23.

1K 58 2
                                    

Ih meni gellleh ka pembaca tanpa vote dan komen, teh. Meni asa hoyong nalimpug.  😅😅😅

Sok atuh gera vote sareng komen arareceu! Teu kengeng wegah bilih didudut.  Wkwk

🌵

🌵

🌵

“Haus... ”

Lirihan itu mengalihkan perhatian sosok wanita yang kini tengah duduk disisi ranjang dimana sosok pemuda terbaring lemah. 

Gegas wanita itu mengambil air yang sudah dirinya siapkan, tadi. Membantu laki-laki itu bangun untuk sekedar minum, saja. Laki-laki itu yang tak lain dalah Galvin memandang tak percaya sosok wanita dihadapannya.

“Mamah?” lirihnya saat sudah kembali berbaring. 

Wanita itu mengangguk. Tersenyum hangat mengusap pelan pucuk kepala sang anak. “Iya sayang, ini Mamah. Kamu kenapa bisa pingsan dijalan, hmm?” tanya Santi lembut. 

Galvin diam mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Saat dirinya dibentak oleh Vina dan berjalan gontai namun berakhir pingsan disisi jalan.  Iya, Galvin mengingat jelas.

Galvin mendongak menatap sang Mamah. Tersenyum tak kalah hangat untuk Mamahnya yang sangat iya rindukan. “Avin gak papa, Mah. Avin baik-baik aja, kok. Mamah tenang aja, ya!” ucap Galvin berusaha menyembunyikan lemas diseluruh tubuhnya. 

“Mana mungkin Mamah percaya kalau keadaan kamu seperti ini, Nak. Kamu kenapa? Jujur sama Mamah, ada apa, sayang?” tanya Santi se–lembut mungkin.

Santi memang jarang berada dirumah. Namun jangan tanyakan kasih sayang Santi pada Galvin sebesar apa, Santi bekerja untuk Galvin. Santi lupa waktu demi menghidupi Galvin. Santi ingin membuktikan kalau dirinya sanggup membiayai Galvin tanpa bantuan dari Bram.

“Avin gak papa, Mah. Avin baik-baik aja. Suer!” jawab Galvin semangat. “Mamah kapan pulang?” tanya Galvin mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

“Kamu ini. Paling bisa ngalihin topik. Tapi untuk kali ini, Mamah pengen nanya sama kamu. Sebelum itu Mamah jawab dulu pertanyaan kamu, ya. Tadi Mamah pulang sore, pas mau belok, eh ada si ganteng Mamah ambruk dijalan. Ya Mamah panik, lah. Mamah bawa masuk anak ganteng Mamah ke dalam mobil, terus Mamah bawa pulang deh.” jelas Santi.

Galvin mengangguk faham. “Mamah gendong Avin?” tanya Galvin. 

Santi mengangguk mantap. Jangan aneh, memang itulah Galvin. Dan kalian tau? Hanya kepada Mamahnya dan Vina saja Galvin berani seperti, itu. Iya, berani minta digendong! 

“Boleh Mamah nanya sama Avin sekarang?” tanya Santi hati-hati.

Galvin mengangguk meskipun hatinya sedikit takut. Takut akan pertanyaan apa yang akan Santi tanyakan kepadanya. 

“Kamu ada apa sama Vina?” tanya Santi to the point.

Galvin meneguk ludahnya kasar. Apa yang dirinya takutkan kini Mamahnya tanyakan. Bagaimana ini?

“Galvin baik-baik aja kok sama V—”

“Jujur! Mamah gak mau kamu bohong! Kemaren Tante Nurul hubungin Mamah. Mamah minta kamu jujur sekarang!” tegas Santi.  Santi yakin, kalau dirinya sudah berbicara tegas, pasti Galvin akan jujur padanya. 

GALVINA (End)Where stories live. Discover now