13. Kaisar idiot itu mendeklarasikan perang?

796 115 7
                                    

Dua orang berada di ruang kerja itu masih saling terdiam setelah Qiao Zhishu menjelaskan jika dirinya akan menerima lamaran dari krabat Shao mereka.

Suara detik jarum jam terdengar seperti debaran jantung yang berdetak samar dan perlahan. Ayah mungkin saja terkejut mendengar kata-kata nya, dia baru saja menceramahi nya tentang sebuah pernikahan dan hari ini juga putri nya mengatakan ingin menikah dengan seseorang yang sulit dia cari kejelekannya agar Qiao Zhishu memikirkan lamaran itu lebih lama.

Seperti semua insting semua Ayah di dunia yang merawat anak-anak nya sendirian setelah istrinya meninggal, akan sangat sulit untuk nya berpisah. Qiao Feng mungkin akan tetap tinggal di kediaman Qiao untuk menerus marga sedangkan putri bungsu nya akan pergi ke keluarga lain setelah menikah.

Diperhatikan nya Qiao Zhishu yang telah tumbuh dengan baik dan cantik, ada bayangan gadis kecil yang tersenyum kearahnya dengan gigi yang ompong menjelaskan bahwa waktu telah berlalu dengan sangat cepat.

"Jika kau menginginkan nya maka Ayah akan mendukungmu. Kita akan persiapan mahar nya nanti ... Asalkan putri Ayah ini bahagia maka semuanya akanku lakukan." Kata kepala keluarga Qiao.

Mata tua itu tidak menatap putri nya dia sibuk melihat buku diatas meja nya mencari kesibukan agar Qiao Zhishu tidak melihat mata nya yang agak merah.

"Ayah, aku hanya akan menikah bukan untuk meninggalkanmu selamanya." Ucap Qiao Zhishu.

"Tidak apa-apa, semua anak pasti akan tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah. Ini memang tugas Ayah untuk merawat dan mengantarmu menuju kehidupan yang sesungguhnya ketika kau siap." Ayah akhirnya menyerah dia menurunkan kacamata nya dan mengusap mata nya dengan telunjuk seolah-olah ada debu yang menganggu nya.

Qiao Zhishu menipiskan bibir nya dia tidak bicara apa-apa lagi menghargai usaha sang Ayah untuk tetap tegar.

Mereka berdua terdiam lagi, kecelakaan hari ini untuk sementara terlupakan sebentar. Angin musim semi masuk melalui jendela yang dibiarkan terbuka tiba-tiba saja membubarkan kertas-kertas yang ada di meja sang Ayah.

Qiao Zhishu memunguti nya dan entah mengapa ada perasaan mengganjal yang membuat nya membaca secara sekilas. Benar saja itu adalah surat resmi dari kekaisaran yang mengutus semua bangsawan yang memiliki anak laki-laki untuk berangkat perang.

"AYAH APA MAKSUDNYA INI?!" Pekik Qiao Zhishu penuh tanda tanya dia bisa menemukan kepanikan di wajah sang Ayah.

"Oh, tidak itu bukan apa-apa! Zhishu pergilah urus mahar yang ingin kau bawa di gudang penyimpanan."

"Aku tidak akan kemana-mana hingga Ayah menjelaskan semua nya! Apa karena ini marsekal Chen Yishen mendatangi Ayah?"
Untuk kali ini Qiao Zhishu bertindak keras kepala. Bagaimana bisa dia memikirkan pernikahan disaat kakak nya memiliki cidera parah dan kini diharuskan berangkat untuk perang saat apa ini lusa?! LUSA?!

Sang Ayah menyerah dia duduk kembali di kursi nya meminta Qiao Zhishu mendengarkan nya dengan tenang. "Kaisar berniat untuk memperluas kembali kekuasaan nya. Qiao Feng tidak mungkin bisa mengikuti ini jadi Ayah yang akan berangkat."

"Omong kosong! Kaisar idiot itu mendeklarasikan perang lantas mengapa dia malah mengirimkan orang lain dibandingkan menjadi orang lain alih-alih memimpin secara langsung di posisi terdepan dia malah duduk santai di singgasana nya?"

Dia sangat geram dengan kerakusan yang dimiliki oleh kaisar dengan mendeklarasikan perang ini dia membuat dirinya sebagai seorang ancaman tapi dengan tidak tahu malu menumpukan semua beban itu pada Marsekal dan pemuda lain untuk maju.

