Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi silah—

"ARGH ... " Arka mengusak rambut nya, ia frustasi Agatha tidak ada kabar nya. ia pun terduduk lemas, tak sadar air mata menetes ke pipi nya. ia takut Agatha kenapa-kenapa. "gue mau berpikir positif, tapi gue gak bisa!"

"ada apa ini? gue denger ada yang teriak. siapa?" tanya Reza, ia pun melihat ke arah Wildan meminta penjelasan, setelah melihat Arka yang terduduk lemas, seperti orang yang tidak ada tujuan hidup. Kosong.

"ada berita pesawat jatuh, yang penerbangannya sama kayak Agatha," bisik Wildan, takut terdengar Arka.

Reza melotot, "gak mungkin kalo—"

"Arka tadi coba hubungin nomor Agatha tapi nihil. gue juga takut Za kalo beneran terjadi sama Agatha."

Lelaki itu pun mencoba nya lagi tapi tetap sama, Hanya ada operator disana. "Shit! I REALLY LOVE HER GOD. please ... i hope she save ... i can't— hiks ... " Arka pun memukul dinding dengan keras. ia menangis, ia tidak ingin kehilangan gadis yang sangat-sangat ia cintai. menurutnya Agatha adalah satu-satu nya gadis yang selalu membuat nya damai, ada satu rahasia Arka yang belum terbongkar sama sekali selama 3 tahun terakhir, dulu saat Arka menginjak bangku 3 SMP, Ia memiliki gangguan kecemasan yang mengharuskannya meminum obat Alprazolam, yaitu obat anti depresan yang tidak boleh sembarangan diminum karena resiko efek sampingnya, hanya ia dan dokter nya lah yang mengetahui hal ini.

Ayah nya mungkin tidak secara langsung menuntut kesempurnaan seorang Arka, namun setiap Ayahnya pulang, yang selalu dibicarakan mereka adalah "bagaimana ujiannya? pasti lancar kan, anak ayah kan genius, gak mungkin dong kalo nilai nya jelek, kamu gak mau kan ekspetasi orang dan Ayah hancur?" dengan senyum yang menyeramkan yang selalu ditunjukkan Ayah nya terhadapnya.

Karena Ekspetasi itu, ia jadi maniac buku. sampai dini hari pun ia tetap belajar, karena ia tidak bisa tertidur jika belajar nya belum mencapai kepuasannya. sampai akhirnya ia depresi, dan ingin mengakhiri hidup, tapi ia masih memikirkan Bunda nya dan adiknya yang masih kecil, ia tidak ingin egois. ia pun mulai berhalusinasi akan kesuksesannya, sampai akhirnya ia mencoba untuk datang ke psikiater dan menceritakan semuanya. Dokter itu pun akhirnya memberikan obat anti depresan itu. ia pikir ia akan mati perlahan karena terus bergantungan dengan obat itu. Tapi, pada saat itu, tiba-tiba Agatha muncul di kehidupannya, saat itulah ia merasa ia dapat hidup. Agatha seperti obat baginya, ya walaupun ia tidak terlihat seperti orang yang depresi, karena ia pandai menyembunyikannya. jika ada awards sebagai aktor terbaik, mungkin Arka akan menang. Sekarang ia seperti mayat hidup, rasanya sangat hampa ketika mendengar berita itu.

Jika benar berita itu menimpa Agatha, Arka tidak tau lagi, ia tidak menjamin kalau ia tidak akan menyentuh obat itu lagi.

tak kehilangan harapan ia pun mencoba menelpon Regan. "angkat om, please ... "

berdering ...

senyum Arka merekah ... harapan nya masih ada ternyata.

"hallo om."

"sorry, i found this phone at the aiport, and I don't know the owner of this cellphone, sorry I have to go ... "

tut ... tut ...

Telpon dimatikan begitu saja, membuat Arka Frustasi ... "SHIT! fuck of this, ARGH ... " Arka berteriak lalu melempar Handphone nya ke sembarang Arah, sembari mengobrak-abrik ruangan, membuat Wildan dan Reza terkejut, mereka baru melihat sisi Arka yang seperti ini, ia terlihat kesetanan.

Wildan dan Reza pun menenangkan Arka, "Bro, tenang dulu bro ... kita tunggu kabar dari Agatha, gue yakin Agatha masih hidup," ucap Reza.

"Iya Ar, lo gak boleh pupus harapan kayak gini, Arka yang kita kenal itu gak gampang menyerah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ICE GIRL (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang