15. Prediksi Hati

6 3 0
                                    

"Disuruh ngerjain halaman berapa?." Tanya lucano yang baru saja kembali ke kelas.

"Halaman 25."

"10 soal ini?."

"Iya."

Lucano dengan otaknya yang sudah berada di luar nalar. Menganggap pelajaran matematika sudah menjadi permasalahan hal yang biasa dan mudah. Melihat lucano sudah menyelesaikan tugasnya. Ayyara melirik ke lucano yang sudah merebahkan kembali tubuhnya dan bersandar pada bangkunya.

"Ngapain lo lirik - lirik."

"Siapa juga yang ngelirik. PD banget."

"Bilang aja sih kalo mau nyontek jawaban. Nih." Lucano menyodorkan buku tulisnya kepada ayyara.

"Gak, aku gak butuh. Makasih." Ayyara mengembalikkan kembali buku tulis lucano ke posisi semula.

"Yaudah gue juga gak maksa."

"Haikal, nanti tolong kumpulkan semua tugas anak - anak di meja bapak. Bapak ada rapat sebentar dengan guru - guru di kantor. Kalian jangan berisik."

"Baik pak." Jawab haikal.

Mendengar guru matematikan tersebut ada rapat. Suasana kelas berubah menjadi seperti pasar. Dengan adanya kesempatan tersebut, lucano kembali tertidur di kelas.

Ayyara yang melihat lucano kembali tertidur. Ia mencoba mengambil buku tulis lucano yang tadi sempat lucano berikan kepada ayyara. Lalu ayyara mulai menulis jawaban - jawaban soal matematika tersebut di buku tulisnya.

Jam istirahat telah berbunyi, lucano masih tertidur dengan pulas. Sementara bukunya sudah dikumpulkan bersamaan dengan buku ayyara kepada haikal. Tiba - tiba nathan datang ke kelas lucano dan membangunkannya dengan paksa.

"WOIII!!! BANGUN LOO!! PELOR MULU."

"Gila lo nat, kaget gue." Ujar lucano yang sudah terbangun namun nyawanya belum terkumpul semua.

"Lagian lo tumben tidur di kelas."

"Gue ngantuk banget nat. Sumpah dah."

"Ke kantin yok."

"Ayo. Laper juga gue."

Sesampainya di kantin. Deon dan gibran sedang asik berbincang dengan ocha dan ayyara. Sementara itu calvin dan johnahtan tiba - tiba datang menghampiri lucano dan nathan.

"Ngapain kalian berdua disini?. Mau nyari masalah." Ujar nathan.

"Santai dong bro. Kita cuma mau ngobrol aja sama kalian." Jawab calvin.

"Mending kita aja yang pergi dari sini luc." Ajak nathan.

"Pergi mereka pin. Elo sih nakut - nakutin." Ujar johnahtan.

"Muka cakep gini masag iya nakut - nakutin." Ujar calvin sambil memegang - megang mukanya sendiri.

Nathan dan lucano akhirnya singgah di depan lapangan basket. Disana ada sebuah bangku panjang dan ada pohon tinggi yang cukup rindang.

"Luc lo tau gak. Kemaren gue nganterin ayyara pulang."

"La terus?."

"Kan kemaren hp gue ketinggala di laci kan. Terus gue balik lagi kesini, gak taunya liat ayyara lagi main hujan - hujanan. Padahal udah mau sore banget luc."

"Ngapain tu bocah."

"Gue juga gak tau. Terus parahnya lagi nih. Gue anterin dia sampai rumahnya dan lo tau apa yang terjadi."

"Apa?."

"Sampe rumah diomelin habis - habisan sama kedua orang tuanya. Boro - boro di ngertiin dikit luc, ayyara malah disuruh ngerjain kerjaan rumah. Padahal dia baru pulang sekolah, basah kuyup, ortunya malah nyalahin ayyara habis - habisan. Tapi keknya adiknya baik deh sama ayyara."

Hujan Yang Memeluk LaraWhere stories live. Discover now