**

Besoknya, di sekolah heboh karena link yang kesebar di grup angkatan, isinya video dan foto nude Dasha yang dikirim anonymous.

"Sumpah ini Dasha yang kelas 12 kan?"

"Gila gak nyangka gue, kirain anggota osis anak baik-baik, ternyata behh"

"Kasian tau, pengirimnya punya hati gak sih?"

"Gue punya temen yang ada masalah kayak gini juga, asli itu parah banget, bisa ngerusak mental."

"Kayaknya sekolah kita harus bikin aktivis perempuan deh. Ini gak bisa dibiarin, masa perempuan diperlakukan semena-mena kayak gini sih?"

"Anjir ini siapa yang ngirim cok? Tapi oke juga bodynya."

"Tobat lo kalo kata gue! Bayangin kalo nyokap lo yang digituin, sakit hati gak?"

"Gila, masih shock banget gue sampe tremor, pantes hari ini Dasha gak masuk."

Begitulah komentar murid-murid tentang video dan foto yang kesebar. Semuanya berusaha nyembunyiin ini dari guru-guru, karena kalo ketauan bakal berabe urusannya.

Justin lewat di antara kerumunan orang-orang itu buat nyari Manuel dan setelah ketemu, dia sengaja nabrakin dirinya ke Manuel untuk ngasih secarik kertas yang dilipat.

Taman belakang

Manuel nemuin Justin di taman belakang sekolah yang aksesnya udah ditutup karena gak terawat. Gosipnya daerah sana angker karena udah lama gak dipake. Tapi karena pintunya gak dikunci, jadi mereka masih bisa masuk.

"Lo gila hah? Mikir gak lo pas ngelakuin itu?" Tanya Justin emosi.

"Apa? Kayak yang gak pernah ngelakuin aneh-aneh aja." Jawab Manuel santai, seolah ini biasa dia lakuin.

"Gue udah pernah bilang kalo kerjaan ini kita lakuin ke orang-orang yang memenuhi kriteria, bukan anak sekolah sini goblok!" ucap Justin penuh emosi karena tindakan Manuel yang kelewat ceroboh.

"Otak lo dimana, mikir gak kalo sampe dia ngelakuin tes dan kebukti ada obat tidur?"

Manuel cuma ketawa remeh dengernya.

"Jawab anjing!" Justin narik kerah seragam Manuel lalu ngedorong cowok itu hingga membentur tembok di belakangnya.

"Pokoknya gue gak mau ikut diseret karena ini bukan salah gue!" Lanjutnya setelah liat Manuel megangin kepalanya yang kebentur dengan raut kesakitan.

"Ya lo santai anjing! Gue gak sebego itu kali, gue masih punya otak! Gue gak berniat ngelakuin ini juga kalo dia gak ngelawan." Ujar Manuel sambil ngedorong Justin sebagai pembalasan.

"Tetep aja lo tolol, sama murid sini bisa abis kita!"

"Gak bakal, Dashanya aja polos, sekolah gak bisa ngelacak alamat IPnya juga." Kata Manuel berusaha ngeyakinin Justin

"Terserah lo deh, pokoknya gue lepas tangan kalo sampe lo keseret. Gimana kalo dia udah tes dari hari itu? Dia pasti nyebut nama lo." Tanya Justin.

"Dia mau tes pun gak bakal ada hasilnya, orang gue gak pake obat tidur." Jawab Manuel lalu tertawa puas karena berhasil menipu Justin.

Justin ngerutin dahinya bingung. "Terus? Dia gak mungkin suka rela gitu aja kan?"

"Gue pernah belajar hypnotherapy." Jawab Manuel santai namun tersirat kebanggaan di wajahnya.

"Lo bener-bener gila!" gumam Justin gak percaya.

"Tenang aja, dia gak akan buka mulut karena itu belom semua yang gue sebar. Kalo dia macem-macem gue masih bisa ngeluarin yang lebih dari ini."

"Gue bilang lo stop, hapus semua perbuatan lo jangan sampe ada yang kesisa." ucap Justin sungguh-sungguh.

**

"Nad, lo udah liat link di grup?" Tanya Elina panik.

"Udah, hari ini Dasha gak masuk." Jawab Nadine lirih.

"Pulang sekolah, kita ke rumahnya, mau gak?"

"Gue gak tau rumahnya dimana, lo tau?"

Elina baru inget dia juga gak pernah tau rumah Dasha, cewek itu gak pernah mau cerita tentang keluarganya.

"Cari di TU pulang sekolah, but I'm not sure the officer will let us find it."

"Gue masih gak ngerti kenapa ada orang yang ngirim kayak gini." Ujar Nadine emosi.

"Gue juga gak tau, pengirimnya anonymous dan setelah ngirim nomornya langsung gak terdaftar."

Nadine nyisir rambutnya ke belakang, napasnya agak memburu dan tangannya gemetar kecil. Dia masih shock sama kejadian ini, gak kebayang gimana perasaan Dasha sekarang.

"Lo liat Manuel? Gue agak curiga sama itu anak." Tanya Nadine tapi Elina nggak paham.

"Kenapa lo curigain dia?"

"Feeling gue doang, karena dia yang deket sama Dasha akhir-akhir ini, terus gue gak liat dia sejak tadi."

"Ikut gue" Gabriel tiba-tiba dateng dan narik lengan dengan Nadine kasar.

"Sorry kak" ucap Gabriel ke Elina.

"Apa-apaan sih lo, sakit." Nadine ngelepas tangan Gabriel gak kalah kasar.

"Sorry" ucap Gabriel pelan lalu ngusap lengan Nadine yang kegores jam tangannya.

Sampai di rooftop, Gabriel ngelepas genggaman tangannya dari Nadine lalu duduk di pembatas yang menghadap langsung ke lapangan.

"Lo jangan cari tau masalah video itu, apalagi nuduh Manuel secara langsung." Ucap Gabriel sungguh-sungguh, dia takut Nadine berurusan sama temannya yang satu itu.

"Kenapa? Temen lo gila kalo dia beneran ngelakuin itu." Ucap Nadine kesal.

"Justru karena dia gila, lo jangan berurusan sama dia, gue gak mau lo kenapa-kenapa." Jawab Gabriel khawatir.

To be continued...

**

Aku berterima kasih banget sama kalian yang udah mau luangin waktu buat baca cerita ini, views, vote, dan komen dari kalian berarti banget buat aku.

See you next part, 拜拜👋🏻

Nadine's JournalWhere stories live. Discover now