"Tolong jangan pernah berpikir buat putus-" ucap Gabriel sambil ngusap pipi Nadine lembut, tapi gadis itu langsung nepis tangannya.

"Terus lo mau apa lagi? Gue udah cape ngejalaninnya sama lo, kita udah sama-sama sibuk sendiri. Lagian gue lebih nyaman sama Darrel sekarang." Sela Nadine dengan cepat.

Tatapan Gabriel langsung berubah setelah denger nama keramat itu keluar dari mulut Nadine, kenapa harus temannya?

"Lo bener, percuma kita bareng kalo lo udah nemu yang lebih baik dari gue. Tapi asal lo tau, gue belaga gak peduli selama ini bukan berarti gue nggak tau. Gue nungguin lo ngaku sendiri tapi ternyata lo diem aja sampe gue harus mastiin sendiri." Gabriel perlahan ngejauhin tubuhnya dari Nadine.

Nadine langsung menyesali ucapannya yang keterlaluan, tapi dia juga terpaksa ngomong gitu supaya Gabriel beneran mikir mereka lebih baik udahan aja.

"Yaudah, kita udahan aja" ucap Nadine susah payah sambil nahan air matanya. Dia udah nyiapin diri buat kalimat itu sejak tadi dan akhirnya lolos juga dari bibirnya.

"Oke kalo itu mau lo. Jangan nangis, gue benci liatnya." Desis cowok itu tajam.

Gabriel keluar dari kamar Nadine dan nutup pintu rumahnya dengan keras.

**

Jam 10 malam Brandon lagi di rumah Elina nemenin dia karena orang tua Elina ada acara sama rekan bisnisnya.

Elina minta Brandon buat dateng biar dia gak kesepian, sekalian ngobrol karena mereka udah lama gak kayak gini. Akhir-akhir ini hubungan mereka mulai renggang karena jarang ketemu.

"Sorry I think I should go now." Brandon bangun dari tempat tidur Elina dan ngambil kunci mobilnya dari nakas.

"Why? My parents not home yet" tanya Elina dengan raut sendunya.

Brandon bingung harus mulai dari mana buat ngungkapin ini, dia takut Elina marah dan gak bisa terima keputusannya.

"I'm sorry for saying this all of a sudden, but I'm not come from a good and kind family like yours, I lost my mom when she gave me a birth."

"I knew it already, why do you have to say sorry for that?"

"My relationship with my dad is not good, that's the reason I never let him know you because he will take advantage of you."

"Why will he do that?"

"Because your family is wealthy. My dad is unemployed, he oftenly extorts my money that I get from my grandparents."

"I'm okay with that, we can go through it together."

Brandon menggeleng pelan, "sorry but you can't, I'm not done with myself, with family either. How can we walk through a healthy relationship if I can't handle my own problem."

"Lo cuma cape, I know you're strong and I'm sure lo bisa ngelewatin ini."

"You don't understand, gue cape tiap hari harus ngikutin lo, nurutin lo, anter jemput lo, pretending like we're the best couple ever, that's all bullshit! Orang-orang cuma ngeliat kita dari covernya tanpa tau apa yang sebenernya terjadi."

"Selama ini gue sabar karena gue kira perasaan gue doang bosen, tapi makin kesini gue sadar, this not what I want."

"Then what do you want?" Tanya Elina mulai ngalah, dia cape denger berbagai alesan Brandon yang terlalu bertele-tele.

"End our relationship, so we can focus on our own life, you can find a better guy, and I can fix my mind."

"Stop all the crap, tell me what your actual reason is." Tanya Elina yang tau Brandon cuma ngarang, bukan itu alesan yang sebenarnya.

"Please, gue tau lo punya alesan lain yang lo gak mau bilang." Elina megang lengan Brandon, berharap cowok itu mau cerita.

"I can't say it now, I'm sorry." Jawab Brandon sambil ngelepas tangan Elina perlahan lalu keluar dari kamarnya.

**

To be continued

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

To be continued...

**

Aku berterima kasih banget sama kalian yang udah mau luangin waktu buat baca cerita ini, views, vote, dan komen dari kalian berarti banget buat aku.

See you next part, 拜拜👋🏻

Nadine's JournalWhere stories live. Discover now