Part 31 GV🏍️

1.7K 98 22
                                    

-Happy Reading-

"Apa kau pernah menyukai Athala?" tanya Daven.

Melani terdiam seribu bahasa. Jika Melani berkata jujur, bisa saja Daven marah kepadanya, dan jika dia berbohong, itu hal yang salah.

Melani berpikir sejenak, Daven adalah suaminya, dan Daven berhak mengetahui masa lalunya. Lagipula sekarang, Melani mencintai Daven dan bukan Athala.

"Iya, aku pernah menyukai Athala." jawab Melani dengan jujur.

"Oh." ucap Daven, menampilkan wajah cemberut karena cemburu.

"Oh? Apa kau tidak ingin mendengar kelanjutannya, Suamiku?" tanya Melani, sengaja menggoda Daven.

"Aku ingin mengetahui seluruh ceritanya." jawab Daven.

"Kemarilah!" titah Melani. Melani bersandar di headboard, menyuruh Daven berbaring dipahanya.

Melani mengelus-ngelus rambut Daven, "Aku pertama kali bertemu Athala di Australia saat masih sekolah dulu." ucap Melani.

"Lalu?"

"Aku dan Athala adalah teman sekelas, dan kami duduk bersebelahan. Karena itulah aku dapat mengenal Athala. Dia adalah Pria yang baik, ramah, dan sangat manis." sambung Melani, sambil menahan tawa karena memuji Athala di hadapan Daven.

"Apa aku tidak baik? Tidak ramah? Tidak manis?" tanya Daven secara bertubi-tubi.

"Tentu saja, kau baik. Bahkan, di hari pertama aku datang ke kampus, kau sudah mengajakku untuk balapan hanya karena tempat parkir." jawab Melani.

"Bahkan, Athala menyiapkan tempat parkir khusus untukku. Berbeda dengan dirimu."

"Apa kau sedang menyindirku, Melani?" tanya Daven.

"Tidak." jawab Melani cepat, padahal di dalam hatinya menjawab, "Iya".

"Lalu, kenapa kau bisa menyukai Athala?"

"Entahlah, aku menyukai Athala karena dia sangat baik. Tapi, aku tidak mengerti kenapa Mark sangat tidak suka jika aku berdekatan dengan Athala. Aku tahu jika Mark menyukaiku, tapi tidak seharusnya Mark melarangku untuk bertemu Athala."

"Setidaknya ada hal baik yang dilakukan Mark." ucap Daven.

"Kalian telah salah dalam menilai Athala." ucap Melani.

"Kenapa kau membela dia?" tanya Daven tak terima.

"Bagaimana pun juga Athala adalah temanku." jawab Melani santai.

"Tapi, dia adalah musuhku." ucap Daven.

"Wait! Kau tahu bahwa Mark menyukaimu?" tanya Daven terdengar sedikit shock.

"Tentu saja, semua orang tahu hal itu." jawab Melani.

"Kenapa kau tidak membalas perasaan Mark?" tanya Daven, menurutnya Mark adalah Pria yang baik.

"Perasaanku terhadapnya lebih besar daripada perasaanku kepadamu." jawab Melani.

"Maksudmu?"

"Aku menganggap Mark sebagai seorang Kakak. Karena itulah, aku sangat menyayangi dia."

Melani berhenti mengelus-ngelus rambut Daven, "Duduklah!" titahnya.

Daven mengubah posisi menjadi duduk di hadapan Melani. Melani menangkup wajah Daven menggunakan tangan kecilnya.

"Kau adalah suamiku dan akan terus seperti itu. I love you, my Hubby." ucap Melani manis, lalu mencium dahi Daven.

"I love you too, my wifey." balas Daven, mencium bibir Melani sekilas.

GAVAL |Ganar & Valentía|Where stories live. Discover now