26

489 60 1
                                    

"Miran jangan hiraukan Ayahmu, kau membatalkan jika tidak ingin pergi nak." Ming Ran memeluk putri nya, tidak rela melepaskan nya meskipun mereka hampir terlambat. Dia terus berusaha membujuk Miran untuk membatalkan keputusan nya, perasaan nya buruk begitu melihat hadiah tidak lazim yang diberikan suami nya.

"Ibu, aku baik-baik saja."

"Tidak usah berangkat ya...?"

"Bu~ Ayah akan mengolok-olokku."

Shen Qing mengangguk menyetujui ucapannya mendapatkan sikutan pedas dari Ming Ran. "Aku akan menyalahkanmu jika sesuatu terjadi pada anak-anak kita." Ancam nya pada suaminya.

Ming Ran mencium kening Miran lembut. "Hati-hatilah dijalan ya."

Xian yang telah menunggu selama 20 menit tidak bisa lagi bersabar karena itu dia menggendong tubuh Miran naik keatas kereta tanpa berpamitan lagi pada orangtuanya.

"Xian awasi adikmu!"

Kereta mulai bergerak dan meninggalkan tempat tinggal mereka. Miran melambaikan tangan nya kearah keluarga nya yang makin menjauh dan mengecil dari pandangan.

"Baca buku ini." Xian menyerahkan sebuah buku tebal kepangkuan Miran.

"Membaca didalam kereta akan membuatku mual."

"Tidak jika kau sambil mengunyah sesuatu." Mulut nya dijejalkan manisan sebagai sogokan jadi Miran hanya mengunyah nya sambil membuka buku nya.

Setiap lembaran yang dibaca hanya membutuhkan 3 menit untuk dilihat, Miran sebenarnya memiliki ingatan fotografis yang membuat nya bisa mengingat sesuatu dengan mudah. Dia bersandar pada Xian sambil terus disuapi.

"Kenapa kau bisa sangat percaya diri menerima tantangan Ayah?"

"Karena aku pintar." Miran menelan manisan nya, membuka mulut nya agar disuapi lagi.

"Tetap saja rasanya terlalu gegabah untukmu yang tidak memiliki persiapan."

"Mau taruhan? Jika aku ada berada diposisi 10 besar Gege akan tutup mulut ketika aku pergi berkencan."

"Hahaha... Lakukan saja." Ada ribuan kandidat yang mengikuti ujian serupa bagaimana bisa adik nya begitu percaya diri. Ujian yang mereka lakukan adalah penyaringan awal. Meskipun dia percaya Miran akan lolos sebagai sarjana tidak mungkin masuk dalam lulusan terbaik seperti itu.

"Benar ya."

*****

Miran melambaikan tangan nya saat kereta itu pergi, tempat tes yang dilaluinya dan kakak nya berbeda. Dia akan berada di ruangan sementara Xian di lapangan terbuka.

Uap dingin keluar dari sela bibir nya yang kedinginan. Bisa dilihat bahwa sekitarnya dominan oleh laki-laki, dia mengisi formulir pendaftaran dengan pelekat nama nya.

"Shen Miran?" Pengawas ujian membaca identitas Miran. "Keluarga Shen yang itu? Aku baru tahu mereka memiliki anak perempuan."

"Ssstt, katanya nona Shen memiliki tubuh yang tidak sehat karena itu dia tidak pernah terlihat." Bisik yang lainnya.

Miran mendapatkan ruangan nya, ruangan berisi lebih dari 30 orang. Dia duduk disalah satu meja, menjatuhkan kepala nya disana. Ujian akan dimulai setelah semua kursi dipenuhi. Dia melihat sekeliling nya yang tampak gelisah, resah dan panik.

Suara gumaman seperti mantra terdengar dari mulut ke mulut. Berisik sekali. Tampaknya berada disekitar Shen Xian merubah kebiasaan nya menjadi lebih tenang dan menyukai kedamaian.

"Ssstt, hei." Panggilan dari belakang membuat Miran menoleh dengan malas.
"Namaku Wangzhi Li, kau dari keluarga mana?"

Mata nya berkedip mencoba mengingat apakah ada penjabat atau bangsawan bermarga Wangzhi tapi karena kantuk dia tidak bisa mengingat apa-apa.

Kidnap The BrideWhere stories live. Discover now