CHAPTER 2

119 110 99
                                    


Tidak harus selalu dengan hal yang menurut kita terbaik, kebahagiaan terkadang datang dari hal kecil yang membuat kita tersenyum, namun kita tidak menyadari itu

Tidak harus selalu dengan hal yang menurut kita terbaik, kebahagiaan terkadang datang dari hal kecil yang membuat kita tersenyum, namun kita tidak menyadari itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨

Masih berdiri diatas rooftop tersebut, Langit menunduk lalu mengerjabkan matanya yang terasa buram karena terhalang oleh air mata yang menggenang. Kembali mendongak dengan helaan napas yang terdengar berat.

Malam ini cuaca cukup bagus, sehingga Langit dapat dengan jelas menatap jutaan bintang yang terlihat bersinar sangat cantik.
Cukup lama Langit menikmati menikmati pemandangan indah ciptaan Tuhan tersebut.

Sekali lagi Langit menghela napas panjang. Berbalik badan ingin mengistirahatkan badan serta pikiran yang lelah di rumah. Walaupun rumah tersebut bagaikan neraka untuknya, setidaknya Ia akan berusaha selalu ada untuk sang Mama.

Melangkahkan kakinya menuju pintu keluar rooftop, dahi Langit mengernyit ketika menemukan sebuah tulisan berisi kalimat yang sangat memotivasi dirinya.

'Apapun yang mengecewakanmu hari ini, lupakan saja. Anggap tidak pernah terjadi. Ambil napas dalam-dalam lalu hembuskan, cobalah untuk berfikir positif. Kelak semua akan lebih baik,'

Langit tersenyum setelah membaca kalimat tersebut, hingga tak terasa badan dan pikiran yang lelah tadi berangsur-angsur membaik. Setahunya kemarin-kemarin tidak ada tulisan tersebut, ataukah Ia nya saja yang tidak pernah menggubris keberadaannya.

Langit keluar dari bangunan gedung tersebut dan langsung melesat pergi dengan menaiki kuda besinya.

✨✨

Setibanya didepan pintu rumah bercat putih tersebut, Langit tidak langsung masuk kedalam. Ia mengingat kembali kalimat yang ditemukannya tadi. Lantas Langit pun mulai mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Barulah Ia memasuki rumah.

Suasana didalam rumah tersebut terasa sangat sepi, seperti tidak berpenghuni.

"Mungkin mama udah tidur," pikir Langit.

Sedangkan Surya, entah pergi kemana setelah percekcokannya tadi dengan sang istri, hingga menyebabkan Langit jengah dan meninggalkan rumah menuju rooftop tadi. Langit tidak mau memikirkannya.

Sebelum menuju kamarnya, Langit menyempatkan diri untuk melihat Lyra yang tengah terlelap dikasur kamarnya dengan jejak air mata yang sudah mengering dipipinya. Langit melangkah kearah Lyra untuk memberikan selimut, karena Ia melihat Lyra yang menggigil kedinginan, serta mengecup kening sang mama. Setelahnya Langit keluar dari kamar Lyra dan barulah memasuki kamar miliknya.

✨✨

Pagi-pagi sekali seorang pemuda sudah nangkring di atas motornya di parkiran sekolah. Dia Langit, pemuda jangkung berwajah tampan dan berkulit putih tersebut memang sengaja berangkat sekolah sangat pagi agar tidak mendengarkan keributan yang disebabkan oleh orang tuanya.

NABASTALA (Langit & Vega) HIATUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang