasuki bulan ke enam. Janinnya juga tumbuh sangat baik, Jeno merawatnya dengan penuh cinta.

Jaemin mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang lalu mengeluarkan hasil usgnya, bibirnya melengkungkan sebuah senyum dengan mata berbinar menatap bayinya, kemudian jemari kanannya bergerak mengusap perutnya.

Jeno meletakkan kantung belanjaan mereka ke atas meja, saat pulang tadi, mereka sempatkan berbelanja camilan untuk Jaemin. Dia menoleh dan ikut melempar senyum, dia hampiri suaminya dan membungkukkan tubuhnya membuat wajah mereka sejajar, membuat Jaemin langsung menoleh, namun hanya sekilas lalu ia pandang lagi potret putranya.

“Baby boyku.” Ucap Jaemin dengan senyum.

“Kau bahagia Sayang?” Tanya Jeno, Jaemin menoleh dengan anggukan membuat Jeno ikut merasakan kebahagiaan sang suami.

“Aku tidak sabar untuk segera melihatnya, menurutmu, wajahnya akan mirip siapa?” Tanya Jaemin.

“Mirip denganku tentu saja, dia harus tampan seperti Daddynya.” Jeno berkacak pinggang membuat Jaemin tertawa.

“Lalu aku dapat apa?” Tanya Jaemin merajuk.

“Nanti buat satu lagi agar mirip denganmu.” Ucap Jeno setengah tertawa.

“Ck, padahal aku punya saudara kembar, kenapa aku tidak hamil anak kembar.” Jaemin menggerutu sendiri membuat Jeno gemas.

“Mau dia mirip Papa atau Daddynya sekali pun, dia tetap anak kita.” Balas Jeno seraya mengacak rambut suaminya sayang.

Jaemin hanya menghela nafas pelan, membenarkan ucapan suaminya. Dia lantas beranjak untuk mengganti baju setelah itu menikmati buah sembari merajut di temani sang suami.


📻📻📻


“Sayang, ayo katamu ingin berenang.” Ajak Jeno seraya masuk ke dalam kamar.

Jeno menoleh saat mendapati suaminya berdiri di depan cermin, kaosnya tersingkap menunjukkan perutnya yang membesar, dia yang tersentak saat mendengar suara sang suami, langsung menurunkan kaosnya dan berbalik, melihat Jeno berdiri di dekat pintu memandangnya dengan senyum.

“Sedang apa hei?” Tanya Jeno melangkah mendekati Jaemin.

“Tidak. Aku hanya melihat, kenapa selucu ini.” Jawab Jaemin mengusap perutnya. “Tubuhku juga bertambah gemuk.”

“Lalu, di mana masalahnya?” Tanya Jeno.

“Apa kau baik-baik saja?” Tanya Jaemin.

“Kenapa kau bertanya padaku? Aku yang harus bertanya, apa kau baik-baik saja?”

“Ya, aku baik-baik saja.” Jawab Jaemin membuat Jeno tersenyum.

“Ayo, katamu ingin berenang.” Ajak Jeno seraya mengulurkan tangannya dan Jaemin menyambutnya dengan menggenggam jemari suaminya.

Keduanya kemudian turun menuju halaman belakang, mengingat kandungan Jaemin semakin membesar, pria itu mulai melakukan olahraga.

Jeno masuk ke dalam kolam lebih dulu, tangannya terulur dan Jaemin langsung meraihnya, pria itu membantu Jaemin turun dengan mata tak lepas memerhatikan langkah Jaemin yang juga tampak berhari-hati.

Keduanya mulai berenang selama beberapa menit, sesekali Jeno akan berdiri di tengah kolam, melihat suaminya berenang. Pria itu berkacak pinggang memandangi Jaemin yang berenang lalu kedua tangannya terulur saat Jaemin mendekat dan dia langsung merengkuh suaminya.

98,7FM [NOMIN]✓Where stories live. Discover now