25. Tekad Angkasa

1.6K 182 103
                                    

Tolong jawab pertanyaan di akhir, yaaa.
*
*
*

Teguh berniat memasuki kamarnya. Ia harus segera membawa berkas penting yang tertinggal tadi pagi. Satu jam lagi dari sekarang, dia harus rapat dengan seorang arsitek. Proyek pembangunan rumah sakit yang ditangani PT. Atmaja Karya tidak boleh mengalami hambatan sedikit pun.

Setelah Teguh mendapatkan berkas itu dan keluar dari kamar, ia menangkap sesuatu yang janggal dari sudut matanya. Dia segera melangkah menuju pintu kaca pembatas balkon dan mengamati apa yang terjadi di bawah sana. Rindu baru saja turun dari sebuah motor. Dia tampak berbincang sebentar sebelum akhirnya memasuki area rumah dengan penuh hati-hati.

Rahang lelaki dua puluh delapan tahun itu mengetat keras. Teguh melupakan berkas penting di kamarnya dan segera meluncur ke lantai bawah. Tepat ketika ia menginjak anak tangga terakhir, muncul sang adik dari ruang tamu.

"Habis dari mana?" tanya Teguh dengan nada bicara yang terkesan dingin.

Rindu tersentak. Senyum lebar yang sempat menghiasi wajah cantiknya lenyap seketika. Ia menatap sang kakak dengan mata yang mencuat setengah. "Kakak! Kok, muncul gak bilang-bilang, sih?" dengkusnya seraya mengusap dada, berusaha meredakan degupan kencang di dalam sana. "Tumben jam segini udah pulang?"

"Jawab pertanyaan kakak, Dek. Kamu habis dari mana?" Suara Teguh sedikit meninggi. Wajahnya pun tampak kesal sekarang.

"Habis dari luar, nyari makanan," jawab Rindu seraya mendaratkan bokongnya.

"Sama siapa?"

"Ya ... sendiri. Kakak juga tahu aku gak punya temen di sini."

Teguh mendengkus kasar. Ia sudah menduga, adik kesayangannya itu akan berdusta. Seraya terus berusaha menekan amarah, Teguh pun bergabung dengan Rindu di sofa keluarga. Gadis itu menunduk, jelas menghindari tatapan penuh selidik dari kakaknya.

"Kakak gak pernah ngajarin kamu bohong, ya, Rin."

Embusan napas panjang lolos dari bibir mungil Rindu. Ia mengangkat kepala, memberanikan diri untuk balik menatap sang kakak. "Iya, aku pergi sama Kak Angkasa."

"Ngapain kamu masih ketemu sama dia, sih? Udah gak ada apa-apa lagi di antara kalian berdua. Dia bukan siapa-siapa kamu lagi!" tegas Teguh.

"Aku tahu, Kak. Aku gak akan pernah lupa kalau hubungan aku sama Kak Angkasa udah berakhir empat tahun lalu," balas Rindu, penuh penekanan. "Tapi, emangnya salah kalau kita berteman? Sekalipun pertunangan aku sama Kak Angkasa batal, kita gak boleh berhubungan baik, gitu?"

"Teman? Kamu yakin bisa berteman sama Angkasa? Setelah apa yang terjadi di antara kalian, setelah kejahatan apa aja yang kamu terima dari dia, kamu masih mau berteman sama dia? Ditambah lagi dengan perasaan kamu, yakin kalian masih bisa berteman?"

"Bisa, Kak. Pasti bisa!"

"Omong kosong!"

Teguh membuang muka. Ekspresi tenang yang selalu dia pamerkan pergi entah ke mana, berganti dengan garis marah yang terlihat begitu jelas. Tidak ada juga tatapan hangat yang selalu ia berikan pada gadis tercintanya itu. Yang ada hanya tatapan kecewa yang bercampur dengan amarah tak terkira.

Jangan salah paham dulu, Teguh bersikap seperti ini bukan karena ingin menjadi kakak yang posesif dan otoriter. Ia hanya tidak ingin sang adik terluka untuk kedua kalinya, oleh orang yang sama. Teguh Uzair Atmaja adalah orang yang paling mengetahui sedalam apa luka yang harus ditanggung Rindu karena Angkasa. Ia juga yang paling tahu sebesar apa rasa cinta Rindu untuk Angkasa.

"Kak Jayen jahat, Kak. Masa vinyl yang aku beli minggu lalu dibuang gitu aja? Padahal aku ngomong fakta, pacarnya yang bernama Agnes itu gak tulus sayang sama Kak Jayen. Dia cuma manfaatin Kak Jayen."

Forever Only [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang