37.

1K 38 6
                                    

Follow dong, biar setiap up cerita baru kalian tau. Siapa tau kalian suka. :(




Hembusan angin menyeruak masuk menjadi oksigen untuk setiap makhluk hidup.

Bocah laki-laki berusia sekitar tujuh tahun kini tengah termenung menunggu seseorang menjemput dirinya.  Sesekali bocah itu menendang kerikil kecil ke sembarang arah guna menghilangkan rasa bosan yang kini dirinya rasakan. 

Hari ini hari rabu. Anak laki-laki yang bernama Vano Grabliano itu tengah menunggu jemputan sekolah. Saat ini jam menunjukan pukul 11:00 siang. Vano berangkat sekolah sendiri, karena sang Adik tadi pagi jatuh sakit, itulah sebabnya hari ini dirinya sekolah tanpa Adik kesayangannya. 

Biasanya, jam sepuluh pun sang Supir sudah menjemput dirinya. Tapi entah kenapa, kini Vano menunggu sudah hampir 30 menit lamanya Supirnya itu belum juga datang.  Apa mungkin macet?

“Mana ya? Kok lama sih,” gumam anak, itu. 

Jarak sekolah dan rumah Vano memang terbilang cukup jauh. Maka dari itu, Supir pribadi keluarga Vano selalu menjemput 30 menit sebelum bel pulang.  Itu juga menjadi salah satu sebab kenapa Vano tidak berani pulang sendiri saat ini. 

Hingga satu jam telah berlalu, Vano merasa bosan terus berdiri sendiri didepan sekolah. Ada Satpam, memang, hanya saja, Satpam disini sedikit tidak ramah. Itu sebabnya Vano pun sedikit takut.

Vano memberanikan diri menelusuri jalanan menuju rumahnya dengan berjalan kaki, mengingat terus jalanan didepannya. Meski sedikit takut, tapi Vano harus berani, dirinya laki-laki, jadi tidak boleh menjadi penakut, kan? 

Tiga puluh menit lamanya Vano berjalan, namun kini bukan rumah yang Vano temukan. Melainkan satu jalan asing nan sepi. Vano terus berputar dijalan, itu. Sendiri, iya, Vano sendiri. Si kecil Vano terus berusaha mencari jalan agar segera sampai dirumahnya, tapi nihil, Vano tidak menemukannya. 

Sampai terdengar ada suara roda empat dibelakang Vano. Anak itu membalikan badannya guna melihat siapakah gerangan yang berada didalam mobil, itu? Berharap jika itu Supir atau Papahnya, senyum Vano redup saat melihat siapa pengendara, itu.

“Kamu ngapain disini sendirian, Nak?” tanya orang itu. 

Vano tidak menjawab. Langkahnya dia bawa mundur karena rasa takut yang kini menguasai hatinya.  Dihadapannya kini, sosok yang berumur tidak jauh beda dengan sang Papah, tapi jelas dia bukan Papahnya. 

Orang itu berjalan mendekat ke arah Vano yang ketakutan. Merangkul pelan tubuh kecil itu. “Tenang, Nak. Om bukan orang jahat, kok,” ucapnya, lagi.

“Om siapa?” tanya Vano menatap Netra hitam milik laki-laki paruh baya, itu. Senyum nya sangat menenangkan Vano. Tidak ada sirat jahat disorot mata, itu.

“Ah iya, kenalin. Nama Om Hendra. Kamu siapa?” tanya Hendra lembut. 

“Aku... Vano, Om,” jawab Vano menundukan wajahnya. 

GALVINA (End)Where stories live. Discover now