Goodbye Ohio~

110 70 15
                                    

Scarlett POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Scarlett POV

"Hei, are u ok darl?"

Ibu mengelus pundakku, membuat aku menoleh kepadanya yang duduk tepat di sampingku. Kami sudah meninggalkan Ohio sejak satu jam yang lalu. Kami memilih tidak menggunakan pesawat karena budget ibu pas-pas an, jadi kami pergi menggunakan bus, sedangkan barang-barang yang kami perlukan sudah di pack menuju New York menggunakan jasa paket.

Ibu sadar bahwa aku yang sedari tadi diam dan hanya melihat ke arah luar jendela, memperhatikan jalanan yang sudah mulai asing bagiku, ibu memberikan ku sebotol air mineral untuk membuatku merasa lebih tenang.

"Kau akan beradaptasi sayang... Jangan khawatir, ibu ada untukmu." Ujar ibuku lagi ketika aku menyambut air dari tangannya.

Aku hanya berdehem menjawab ibu. Ibu paham aku sedang bersedih karena harus meninggalkan semuanya di Ohio. Emily --temanku di Ohio, dia yang selalu ada saat aku berada di puncak senang maupun di ujung sedihku-- baru saja mengirimkan ucapan selamat tinggal kepadaku melalui pesan yang masuk ke ponselku.

Emilove~
Aku akan merindukanmu Scar:( kau jaga kesehatan yaa. Nanti kita bertemu lagi kalau sudah lulus SMA okei? Kau masih ingat kan tujuan kita, Stanford University. Aku harap kau tidak melupakan itu hehe... Sampai jumpa, kirimkan aku pesan ya! Jangan lupakan aku. Aku menyayangimu Scar.

Aku tersenyum simpul membaca pesan itu. Walaupun sering berbeda pendapat dengan Emily, tetapi dia teman yang baik dan selalu bisa diandalkan. Apa aku bisa menemukan sosok seperti Emily di sana? Tiba-tiba hatiku bersedih lagi mengingat bahwa hanya Emily yang bisa menerima aku sebagai temannya. Aku segera membalas pesan itu lalu memasukkan kembali ponselku ke dalam tas dan kembali memperhatikan jalan, mengabaikan ibu yang mungkin sudah tertidur di sampingku.

-----

"Sayang... Ayo bangun kita sudah sampai.."

Suara ibu membuat ku terbangun dari tidurku. Oh sudah gelap rupanya dan bus sudah berhenti di tempat pemberhentian terakhir membuat ku mau tidak mau harus turun dan menggendong lagi tas ransel ku. Ah, badanku rasanya sakit semua, ingin rasanya segera merebahkan badanku di tempat tidur.

"Sebentar ya sayang..." Kata ibu sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya lalu mengangkatnya menuju telinga.

"Halo...John, hei aku sudah sampai. Dimana kau?"

Ibu menelepon paman John, adiknya yang sudah lama tinggal di New York. Katanya sih Paman John juga yang mencarikan rumah tinggal untukku dan ibu. Kalau kalian berpikiran bahwa rumor yang membuatku pindah adalah dengan paman John, kalian salah. Bukan, bukan dia orangnya.

Tidak berselang lama setelah ibu membuat panggilan dengan paman John, seorang laki laki yang aku kenal menghampiri kami dan memeluk ibu dengan hangat, lalu mengacak rambutku sebentar. Ya, itu paman John.

"Hei, sudah besar sekali kau scar." Kata paman sambil tersenyum kepadaku.

"Iya dong, makannya saja banyak bagaimana tidak cepet besar." Bukan ini bukan aku yang menjawab, tapi ibu.

Young LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang