02. Jadian

1.8K 77 0
                                    

~^O^~

🍁🍁🍁

Suara bel berbunyi nyaring di sekolah yang kini Vina tempati. Terdengar helaan nafas kasar dari mulut wanita itu.

“Akhirnya kelar juga ni kelas!” gumam Vina menelungkupkan wajahnya diatas meja.  Itulah kebiasaan Vina jika mendengar bel. Tidak langsung istirahat atau pulang, Vina pasti menyempatkan dirinya untuk sekedar memejamkan matanya meski hanya tiga detik lamanya. 

“Balik yuk!” ajak Laras—teman se bangku Vina. Gadis imut itu juga bergelar sahabat untuk Vina. Dan jangan lupakan pacar seorang Laras. Dia adalah Deva Lionard. Ya, dia Deva teman bahkan sahabat seorang Galvin Mahendra. 

“Alah, gaya lu ngajak gue balik, iya dari sini kita bareng, nanti sampe parkiran lu enak-enakan boncengan ama bebene, lu.” jawab Vina malas. 

Sedangkan Laras hanya cengengesan saja, toh yang di ucapkan Vina itu nggak salah alias bener. “Ya makanya lu nyari pacar dong, ah. Jomblo mulu idup lu.” ucap Laras ketus. 

Vina mengangkat bahunya acuh sebagai jawaban. “Gu–”

“Galvin bisa pulang bareng?”

Ucapan Vina terhenti kala mendengar ucapan yang terdengar nyaring di arah pintu. Dan ya, disana, Cla tengah berdiri di ambang pintu dengan mata menatap Galvin yang kini melongo ditempatnya. Mungkin karena kaget diajak pulang bareng sama gebetan. 

“Apa?” tanya Galvin memastikan. Galvin berjalan menuju Cla berdiri, tangannya dia selipkan didua kantong celana dan berjalan sok cool. 

“Bisa anterin aku pulang?” tanya Cla memperjelas ulang ucapannya. 

“Dengan senang hati... Gue jelas mau.” jawab Galvin tersenyum cerah. 

“Vin, tap—”

“Gas, tolong anterin Vina ya, gue gak bisa soalnya.” ucap Galvin memotong cepat ucapan Vina. 

Vina diam dengan sorot kecewa memandang punggung Galvin yang kini perlahan lenyap dimakan pintu, hatinya sakit. Mengingat tadi Galvin lah yang mengajak Vina pulang bareng bersamanya, dan alhasil Vina menyuruh sang supir tidak usah men–jemputnya. Dan sekarang?

Apa salah jika Vina merasa kecewa? 

Vina beranjak dari duduknya, dia sengaja pergi darisana karena merasa bahwa mereka tengah menatapnya kasihan.  Vina benci itu,  Vina tidak suka ditatap seperti itu. 

Sungguh! 

“Vin tunggu!” teriak Laras hendak mengejar namun satu suara berhasil menghentikan langkahnya. 

“Vina urusan gue!”

Suara serak itu berasal dari mulut Agas yang mendapatkan seolah amanat dari Galvin. Dirinya memang diam tadi saat Galvin menyuruhnya, namun bukan berarti Agas akan membiarkan Vina jalan atau pulang sendirian. Dimana tanggung jawab Agas sebagai laki-laki? 

Vina berjalan cepat menuju parkiran, namun langkahnya terhenti kala melihat sepasang insan tengah tersenyum bahagia. Hatinya mencelos melihat penampakan itu. Ingin sekali dirinya meneriaki Galvin dan menampar pipi cowok itu. 

GALVINA (End)Where stories live. Discover now