40. bookstore date

47.7K 4.3K 2.7K
                                    

hai mocha is back 🤎 aku gak jadi double update karena komen di chapter sebelumnya sepi! t___t but still, makasih banyak yang udah komen kemarin! komen dari kalian berharga banget buat aku 👼🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hai mocha is back 🤎 aku gak jadi double update karena komen di chapter sebelumnya sepi! t___t but still, makasih banyak yang udah komen kemarin! komen dari kalian berharga banget buat aku 👼🏻

semoga yang belum komen bisa ramein di paragraf kali ini ya mochii 🫶🏻

happy reading🏁🏁🏁

***

"Eh, lo baca AU ini ngga? Bagus banget, tahu! Covernya estetik lagi!" Nindya menunjukan sebuah novel Alternate Universe dengan cover super cantik kepada Meisya.

"Oh, ini sih gue udah baca."

"Menurut lo gimana? Seru, kan?"

"I don't know, i'm not really into red flag guys. Walau itu cuma AU, tetap nggak suka—"

"Tipe cowo AU kamu yang good boy good boy gitu ternyata? Aku kira kamu suka yang red flag."

Deg. Percakapan ini membuat Meisya dejavu akan kejadian kemarin saat ia mengunjungi toko buku bersama Devan dengan seragam sekolah.

Di mana Devan jujur padanya kalau dia juga pernah baca AU, dan pernah ingin menjadi seperti cowok AU. Tapi Meisya yakin, sebenarnya Devan melakukan itu demi membuat Meisya senang. Devan ingin mengenal Meisya lebih banyak, dan ingin mencoba menyukai apapun yang Meisya cintai.

"Makanya aku pernah sempet cosplay jadi cowok brengsek. Aku kira kamu suka, ternyata zonk. Hahah."

"Menurut aku kamu udah romantis dengan cara kamu sendiri, kok. Kamu punya keunikan tersendiri yang bikin aku jatuh cinta sama kamu. Jadi, jangan coba buat rubah itu dan nyoba jadi orang lain. Aku suka kamu apa adanya, Devan."

Tapi Meisya serius saat mengatakan itu. Bagi Meisya, sosok Devan saja sudah lebih dari cukup. Meisya tidak butuh cowok AU yang tidak realistis itu. Meisya hanya butuh Devan untuk melengkapi hidupnya.

"Terus sukanya apa? Devan, yee?" goda Nindya membuat pipi Meisya memanas, malu karena sahabatnya itu membongkar aibnya. "Cie blushing. Berarti bener— Aw! Aw! Aw!"

Meisya memelototi Nindya yang dicubitnya. "Bisa ngga sih ngga usah bikin gue malu? Nanti ada yang deng—"

"Umm, hai?"

Baik Meisya maupun Nindya menoleh ketika suara baritone itu terdengar.

"Eeeh, Rey! Kamu kok ngga bilang lagi di sini juga?!" Nindya berbinar-binar melihat kehadiran cowok bermata biru yang tak lain adalah pujaan hatinya itu.

RENDEZVOUS [SELESAI✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang