07 || 3rd Movement

Start from the beginning
                                    

"Nih pr buat lo" Nadine ngasih Gabriel beberapa lembar sheet music, yang langsung diterima dengan muka gak santai.

"Gila lo 3rd movement susah anjir!" protes cowok itu sambil ngeliatin lembaran bertulisan Moonlight Sonata 3rd Movement itu dengan mulut terbuka.

"Ya emang susah, justru karena gue belom bisa jadi gue kasih lo dulu, siapa tau gue panas kalo liat lo bisa terus jadi ikutan bisa."

Gabriel baca kertas itu sambil sesekali ngelirik Nadine dengan tatapan "seriusan?"

"Lo laper gak? Gue belom makan dari siang." Tanya Gabriel sambil jalan ke sofa buat rebahan di sana.

"Masih sisa lima menit waktu lo"

"Bodo ah, udah cape gue laper."

"Pizza Marzano lagi diskon, dua 100 ribu mau gak?"

"Gas, tapi beli satu lagi, gak cukup gue satu box tipis banget."

"Kalo gitu mah sekalian beli empat dongo, gimana sih matematika lo?"

"Iya juga ya, tolol."

30 menit kemudian pizzanya dateng, mereka makan dengan tenang, gak ada percakapan sama sekali karena udah laper banget.

Posisi mereka duduk di depan sofa yang ada space kecil sebelum meja pendek.

Cukup lama mereka dalam keheningan sebelum akhirnya Nadine buka suara.

"Sejak kapan lo main piano? Gue nggak pernah liat." Tanya Nadine sekedar kepo.

"Dari kecil sebenernya, tapi gue berhenti les karena males latihan terus missnya galak, masa kalo salah jari gue dipukul pake stik drum." Gabriel ngadu kayak anak kecil.

Nadine ketawa pelan dengernya, "kaciannn. Main musik tuh yang penting suka, kalo lo suka pasti bakal rajin latihan."

"Gue suka, cuma waktu itu salah les aja. Harusnya piano yang pop, tapi malah ngambil klasik, lagunya bosenin."

"Lagu klasik banyak yang enak juga tau!" Balas Nadine gak mau kalah, dia harus mempertahankan reputasi piano klasik sebagai guru.

"Apa coba? Paling yang terkenal banget doang kek Fur Elise, River Flows In You, Alla Turca."

"River Flows bukan lagu klasik, itu udah termasuk pop." sahut Nadine dengan cepat.

"Bodo ah, sama aja" balas Gabriel gak peduli karena gak ngerti soal gituan.

"Hungarian Dance, La Réjouissance, La Candeur"

"Dikit menurut gue, lebih sering dapet lagu yang bosen diulang-ulang, lelet lagi, kayak Raindrop Prelude."

"Yaa tergantung selera sih, Gue juga awal dengernya apaan sih ni lagu, tapi pas udah nemu keindahannya jadi suka-suka aja." Jawab Nadine sambil terus makan.

Hening sejenak karena Gabriel gak nanggepin lagi, dia malah ngeliatin Nadine, merhatiin gadis itu yang lagi makan, cukup lama sekitar 15 detik.

Sadar diperhatiin, Nadine natap cowok itu balik, "ngapain lo liatin gue kayak gitu?" Tanyanya sinis.

"Emang gak boleh?" tanya cowok itu dengan suara seraknya sambil mendekat ke Nadine.

Tiba-tiba Gabriel cium bibir Nadine dan bersihin sisa makanan yang ada di mulut gadis itu pake lidahnya.

Nadine cukup kaget dengan tindakan Gabriel yang tiba-tiba, dia sempet ngefreeze sebentar, tapi Gabriel langsung nyadarin dia dengan megang dagunya.

Gabriel nyatuin bibir mereka lagi, ngelumat bibir Nadine dengan agak terburu-buru, tapi nggak lama dia berubah jadi lembut, berusaha bikin Nadine ngerasa nyaman.

Nadine's JournalWhere stories live. Discover now