11. Kau yang Selalu Berkorban

79 73 8
                                    

Sesampainya di klub malam, salah satu anak buah bos gangster memberanikan diri untuk bertanya kepada bosnya, "Bos kenapa kita tidak membiarkan pria itu membayarkan hutang gadisnya?"

Mendengar pertanyaan anak buahnya, bos gangster itu langsung memukul kepala anak buahnya dengan kencang, "Bodoh! Apa kau tidak tahu siapa ayah pria itu? Kim Seung Gil, Kim Seung Gil. Apa kalian tidak tahu siapa Kim Seung Gil?" anak buahnya memegangi kepala sambil menggelengkan kepalanya. Anak buah yang lainnya pun ikut menggelengkan kepalanya.

"Dasar bodoh! Bodoh! Bodoh!" Bos gangster itu memukuli satu persatu kepala anak buahnya, "Kenapa kalian tidak tahu legenda bos gangster terkuat di Daegu?" ia menatap semua anak buahnya yang menggelengkan kepala mereka serempak.

"Aaaaa! Kalian ini benar-benar bodoh! Bagaimana bisa kalian disebut gangster kalau tidak tahu Kim Seung Gil!" teriak Bos gangster itu. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, "Lima belas tahun lalu Daegu memiliki seorang bos gangster bernama Kim Seung Gil, semua orang takut padanya. Aku saja waktu kecil jika bertemu dengannya tidak akan berani menatap langsung wajahnya. Ia sudah seperti algojo gangster di Daegu. Jika kau membuat masalah dengannya sama saja kau mengantarkan nyawa ke mulut singa."

Bos gangster itu menghentikan sebentar kalimatnya, ia menarik nafas panjang kemudian melanjutkan kalimatnya kembali, "Sejak tragedi yang terjadi lima belas tahun yang lalu, ia pindah ke Jepang dan baru saja kembali beberapa minggu yang lalu dan ternyata ia membangun sebuah gedung kesenian Daegu Arts Center. Sepertinya sekarang ia menjalankan bisnis lukisan dan barang-barang antik. Sampai saat ini pun aku tidak mengetahui tragedi apa yang membuatnya meninggalkan status sebagai gangster paling di takuti di Daegu. Kalau ia masih menjadi gangster sampai sekarang, mungkin ia bisa bos besar kita."

"Lalu apa hubungannya dengan gadis itu?" salah satu gangster bertanya dengan wajah bodohnya.

"Yaa! Kalian benar-benar bodoh!" kali ini Bos gangster itu memukul kepala anak buahnya dengan lebih kencang. "Dia itu pacar anak Kim Seung Gil. Kalau sampai Kim Seung Gil tahu kita menjual pacar anaknya..." tangan Bos gangster itu memperagakan orang yang dipenggal kepalanya, "Aaaaahhhh...aku benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi," ucapan bos gangster itu membuat para anak buahnya merinding.

"Lagipula, gadis sudah membayar hutang lunas lima juta won nya. Anggap saja kita tidak mendapatkan bonus," bos gangster itu menghela nafas panjang diikuti dengan anak buahnya, "Ahhh andai saja dia bukan pacar anak Kim Seung Gil, kita pasti sudah mendapatkan uang puluhan juta won jika menjualnya pada pengusaha kaya itu," bos gangster itu masih tetap merasa menyesal telah melepaskan Sun.

***

"Kau sebenarnya tidak perlu menolongku," Sun menundukkan wajahnya. 

Ia sangat tidak suka berhutang budi pada seseorang. Jika kita berhutang budi pada seseorang maka ia sudah pasti harus membalas jasa orang tersebut, itulah pemikiran Sun. Ibu Sun selalu mengajarkan Sun agar mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain, karena berhutang budi pada seseorang itu rasanya sangat tidak mengenakkan.

Joon sadar kalau Sun tidak suka diperlakukan seperti itu. "Aku hanya ingin menolongmu. Memangnya tidak boleh? Katamu kita ini teman. Bukankah seorang teman harus menolong temannya yang sedang kesusahan?" tanya Joon.

Sun menatap Joon, "Teman adalah teman, tapi hutang adalah tetap saja hutang. Lagipula aku tidak suka berhutang budi pada seseorang, jadi aku akan membayarnya nanti," Sun masih saja tetap tidak mau berhutang budi pada Joon.

"Ah itu, tidak usah. Aku benar-benar ingin membantumu. Sungguh!" Joon melirik sekilas raut wajah Sun yang tidak berubah. Terlintas suatu ide di pikirannya. "Mmm, bagaimana kalau kau memberiku lima kupon."

A Thousand Tears in DaeguWhere stories live. Discover now