1. unloved

255K 11.8K 1.7K
                                    

hai mocha di sini 🤎 terimakasih banyak yang sudah membaca cerita after married Devan & Meisya semoga kalian suka, mochi!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hai mocha di sini 🤎 terimakasih banyak yang sudah membaca cerita after married Devan & Meisya semoga kalian suka, mochi!

jangan lupa tinggalin komen di setiap paragraf!! klo gk aku upnya bakalan tahun depan😤

happy reading 🏁🏁🏁

***

"Devan, Revolver angkatan 3 bikin onar di sekolah. Sekarang mereka mau dibubarin sama kepsek."

Mendengar laporan tersebut, cowok berambut two-block dengan tubuh atletis yang terbalut kaos putih itu nyaris tersedak air yang sedang diminumnya. Orang-orang yang lewat di sekitar lapangan basket pun ikut menoleh. "Kan gue udah bilang gak usah ikut tawuran-tawuran lagi. Kenapa masih pada ngeyel sih?"

"Bukan mereka yang mulai, tapi anak Azeroth yang nyerang mereka duluan," jelas Gio seraya menunjukan ponselnya.

"Coba liat ini."

Devan menyerahkan botolnya pada Yutha yang juga baru selesai main basket. Mata elangnya memperhatikan baik-baik layar ponsel milik Gio.

Gio: Beneran itu?

Kai: Bener, Bang. Kita kagak pernah nyari masalah duluan, tapi geng jamet itu tiba-tiba nyerang markas. Bahkan mereka ngancem mau nyerang markas angkatan satu juga.

Yutha: Bocah sirik susah emang.

Zio: Kita usahain handle semua, Bang. Kita juga nggak mau nyusahin lo pada, Bang.

Sungguh. Devan sudah lama sekali ingin menghindari tawuran, balapan atau hal-hal negatif dan tidak berguna seperti ini. Lebih tepatnya; dia sudah insyaf.

Tapi di sisi lain dia juga sudah terlanjur membentuk geng Revolver angkatan 3 yang ternyata malah menimbulkan masalah baru lagi. Dan Devan tidak bisa lepas tangan begitu saja. Biar bagaimanapun Devan sebagai ketua harus bertanggung jawab.

Di tengah kegundahan itu, Devan merasakan bahunya ditepuk dari belakang. Cowok berambut blonde dengan tatapan teduh menenangkannya. Rey, sang wakil ketua Revolver. "Biar gue yang atasin. Gue otw ke markas mereka sebentar lagi."

Alis tebal Devan bertaut. "Tapi lo bukannya ada urusan?"

"Gampang. Urusan gue gaada apa-apanya dibanding urusan lo. Udah sana, kerjain tugas makalah," suruh Rey seraya menepuk-nepuk bahu sahabatnya.

"Thanks, Rey."

Ketika Rey berlalu ke parkiran kampus, Devan menepi di tribun untuk rehat sejenak. Ia menghela napas berat. Sebenarnya dia juga tidak enak merepotkan Rey. Tapi mungkin sahabatnya itu tidak tega padanya.

Bagaimana tidak? Devan sudah semester 12 sekarang, tapi karena dia fokus memajukan WALDEN— perusahaan almarhum ayahnya, dia stuck mengulang beberapa mata kuliah. Skripsi pun masih harus menunggu tahun depan. Alhasil semuanya pun tertunda dan Devan harus menunjuk orang lain sebagai direktur di WALDEN.

RENDEZVOUS [SELESAI✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang