32. Suara Hati yang Terdalam

68 51 18
                                    

"Jika aku bisa mengucapkan kata maaf, maka aku ingin mengucapkannya seribu kali padamu. Meski aku tahu seribu kata maaf itu tidak akan bisa mengobati hatimu."

Sun meletakkan barang belanjaannya di atas meja dapur. Ia merenggangkan kedua tangannya karena pegal membawa barang belanjaan. Kedua tangannya kemudian mulai mengeluarkan barang-barang belanjaannya. Mulai dari beras, lembaran rumput laut, telur, bayam, wortel, daging sapi, kimchi lobak, dan juga buah apel dan semangka. Sun ingin membuatkan kimbab untuk Yeol. Yeol sangat suka sekali makan kimbab. Sewaktu Yeol masih bekerja di toko Sun, Yeol sering sekali membeli kimbab untuk makan siangnya.

Kedua tangan Sun sangat cekatan dalam memasak. Sejak ia kecil, ia memang selalu membantu ibunya memasak di dapur. Oleh karena itu, ia tidak kerepotan hidup sendiri seperti saat ini. Ia mulai membuat kimbab dengan memasak nasi, lalu membuat dadar telur, menumis bayam, wortel, dan juga daging sapi untuk isian kimbab. Semuanya dapat ia lakukan dalam waktu kurang dari satu jam. Saat melirik angka yang ada di jam dindingnya, ia pun tersenyum puas karena angka baru menunjukkan pukul sepuluh. Ia pun memasukkan kimbab dan apel serta semangka yang sudah ia potong-potong dalam kotak bekal makan siangnya.

Setelah selesai berganti pakaian, Sun memandangi dirinya di depan cermin. "Kenapa aku memakai baju seperti ini? Aku khan hanya pergi menemaninya," Sun melepas lagi dress kuning gadingnya dan kembali mengacak-acak isi lemarinya. Sepuluh menit berlalu dan Sun akhirnya menetapkan pilihannya pada celana jeans dan kaus lengan pendek yang ia gulung bagian lengannya. Ia menguncir rambut yang tadinya ia gerai lalu berkacak pinggang di depan cermin. "Ini baru Jang Hye Sun," Sun tersenyum puas melihat dirinya. Ia lalu melangkahkan kakinya dengan riang ke dapur, mengambil kotak bekal makan siangnya dan berjalan keluar rumah.

Baru saja beberapa langkah ia keluar dari rumah, ponselnya berdering nyaring. Sun mengacak-acak isi tas selempangnya dan mengambil ponsel.

"Yeoboseyo!" begitu mendengar kalau suara dari seberang adalah dari Tuan Kim, Sun langsung merendahkan suaranya.

"Aku sedang ada janji sekarang. Bisakah aku ke sana nanti?.... Oh, baiklah. Aku mengerti Tuan Kim. Aku segera ke sana sekarang," Sun menutup pembicaraannya dengan Tuan Kim. Sun merasa heran dengan nada suara Tuan Kim yang terdengar lemah. Tidak biasanya Tuan Kim bernada suara seperti itu. Tuan Kim adalah seorang pria dengan suara yang berat, lantang, dan juga selalu mengeluarkan suara yang keras. Sun melihat jam tangannya lalu mendesah pelan. Ia janji bertemu dengan Yeol jam dua belas. Masih ada satu setengah jam lagi. Ia bisa mampir sebentar ke rumah Tuan Kim lalu pergi ke Arboretum menemui Yeol.

***

"Ini tidak bohong khan?"

Tubuh Sun serasa ingin roboh. Ia tiba-tiba kehilangan tenaganya. Seluruh tenaganya seolah diserap dan hilang seketika sehingga ia tidak bisa lagi menopang tubuhnya. Dunianya terasa berputar dalam penglihatannya. Ia menolak untuk mempercayai pendengarnya saat ini. Ia menolak untuk menerima kenyataan yang harus ia hadapi sekarang. Ia ingin menganggap semua yang baru ia saja ia dengar hanyalah mimpi. Mimpi buruk yang datang dalam tidurnya. Ia masih terngiang-ngiang perkataan Tuan Kim beberapa menit yang lalu. Kenapa Tuan Kim harus memberitahukannya sekarang. Kenapa harus ia yang tahu lebih dulu.

"Aku baru saja menerima kabar dari Dokter Lee. Dokter yang memeriksa kesehatan Joon. Joon... anak itu mengidap kanker otak stadium tiga. Oh, bagaimana bisa anak itu menderita kanker seperti ibunya? Aku tadi benar-benar tidak bisa percaya. Sun, Joon belum mengetahui hal ini. Ia baru akan mengambil hasil pemeriksaan lab hari ini. Aku benar-benar membutuhkan bantuanmu Sun. Aku tidak tahu apakah anak itu sanggup menerima kenyataan ini. Oleh karena itu, aku membutuhkan bantuanmu untuk terus berada di sisi Joon. Aku ingin kau menemaninya. Aku yakin kalau kau berada di sampingnya, ia pasti tidak akan merasa sendirian. Aku tahu kalau Joon sangat menyukaimu, jadi jangan tinggalkan Joon sendiri."

Perkataan Tuan Kim terus terngiang-ngiang dalam kepala Sun. Dirinya seolah mendapatkan cambukan besar yang benar-benar membuat dirinya saat ini hancur. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa lelaki yang baik seperti Joon bisa menderita penyakit mematikan seperti itu. Sun benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini.

"Sun! Kenapa kau ada di rumahku?"

Semua lamunan Sun langsung buyar. Ia tidak menyadari kalau dirinya saat ini bukannya berjalan ke arah pintu keluar rumah Tuan Kim, tapi malah masuk ke dalam ruang makan. Sun langsung menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. Sun melihat Joon sedang duduk sambil menyantap makan siangnya. Hati Sun langsung menciut. Ia teringat lagi perkataan Tuan Kim.

"Tadi ayahmu memanggilku kemari."

"Ada apa abeoji memanggilmu?"

"Aaaa... Ia hanya menanyakan tentang tokoku," Sun terpaksa harus membohongi Joon.

"Ooo.." Joon hanya mengangguk-angguk sebagai tanda kalau ia mengerti. "Kemarilah! Kau sudah makan siang belum?"

Tanpa membantah, Sun mengikuti langkah kakinya menuju meja makan. "Aku sudah makan. Kau lanjutkan saja makan siangmu!" Sun memang belum makan siang karena ia berencana makan siang bersama dengan Yeol. Tapi sekarang ia bahkan tidak nafsu makan saat mengingat Joon yang tidak lama lagi akan mengetahui kalau lelaki itu menderita kanker.

"Kau kelihatan pucat. Apa kau yakin sudah makan?"

"Hhm," Sun menggeleng pelan. "Aku hanya kelelahan. Apa... kau nanti akan ke rumah sakit?" tanya Sun dengan wajah cemas.

Joon mengangguk dengan cepat. "Aku harus mengambil hasil lab. Kau bilang, aku harus memeriksakan kesehatanku. Aku ini tipe lelaki penurut bukan?" Joon tersenyum lebar membanggakan dirinya di hadapan Sun. Bagi Sun senyuman Joon terasa sangat menyakitkan di hatinya.

Bibi Jung lalu datang membawakan semangkuk sup rumput laut dan ia hidangkan tepat di depan Joon. Sun langsung bertanya Joon, "Apa kau hari ini berulang tahun?"

"Kau ternyata memang pelupa. Ulang tahunku itu Desember. Aku bahkan ingat kalau ulang tahunmu bulan depan. Tapi kau tidak mengingat ulang tahunku," ucap Joon sambil memasang mimik wajah kecewa.

"Maaf, aku tidak ingat. Kalau bukan kau, lalu siapa yang berulang tahun? Kenapa membuat sup rumput laut kalau tidak ada yang berulang tahun? Oh, aku tahu pasti Tuan Kim yang berulang tahun," tebak Sun.

"Tuan muda Yeol yang berulang tahun," jawab Bibi Jung tanpa ditanya. "Ia hari ini berulang tahun, tapi sejak pagi malah tidak ada di rumah."

Sun diam tidak menanggapi perkataan bibi Jung. Hari ini Yeol berulang tahun? Pantas saja ia tiba-tiba mengajakku pergi. Sun lalu menatap Joon yang kini sedang menyeruput sup rumput lautnya. Sun sebenarnya ingin sekali merayakan ulang tahun Yeol bersama, tapi kenyataan yang ada di hadapannya saat ini berbeda. Kenyataan bahwa Joon pasti lebih membutuhkan dirinya dibanding Yeol. Ia harus meyakinkan dirinya sekarang kalau ia melakukan hal yang benar.

"Joon, aku akan menemanimu ke rumah sakit," ucap Sun sambil menggenggam erat kotak bekal makan siangnya.

***



*Hyeong adalah panggilan untuk kakak laki-laki

A Thousand Tears in DaeguDonde viven las historias. Descúbrelo ahora