Epilog

1.7K 65 1
                                    

-Happy Reading-

5 years later

Ting! Tong! Ting! Tong! Bel rumah terus saja berbunyi, tak ada satupun yang membukakan pintu.

"Darren! Tolong, bukain dulu pintunya!" titah seorang wanita yang sedang memasak di dapur, kepada anaknya yang sedang bermain di ruang tamu.

Anak kecil yang bernama Darren tersebut langsung berlari keluar untuk membukakan pintu.

Ceklek! pintu terbuka, menampilkan enam orang dewasa, dan tiga orang anak kecil laki-laki.

"Loh, yang bukain pintu ini siapa? Mana orangnya?!" ucap Reyhan, melihat ke arah depan tanpa melihat ke arah bawah.

"Om, Darren di bawah sini." ucap Darren, menarik baju Reyhan.

Reyhan melihat ke bawah, "Kamu kecil banget, makanya, Om nggak liat tadi." ucap Reyhan berjongkok di hadapan Darren.

"Iya, kan, Darren masih kecil. Nggak mungkin habis lahir, langsung tumbuh besar seperti Om." balas Darren dengan wajah yang tanpa dosa.

Reyhan mencubit pipi Darren gemas, "Kamu masih kecil. Tapi, pintar ngomong, ya." ucapnya.

Reyhan menggandeng tangan Darren dan tangan anaknya, memasuki rumah Daven. Diikuti dengan Fiqiara, Reyfan, Sintia, Deviana, Bryan dan anak-anak mereka.

"Mama!" teriak Darren, menghampiri Mamanya yang sedang berada di dapur.

"Ada apa, sayang?" tanya Melani. Yups, Darren adalah anak Daven dan Melani, yang masih berusia 4 tahun lebih.

"Ada teman-teman Papa dan Mama yang datang." jawab Darren.

"Kamu bawa buah yang sudah Mama potong ke ruang tamu. Terus, panggil Papa kamu di ruang kerja." ucap Melani, menunjuk piring buah yang berada di meja makan.

Bocah kecil tersebut memanjat kursi, untuk mengambil piring buah. Melani tersenyum melihat anaknya yang begitu menggemaskan.

Setelah berhasil mengambil piring buah, Darren berjalan menuju ruang tamu, "Om, Tante, makan buah dulu, ya? Darren mau panggil Papa dulu." ucapnya, lalu berlari menuju ruang kerja Daven.

Darren masuk begitu saja ke dalam ruangan Daven karena tidak terkunci, "Papa, ada teman-teman Papa yang datang." ucapnya memberitahu.

Daven menggendong Darren, dan meletakkannya di pangkuan, "Teman Papa yang mana?" tanya Daven.

Darren terdiam sejenak, dia tidak hafal nama-nama teman Daven, yang dia paling kenal adalah Reyhan, "Darren nggak ingat. Tapi, ada om-om  yang mirip burung beo." jawabnya.

Mendengar kata 'Mirip burung beo', Daven sudah dapat menebak siapa yang dimaksudkan oleh Darren.

Daven menggendong Darren, dan berjalan menuju ruang tamu. Disusul dengan Melani, yang baru saja keluar dari arah dapur.

Saat Melani dan Daven sudah duduk bersama para sahabatnya. Dan Darren duduk dipangkuan Daven.

Darren menatap Reyhan, yang terus berbicara tanpa henti. Darren menatap Reyhan dengan tatapan bingung.

Darren turun dari pangkuan Daven, dan menghampiri Reyhan, "Kenapa Om yang satu ini banyak berbicara sekali, seperti burung beo saja." ucap Darren polos, sambil menunjuk Reyhan.

Seorang anak kecil turun dari pangkuan Reyhan, lalu menghampiri Darren, "Bukan seperti burung beo. Tapi, memang burung beo." ucapnya.

Reyhan mengelus dadanya sabar, bahkan anaknya sendiri menistakan dirinya. Dan pasti Fiqiara, yang telah mengajari anak mereka hal tersebut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GAVAL |Ganar & Valentía|Where stories live. Discover now