11. tragedy

92.4K 5.7K 1.5K
                                    

hai mocha is back 🤎 ini udah masuk KONFLIK UTAMA yaaa jadi jangan lupa tinggalin komen di setiap paragraf!! klo gk aku upnya bakalan tahun depan xoxo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hai mocha is back 🤎 ini udah masuk KONFLIK UTAMA yaaa jadi jangan lupa tinggalin komen di setiap paragraf!! klo gk aku upnya bakalan tahun depan xoxo

happy reading 🏁🏁🏁

***

Meisya
dev, kamu yang ngirim pocky ini?

Devan
engga

Meisya
serius beneran bukan kamu?

Devan
bukan aku yang ngirim, meisya.

Meisya
padahal aku udah seneng. karena setau aku cuma kamu yang inget makanan kesukaaan aku. dan cuma kamu yang tau klo aku males makan klo lagi stress. tapi aku mikir lagi, mana mungkin kamu tau kalo aku ada pemilihan brand ambassador bulan depan. mungkin aku terlalu berharap

Devan
aku pulang jam 3

Devan memasukan ponselnya ke dalam saku jeans setelah membalas chat Meisya. Jujur, dia tak tega memperlakukan Meisya seperti ini tapi dia tidak punya cara lain.

"Yutha lama bener perasaan," keluh Devan sembari mengintip jam tangan hitamnya. Dia sudah duduk di atas motor besarnya namun si Yutha belum datang juga. Padahal janjinya mau pulang bareng ke markas.

"Kak Yutha!!"

Sebuah suara cempreng membuat Devan menoleh. Benar-benar deh si wibu satu ini. Semua orang saja dia carmukin. Tadi pagi dosennya, sekarang adik angkatan.

"Umm.. A-Aku Dira, semester lima dari fakultas manajemen. A-Aku boleh minta diajarin sama kakak, enggak?" tanya gadis berwajah polos dengan poni tipis itu pada Yutha.

"Boleeh," Yutha membungkuk hingga wajahnya sejajar dengan gadis itu. "Mau minta ajarin apa, Dira?"

Pipi si gadis langsung merona. "A-Aku pengen minta bantuan kakak buat ngajarin matematika nanti—"

Yutha tersenyum manis. "Boleeh."

"M—Makasih banyak, Kak!"

"No problem, nanti siang aku samperin kamu di depan fakultas ya? See you," ucap Yutha seraya mengedipkan satu mata sebelum berjalan meninggalkannya dan menghampiri Devan.

"Tebar pesona mulu lo," cibir Devan.

Yutha membentuk jari peace. "Strategi, Bos."

"Strategi apaan lagi? Mau porotin cewe, lo? Harta lo udah ga berseri masih mau morotin apalagi?" tanya Devan heran.

"Bukan gitu." Yutha terkekeh sambil naik ke atas Kawasaki Ninja yang diparkir di samping motor Devan. "Strategi jadi mahasiswa teladan yang bisa membanggakan keluarga. Biar bokap gue makin bangga sama gue."

RENDEZVOUS [SELESAI✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang