06. Vina pelatih?

1.6K 71 0
                                    

🌺🌺🌺


~'O'~

“Vin, nanti gue mau minta tolong boleh sama, lu?”

Pertanyaan itu keluar dari mulut Vina. Kini mereka tengah berada di kantin. Bukan hanya berdua, mereka bersama sahabatnya dan ya, jangan lupakan Cla yang menjadi kekasih Galvin saat ini. 

Galvin yang tengah mengunyah nasi goreng kesukaannya pun langsung menoleh ke arah Vina. Sedetik kemudian, dirinya menoleh ke arah Cla seolah meminta izin.

Cla mengangguk, namun jangan lupakan mata memicing milik Agas yang sedari tadi diam memperhatikan Cla. Entah kenapa, hatinya menaruh curiga pada sosok gadis itu. Hatinya seolah berkata bahwa kedatangan Cla itu direncanakan dan memiliki tujuan tersendiri.

“Minta tolong apa?” tanya Galvin acuh tak acuh. Bahkan kini, untuk sekedar untuk menatap ke arah Vina pun seolah Galvin malas.  Ada apa sebenarnya dengan Galvin? 

“Nanti pulang sekolah gue mau ke toko buku yang sering kita datengin, lu bisa gak temenin gue?” tanya Vina menatap Netra Galvin yang kini tengah menatapnya juga. Hanya sebentar, karena setelah itu, Galvin langsung memutuskan kembali pandangannya.

“Gue gak bisa, gue harus anter Cla pulang. Lu pulang sendiri aja terus ke toko buku sendiri aja. Lagian biasanya juga lu gue anterin gak mau, kan?” tolak Galvin acuh. 

“Vin, ayolah, sebentar doang kok.” bujuk Vina. Bukan apa-apa, pasalnya Vina tidak membawa motor dan mana mungkin Vina meminta Supirnya untuk mengantarkan dirinya. Bukan apa-apa, Supir dirumah Vina itu cuman ada satu, dan sudah pasti akan menjemput sang Mamah kalau sudah menjemput dirinya. 

Mamah Vina itu memiliki toko kue yang lumayan besar, jadi ya sebisa mungkin setiap hari akan pergi ke toko itu. Ya walaupun sang Papah sudah melarang.

“Gue gak bisa, Vina! Lu ngerti bahasa manusia gak sih?”

Deg.

Seolah tertampar kenyataan, Vina mendadak membeku ditempatnya. Hatinya kembali perih mendengar penuturan yang Galvin ucapkan. 

“Gak usah maksa yang gak bisa. Lu mau pergi ke toko buku mana?  Biar gue yang anter!”

Semua pandangan menatap seseorang yang barusaja datang. Dan yang ditatap menampilkan wajah datarnya.  Andra, dia adalah Andra.

“Dan buat lu, kalau lu emang gak bisa, jaga ucapan lu!” ucap Andra kembali. “Ayo!” lanjutnya menggenggam tangan Vina dan membawa gadis itu pergi dari sana. 

Sementara Galvin masih berusaha mencerna ucapan Andra. Seolah sadar atas apa yang dirinya ucapkan pada Vina, Galvin memijat pelipisnya pelan.  Kenapa akhir-akhir ini dirinya mudah sekali terpancing emosi? 

“Kenapa? Nyesel lu udah kek gitu ke SAHABAT KECIL lu sendiri?” tanya Faisal menekan kata Sahabat kecil.

“Hebat banget ya lu, Vin! Udah berhasil buat orang merasakan dua perasaan sekaligus. Pertama, lu berhasil buat sahabat gue nyaman, dan kedua, lu berhasil buat sahabat gue merasakan apa itu ke kecewaan!” ucap Laras yang juga menatap nyalang ke arah Galvin.  “Gue gak pernah nyalahin lu buat pacaran sama Cla, karena gue tau, itu hak, lu. Tapi... Gue kira lu gak bakal lupa siapa yang selalu ada buat lu, Vin. Dan satu lagi, semoga... Lu gak nyesel atas apa yang lu lakuin, Galvin Mahendra!” lanjutnya dan langsung berlari dari kantin.

GALVINA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang