SEBASTIAN

64 51 4
                                    

Scarlett POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Scarlett POV

Pagi tadi aku sudah diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawatku. Katanya aku hanya perlu beristirahat sampai memar di lututku berkurang agar aku bisa berjalan tanpa merasakan sakit dan supaya memarnya tidak semakin parah. Brie, Lizzie dan Emily membantuku dari semalam. Aku merasa beruntung memiliki teman seperti mereka. Apapun yang aku butuhkan mereka siap membantuku. Bahkan saat akan ke kamar mandi, aku sudah mengatakan aku tidak apa-apa sendiri tetapi mereka memaksa harus ada yang mengantarku.

"Guys, thank u so much... Aku tidak tahu bagaimana nasibku kalau kalian tidak menemukan aku digudang itu." Kataku kepada mereka yang kini tengan duduk di ranjangku begitupun aku, aku menyandarkan punggungku di kepala ranjang.

"Aku khawatir sekali saat kau tidak kunjung pulang... Aku menghubungi Chris tapi tidak ada balasan... Beruntung sekali Sebastian bisa membantu kami." Lizzie mengatakan itu dengan muka sedihnya.

Mendengar nama Chris, membuat aku teringat kembali dengan pesan ancaman itu, bahkan karena dekat dengannya aku mendapatkan ini semua.

"Scar, kenapa diam? Kau tidak apa-apa kan? Atau masih ada yang mengganggu pikiranmu?" Emily mengusap lenganku.

"Ah tidak, aku hanya teringat sama pelaku perundungan ini." Kataku sambil tersenyum.

"Siapa pelakunya? Sebenarnya ada apa? Alasannya apa sampai kau di buat seperti ini? Ceritakan pada kami?" Ujar Brie.

Aku belum siap menceritakan kepada siapapun kecuali Sebastian yang memang sudah tahu apa yang terjadi dari pagi itu. Aku menggeleng menjawab pertanyaan Brie.

"Aku tidak tahu siapa mereka, kau tahu kan aku murid baru. Jangankan mereka, siswa-siswi angkatan kita saja aku tidak banyak kenal... Tapi sepertinya mereka kakak kelas kita dan mungkin mereka tahu tentang rumorku, jadi mereka ingin merundungku. bukannya itu wajar?" Jawabku.

"Wajar bagaimana, kau sampai masuk rumah sakit... Ini sudah keterlaluan tahu." Lizzie sewot dengan jawabanku. Diikuti dengan anggukan dari Brie dan Emily. Aku hanya tersenyum menanggapi mereka.

"Ah iya, bagaimana Sebastian bisa ada di sana juga?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Kami sudah tidak tahu harus minta tolong kepada siapa lagi, akhirnya kami menghubungi Sebastian. Aku harap itu bukan masalah untukmu." Brie menjelaskan. Aku hanya menjawab dengan gelengan, pertanda aku tidak masalah dengan hal itu.

Aku ingat semalam Sebastian dan teman-temannya-lah yang menjaga di luar ruangan tempatku dirawat, bahkan dia mengurus administrasi rumah sakitnya. Tadi pagi juga waktu dokter sudah memperbolehkan ku pulang, Sebastian menawarkan mengantarku pulang. Tetapi aku ingat dia harus tetap sekolah begitu juga dengan teman-temannya, jadi aku menolaknya dan bilang bahwa teman-temanku bisa membawaku pulang dengan selamat. Lagi pula sebelum pulang, aku juga harus menunggu dokter menyiapkan obat untuk mempercepat pemulihanku. Tanpa mendebatku, dia menurut saja dan berlalu pulang bersama teman-temannya. Ah aku jadi tidak enak karena terlalu banyak merepotkan dia.

Young LieWhere stories live. Discover now