"Zhishu .... Kembalilah dulu kita akan membicarakan ini lain kali, mengenai pernikahanmu."

"Tidak! Tidak akan ada pernikahan hingga kita menemukan solusi untuk lepas dari rencana Kaisar!" Kata Qiao Zhishu. Dia cukup sadar dengan apa yang dipikirkan oleh sang Ayah sekarang harapan mereka kali ini berada pada marsekal Chen Yishen jika pria itu mati dalam perang maka semua orang di negara ini akan menerima kerugian.

Bisa jadi semua gadis yang belum akan dalam bahaya karena keluarga yang terlibat oleh perang tidak dapat melindungi mereka. Jika Qiao Zhishu menikah dia akan dilindungi oleh Shao Yuan dan bisa menghindar dari tindak pelecehan tentara dari negara yang menang.

Tapi tidak bisa, Qiao Zhishu tidak bisa membiarkan sang Ayah yang sudah waktunya untuk beristirahat berada di medan perang dengan armor yang berat. Ataupun sang kakak yang pasti akan menderita banyak kesulitan jika berangkat cidera seperti itu.

****

Qiao Zhishu duduk di samping ranjang dimana Gege nya masih terbaring diatas ranjang dan mengalami demam tinggi akibat infeksi.

Dia dengan telaten mengompres kening Gege dan mengawasi nya takut terjadi apa-apa. Dia bersikap sangat pendiam sejak kemarin dan kepala nya pusing karena memikirkan banyak hal.

Dia menggenggam tangan sang Gege merasakan jika buku jari nya terasa kasar, bukti dari semua latihan keras untuk melindungi keluarga nya. Seharusnya seorang sarjana tidak seperti ini dia yang paling banyak berkorban menahan diri atas keinginan nya masuk menjadi tentara kekaisaran agar tidak meninggalkan keluarganya.

Sedangkan yang Qiao Zhishu lakukan selama ini hanyalah mempermalukan keluarga nya di mata orang-orang. Setetes air mata penyesalan jatuh di tepi ranjang itu Qiao Zhishu menangis tanpa suara, merasa sangat menyesal untuk semua dosa yang ia lakukan pada keluarganya.

Disaat dirinya ingin memperbaiki semuanya takdir malah berusaha untuk merusak nya, tidak ada jaminan bahwa orang yang pergi berperang akan kembali dengan selamat. Mengirimkan kerabat mereka ke tempat itu artinya menerima secara sadar dengan berita berkabung yang terjadi sewaktu-waktu.

Qiao Zhishu mengusap wajah nya, dia menggenggam tangan sang kakak erat sebelum melepaskan nya kembali. "Cepatlah sehat Gege, meimei ini merindukanmu." Katanya sebelum pergi dari kamar Gege.

Diluar pintu Qiao Zhishu melangkah menelusuri lorong di berhenti di depan bangunan yang menyimpan pusaka keluarga. Pintu itu mengeluarkan suara derit karena lama tidak terbuka cahaya bulan masuk menyinari sebuah kotak yang isinya berkilau.

Qiao Zhishu mengulurkan tangan untuk mengambil benda itu, sebuah pedang leluhur keluarga Qiao terasa pas meskipun berat masih bisa sia tangani. Dipermukaan pedang itu tercekat bayangan wajah yang tidak tersenyum.

Keesokan hari nya kediaman Qiao dilanda kepanikan ketika semua orang tersadar hampir tengah hari, semua orang mencurigai dupa tidur mereka termasuk kepala keluarga Qiao yang terlambat untuk berperang.

Mereka jauh lebih panik begitu menyadari bahwa nona muda adalah satu-satunya yang tidak berada di tempat. Kepala keluarga Qiao menjatuhkan lutut nya kearah selembar surat yang tergeletak diatas ranjang dengan sebuah sapu tangan yang terlipat rapih, hal ini menyatakan secara tersirat untuk mengucapkan selamat tinggal selamanya.

'Ayah tolong biarkan anak perempuan ini berbakti untuk terakhir kali.'

Terlambat untuk mengejar pasukan tentara yang telah berangkat sejak dini hari. Sedangkan disisi lain Qiao Zhishu yang mengenakan jubah besi yang melapisi tubuh nya menatap kebelakang sejenak disana dia meninggal keluarganya dan memilih jalan ini agar tidak merasakan kehilangan.

Dia menepuk kuda nya kembali untuk mengikuti rombongan di depan menekan perasaan nya kuat-kuat.

Kidnap The BrideWhere stories live. Discover now