"Diluar enggak ada bencana alam kan, Kak?" tanya Ocean seketika.

Draco dapat merasakan napas Ocean menggelitik telinganya saat gadis itu berbicara. "Kenapa?"

"Enggak biasanya Kakak baik banget sama aku."

"Pada dasarnya gue memang orang baik."

"Yang benar? Kakak aja suka bully orang di mana itu bukan perbuatan baik."

"Kalau soal itu jangan salahin gue, tapi salahin mereka yang cari masalah sama gue," ucap Draco sangat serius nada bicaranya.

Draco menggendong Ocean masuk ke dalam lift kemudian lift meluncur naik ke atas, rooftop sekolah.

Di dudukannya Ocean pada kursi yang memang sudah tersedia di rooftop lalu lelaki itu ikut duduk di hadapan Ocean, sejurus kemudian ia mengeluarkan ponsel dari dalam saku lantas mengirim pesan kepada temannya. Hingga tak berselang lama datanglah seorang anggota basket memberikan paperbag putih yang Draco pesan sebelumnya.

Tangan Draco mendorong paperbag di atas meja ke arah gadis itu. "Buat lo."

Ocean meraih paperbag tersebut lalu merogoh isinya. "Fruit sandwich?" Ocean mengerjap melihat Draco dengan tangan menggenggam fruit sandwich.

"Dimakan. Gue yakin lo belum pernah makan itu."

Ocean memperlihatkan cengirannya yang terkesan polos. "Harganya mahal sih, aku belum sanggup kalau beli sendiri."

Fruit sandwich tersebut tersedia di cafetaria, memakai buah mangga miyazaki yang diimpor langsung dari Jepang dan dibandrol dengan harga Rp.50,7 juta per kilonya.

Ocean tatap fruit sandwich ditangannya lalu kembali lagi melihat Draco. "Cuma satu, Kak? Buat Kakak mana?"

"Buat lo aja. Gue udah sering makan itu."

Lengkungan sabit tampak jelas di wajah Ocean manakala gadis itu tersenyum tulus. "Makasih, Kak."

"Bisa bukanya?" Draco bertanya sebab melihat Ocean membuka bungkus fruit sandwich dari sisi yang salah.

"Enggak. Bisa Kakak bantu bukain?"

"Lo pernah buka onigiri?" Draco berucap sambil meraih fruit sandwich dari tangan Ocean.

"Pernah."

"Bukanya kayak onigiri. Lihat di sini ada tulisan open." Draco menunjuk sisi yang terdapat tulisan tersebut.

Setelah bungkus fruit sandwich terbuka, pemuda itu kembali menyerahkannya ke tangan Ocean.

"Makasih," ucap Ocean senang.

"Um." Draco membalas dengan gumaman dan mengangguk samar. Mengamati Ocean mulai menggigit fruit sandwichnya. "Enak?" Draco bertanya.

Ocean mengangguk dua kali cukup cepat gerakannya. "Enak."

"Dimulut lo ada cream."

Ocean berhenti mengunyah. "Iyakah?" tanyanya sambil memajukan bibirnya untuk melihat cream yang belepotan di sana.

Hal itu tak luput oleh penglihatan Draco, mengundang tawa kecil dari bibir pemuda itu. "You look like a baby," imbuh Draco lantas ia berdiri dari kursinya lalu mencondongkan badan ke depan kemudian mengelap bibir Ocean menggunakan ibu jari.

About YouNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