7. Berakhir

1.9K 231 79
                                    

“Kak, kemaren aku lihat Kak Bella jalan sama sepupunya.”

“Bukannya mau bikin kalian berantem, ya. Tapi kemaren gue lihat pacar lo pegangan tangan sama Nial di taman.”

“Lho, Sa, bukannya Bella lagi sakit, ya? Dia update lagi night riding barusan.”

Selama sebulan ini, Angkasa selalu bersikap tak acuh dengan aduan apa pun tentang Bella. Bahkan, di saat kedua sahabatnya mulai curiga, Angkasa tetap berusaha yakin bahwa pacarnya selalu memelihara setia. Ia sudah memberikan apa yang Bella mau, tidak ada alasan gadis itu mendua.

Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyaknya orang-orang yang mengadu, keyakinan Angkasa pun mulai luntur. Ditambah lagi dengan pesan singkat yang dikirimkan Rindu. Rasanya tidak mungkin gadis itu bercanda akan urusan seseorang yang tidak dikenalnya. Entah Angkasa harus bersyukur atau mengeluh saat Tuhan menunjukkan kebenaran dari apa yang Angkasa percaya selama ini.

Bella selingkuh.

Dia menduakan Angkasa.

Nial bukan sepupunya.

Melihat gadis itu masih bisa tersenyum dan melambai ceria, membuat Angkasa semakin bertanya-tanya. Di bagian mana yang membuat Bella merasa kekurangan? Apa yang telah Angkasa perbuat sampai-sampai Bella memilih untuk mengkhianati cinta mereka? Apa yang sudah Nial berikan, yang tak mampu Angkasa persembahkan?

“Halo, Sayang!”

Sebelum bibir plumpy Bella mendarat di pipi kanannya, Angkasa segera memalingkan wajah. Dia berusaha tidak terpengaruh dengan ekspresi sedih yang ditunjukkan Bella karena kecupannya ditolak mentah-mentah.

“Kamu bete, ya? Maaf, tadi aku ngumpulin tugas dulu, makanya lama,” ucap Bella sembari meraih tangan Angkasa dan mengusapnya penuh kelembutan. “Maafin aku, ya?”

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir Angkasa. Dia hanya melirik Bella sekilas, lalu menarik tangannya tanpa permisi. Kemudian, dia membanting punggung ke sandaran kursi dengan wajah tanpa ekspresi.

Pemandangan itu membuat Bella mengembuskan napas kasar. “Kamu kenapa, sih? Masa gitu doang marah? Kan, aku udah minta maaf. Telat juga karena keperluan tugas, bukan main sama cowok lain. Kalau tahu kamu cuma cuekin aku kayak gini, mending gak usah ajak ketemu sekalian!”

Ini bukan perkara yang asing dalam hubungan Angkasa dan Bella. Jika Angkasa kesal dan memberikan silent treatment selama beberapa menit, Bella akan berbalik marah. Jika sudah begitu, keadaan akan langsung berbalik. Angkasa akan melunak dan memohon maaf pada Bella.

Namun, kali ini, sepertinya Angkasa tidak bisa mengenyampingkan sakit hatinya. Ia tidak bisa lagi merendahkan harga dirinya.

“Kamu ada hubungan apa sama Nial?” tanya Angkasa seketika.

Garis kesal di wajah Bella lenyap. Dia langsung memalingkan wajah, menghindari tatapan penuh selidik dari lelaki di sampingnya. “Ya ... saudara. Kan, kamu tahu dia sepupu aku.”

“Yakin cuma sepupu? Gak lebih?”

“Kok, kamu nanya gitu, sih? Ada yang ngadu lihat aku jalan sama Nial, ya?” Bukannya menjawab, Bella justru balik melayangkan pertanyaan. “Oke, aku ngaku.”

Saat itu juga, Angkasa menegakkan duduknya. Dia menatap Bella penuh antusias, berharap kekasihnya itu mau jujur dan terbuka.

“Kemarin, begitu beres pemotretan, aku emang jalan sama Nial. Dia mau beli hadiah buat pacarnya. Karena bingung sama selera cewek, jadi dia minta tolong aku.”

Angkasa mendengkus kasar seraya kembali membanting punggungnya. Dia tersenyum miring, mencemooh diri sendiri yang sudah berharap terlalu tinggi. Mana ada maling mau ngaku. Mana ada orang selingkuh secara terang-terangan.

Forever Only [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang