18. Denial

1.4K 198 52
                                    

Pagi ini diawali dengan perdebatan antara Leone dan Mamanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi ini diawali dengan perdebatan antara Leone dan Mamanya.

Leone menatap sang Mama yang masih mengenakan piyama satin selutut berwarna maroon dengan rambut bergelombang sedikit berantakan. Terlihat cantik dan menawan meski baru bangun tidur.

"Dia bisa pergi sekolah sendiri, Ma," ujar Leone di hadapan Lucy.

"Kenapa harus pergi sendiri kalau bisa sama kamu? Kalian kan searah, apa susahnya kamu berangkat sama Ocean." Lucy menatap putranya dengan tatapan permusuhan serta kedua tangan terlipat di depan dada.

"Tante, aku bisa pergi sendiri kok."

"Tuh, Mama denger sendiri kan?"

Lucy menoleh pada Ocean. "Enggak, Ocean. Kamu berangkat bareng Leone aja. Nunggu bus lama."

"Udah-udah, sekarang kamu cepat berangkat. Nanti telat." Lucy menarik pelan tangan Ocean menuju mobil Leone. "Kalau Leone ninggalin kamu di jalan, bilang sama Tante. Biar Tante hukum dia." Perkataan Lucy sukses membuat Leone melotot selama dua detik.

"Iya, Tan." Ocean mengangguk samar serta tersenyum manis kepada wanita itu.

Setelah Ocean duduk manis di dalam mobil barulah Lucy berbalik. "Kamu ngapain masih di sini?" Tatapnya pada Leone.

Leone menghela pasrah karena tidak bisa membantah kehendak sang Mama, "Aku berangkat dulu." Ia mendekat lalu mengecup pipi wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Hati-hati, bawa mobilnya jangan ngebut!"

"Iya, Ma."

Melihat mobil putranya sudah melaju meninggalkan mansion, barulah Lucy masuk ke dalam kediamannya.

Selama perjalanan ke sekolah, hening benar-benar menyelimuti ruang huni pria dan gadis remaja itu. Leone sibuk menyetir, sedangkan Ocean memilih diam tidak tahu harus bersikap seperti apa, takut membuat mood sang lawan bicara semakin buruk.

Sesekali Ocean melirik ke arah pria bernetra hijau olive itu, memastikan ekspresi datar pada wajahnya akan berubah perlahan. Namun semua itu hanya berakhir dengan sebuah harapan. Karena sedari tadi, Leone terus saja bungkam dengan pandangan datar lurus ke depan.

Menggigit bibir bawahnya, Ocean tidak tahan menghadapi situasi saat ini. Jujur saja, mulut Ocean sudah gatal, ia ingin bertanya. Memastikan pria itu marah atau tidak, "Pak Es kok diam aja?" Ocean bertanya dengan suara halusnya seraya menoleh sejemang pada Leone setelah mengumpulkan keberanian untuk mengawali percakapan, "Pak Es marah ya karena Tante maksa Pak Es berangkat bareng aku?"

About YouWhere stories live. Discover now